"Bersyukurlah kamu jika tak memiliki dua jiwa. Menjadi seseorang yang tertakdir hebat adalah hal yang menyenangkan untuk sebagian orang. Tetapi tidak untuk Eline yang tak berharap banyak untuk masa depan." Eline Herzone.
***
Alex dapat merasakan pakaian di bagian dadanya basah. Apa Eline menangis? Seingatnya gadis nakal itu terlalu tangguh untuk ukuran wanita. Lalu, apa yang membuatnya menangis? Tetapi Alex memilih bungkam dengan tangan yang tergerak mengelus puncak kepala Eline menenangkan. Alex berharap dengan itu dia dapat mengurangi rasa sedih gadisnya.
Hening!
Beberapa menit berlalu suara isakan Eline semakin jelas terdengar. Begitu pilu dan syarat akan keputus asaan. Jerit hewan malam mengiringi tangisan sang Ametis.
"Berbicaralah!" Alex berkata prustasi. "Aku tak sanggup mendengarmu menangis."
Tetapi Eline mengabaikan perkataan itu. Perasaan takut selalu menghantuinya akhir-akhir ini membuat hidup yang semula tenang berubah tampak mencekam.
"Hal apa yang membuatmu bersedih?" Alex bertanya kembali setengah berbisik.
Penerangan yang minim membuat keberadaan Alex dan Eline tersamarkan. Tubuh sepasang vampir itu tampak menyatu dengan pekat malam tak mengizinkan siapapun melihat mereka, tetapi tak untuk pria yang bersembunyi di balik pohon pinus. Rambut emasnya tampak berkilauan di terpa sinar rembulan yang mengintip dari celah daun. Ya! Itu adalah Azriel si pemilik rambut emas. Azriel bisa dengan mudah menembus malam jika dia mau.
Eline menghentikan tangisannya, bulu tangan gadis itu berdiri seiring udara yang menusuk.
"Ada apa?" Alex merasakan tubuh Eline menegang.
"Kita harus pergi!"
"Apa yang terjadi?" Alex menahan Eline yang ingin melepaskan diri.
Sang Ametis menggeram. Maniknya memancarkan cahaya violet yang terang membuat pakaian Alex yang berwarna hitam tampak bersinar.
"Apa yang kau ...." Alex menghentikan perkataannya. Sesuatu yang panas dan begitu menyakitkan seperti memaksa menembus kulit. "Hentikan... Elie." Suara pria itu terdengar lirih tetapi dia tak berniat sama sekali melepaskan gadisnya. Jika malam ini penerus Marta harus mati dia merasa bahagia karena mati di pelukan gadis yang dicintainya.
Eline yang merasakan sang Ametis mengambil alih langsung memberontak. Dia bukan monster! Dia bukan sang kegelapan! Dia bukan kutukan! Ya, dia tidak seperti apa yang dibicarakan orang-orang.
Alex terpental berpuluh-puluh meter. Erangan keluar dari mulutnya merasakan tulang yang remuk. Tanah yang menjadi tempat landasan ambles beberapa meter membuat pria itu tampak seperti mayat di dalam kuburannya sendiri. "Ah, Eline." Bukannya merasa kesal atau takut Alex malah merasa tertantang. Jiwa kelakiannya bangkit siap menghadapi kesangarann Eline. "Apa Ametis muncul?" Dia terkekeh. "Aku sudah tak sabar bermain dengannya."
"Hay!" Sapaan bernada ramah itu mengalun menembus pekatnya malam mengantarkan teror ke hati siapapun yang mendengar.
Eline menoleh. Di ujung jalan tampak seorang pria yang dengan gagah berjalan mendekat. Rambutnya yang berwarna khas bercahaya laksana bulan dan mentari yang menyatu, begitu mempesona, hangat, dan ... menarik tangan Eline untuk menyentuhnya. "Pergi!" Dia berseru tetapi malah terdengar seperti geraman. Tubuh gadis itu yang belum seutuhnya bertransformasi bercahaya sangat terang.
Azriel terus mendekat. Tekanan dan kekuatan berbahaya Ametis seperti tak berpengaruh untuknya. "Apa kau ingin menikmati hiburan?" Pria itu menjentikan jari menangkis kilat cahaya yang mengarah padanya. "Di sana banyak makanan dan pertunjukan yang pasti akan membuatmu senang.", Dia membujuk.
Eline mengibaskan tangan menciptakan angin besar yang melesat cepat kearah pria rambut bulan. "Aku tak ingin menyakitimu." Dia bergumam dengan manik violetnya yang mengilat marah saat Azriel lagi-lagi dengan mudah menghindari serangannya. "Jangan mendekat!" Eline berseru takut. Entah mengapa gadis itu merasakan sesuatu yang berbahaya menari-nari di sekelilingnya menyatu dengan semilir angin yang menggelitik.
Azriel mengangkat telunjuk menggerak-gerakannya di udara. "Tidak baik diliputi amarah." Dia menasehati. "Lebih baik kita bersenang-senang."
Eline menggeleng. Diam-diam tangan gadis itu bergerak memberi serangan. Kali ini bukan serangan biasa, lebih tajam, penuh perhitungan, dan mematikan. Tetapi sentuhan Azriel di lengannya menghantarkan rasa sejuk yang membuat Eline terbuay.
"Kita harus pergi." Azriel berbisik. Manik merah pria itu bertubrukan dengan manik violet yang akhir-akhir ini selalu menjadi rindunya. Tetapi sang Ametis memberontak tak ingin dibelenggu. "Fampir aneh itu akan tetap bersikeras menemuimu."
Eline terdiam dengan raut yang sulit dijelaskan. Tubuhnya terus waspada, pendengarannya ditajamkan, kepekaannya naik berkali-kali lipat. Separuh hatinya berkata jangan berdekatan dengan Azriel tetapi separuh hatinya yang lain mengatakan Ametis membutuhkannya. Tangan kanan Eline yang bercahaya meredup seiring kepalanya yang mengangguk.
Azriel menepuk-nepuk pundak Eline. Dia tersenyum lebar dan membawa gadis itu menghilang.
"Reytasyaaaa!" Alex terus saja berteriak mengeluarkan suaranya yang seperti teredam. Anggota tubuh pria itu tak bisa digerakan seperti ada tali atau tabir yang menahan. Dia masih bisa menatap bintang dan langit dari tempatnya berbaring bahkan suara burung di kejauhan masih terdengar nyaring. Tetapi mengapa tubuhnya seperti di kubur? "Serigala bodoh!" Alex mengutuk Brian. Dia membawa bocah itu untuk membantu bukannya malah sibuk .... Alex tertegun mengingat kedua makhluk yang belum lama berada diantaranya dan Eline. Tetapi Alex tak dapat merasakan keberadaan mereka setelah dia memeluk Eline.
Senyum jahil terbit di wajah pria itu. Apa Brian dan Reytasya ... rasanya dia ingin tertawa sekeras-kerasnya, tetapi suara retakan tanah mengintruksi. Alex mencoba keberuntungannya. Pria itu menggerakan kepala, kaki, tangan, dan semua anggota tubuhnya berhasil digerakan kembali.
Firasat buruk menghantui hati dan pikiran seolah menertawakan nasib malang sang vampir. Alex berteleportasi ke tempat terakhirnya bersama Eline.
***
Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Imortal (tamat)
FantasyWARNING! Cerita ini memiliki banyak virus, kata-kata fulgar, khayalan klasik, dan penggambaran ... Eline Herzone, gadis canntik tanpa cela itu adalah seorang putri dari keluarga bangsawan terhormat bangsa vampir. Parasnya yang disebut-sebut duplikat...