3: Broken Home

715 73 2
                                    

KONDISI Althea membaik. Meski kurang dari kata cukup. Ia bisa kembali berjalan dan berbicara.

Gadis yang baru saja memasuki masa pubertas itu selalu melihat mamanya bengong. Di tanya tidak di jawab sama sekali.

Mereka sudah berjalan cukup jauh dari rumah lamanya.

"Mamah mikirin apa?"

"......"

"Mamah kangen Thea ya?"

"...."

"Mamah... aku punya sedikit uang buat ngontrak rumah. Apa Mamah mau?"

Imadea akhirnya menoleh. "Berapa duitnya?"

"Bentar." Gadis itu berjongkok dan mengali tasnya untuk mencari dompetnya juga celengannya. "Aku punya 30 juta, Mah... apa boleh?"

Imade kembali melihat ke depan. "Terserah. Asalkan malam ini saya tidak tidur di emperan toko. Kalau kamu sih saya tidak masalah."

"Yaudah, kita naik kendaraan umum ya. Nanti Mamah capek." Althea sungguh gadis lembut. Dengan sejuta senyum manisnya. Ia merangkul sang Mama mencari mendaraan umum.

Althea melambaikan tangannya tinggi-tinggi sebagai kode saat taksi lewat. "Taksi!" Taksi itu berhenti di depannya. "Ayo, Mah..."

Saat Althea akan masuk ke dalam mobil. Perutnya terasa sakit karena di pukul keras sampai ia sadar sari pingsannya tadi.

Di perjalanan, tak ada yang memulai percakapan. Memang sunyi. Tapi pikiran Althea sangat ramai. Sedangkan di pikiran Imadea di penuhi oleh Mathea.

•••

Di sebuah mall terbesar di pusat kota. Mathea beserta teman-temannya sedang asik berbelanja. Menghambur-hamburkan uang. Meneraktir teman-temannya. Juga perawatan ke salon.

Gadis remaja berusia 14 tahun yang satu ini bukan kaleng-kaleng. Saking fashionablenya orang-orang memujinya anak milenial dan kece abis. Tapi mukanya boros dan terlihat dewasa di banding Althea yang imut dan menggemaskan meski gendut.

"Eh, Thea. Beliin gue tas gucci itu dong. Boleh yah? Lo, kan anak orkay. Masa pelit sih."

Mathea mengizinkan. "Sana ambil. Apapun yang kalian mah ambil sana! Jangan berlaga kayak orang miskin deh ah."

"Asik. Thanks, you my best friend! Ayo guys temenin!"

"Sana buruan seneng-seneng," balas Mathea. Gadis itu bersmirk. Tak salah memang ikut bersama papahnya. Ia jadi tak perlu repot-repot hidup susah. Dan ia sangat senang kalau Althea menderita. "Hahahah rasain kamu Al, siapa suruh nyaingin kecantikan aku."

Handphone Mathea berbunyi. Ia langsung mengangkatnya.

"Hallo, Pah ada apa? Aku lagi jalan sama temen. Aku gak pacaran kok. Lagi beli baju aja. Emang kenapa?"

"......"

"Oh yaudah, nanti di kabarin lagi. Nenek di rumah baik-baik aja kok sama Tante Viola."

"......"

"Iya tenang aja. Nanti Thea pulang kok. See you dady."

ALTHEA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang