Butuh waktu 30 menit lebih menempuh perjalanan dari rumah Althea ke rumah sakit. Akhirnya sampai di tujuan dengan selamat.
"SUSTER! TOLONGIN MAMA AKU SUS!" teriak Althea histeris.
Beberapa perawat datang membawa brankar dan mengangkat tubuh Imadea lalu membawanya ke ruangan yang seharusnya ia tempati.
IGD.
Ruangan bertulisan itu berhasil membuat jantung Althea berdekup kencang. Nafasnya berkali-kali tercekat. Dan kali ini juga tercekat.
Berkali-kali Althea menggeleng. "Enggak mungkin. Mama pasti bakalan baik-baik aja. Mama aku sayang Mama." Ia berlari mengejar suster dan perawat.
"Sus, aku mohon selamatkan Mama saya. Berapapun biayanya akan saya bayar. Asalkan Mama saya selamat."
Mereka terhenti di depan pintu.
"Iya De. Maaf ya Ade gak boleh masuk. Ade bisa tunggu luar. Kami akan menangani Mama ade sebaik mungkin," ucap Perawat lalu menutup pintu.
Althea berdiri dengan gelisah. Pikirannya sudah kemana-mana. Dari mana ia dapat uang jika pengobatannya sangat mahal? Tabungan ia sudah habis untuk menyambung hidup. Untung ia mendapatkan biaya siswa. Jadi ia tak perlu repot bayar iuran ataupun uang pendaptaran sekolah.
Allah masih baik dan sayang pada Althea.
"Ya Allah aku mohon selamatkan Mama. Sejahat-jahatnya dia, seburuk-uruknya dia, sekejam-kejamnya dia tetap Mama saya," batin Althea terus berdoa tanoa henti.
Sampai Althea terus mondar-mandir dengan gelisah. Ia bahkan lupa belum ganti baju seragam.
"Ah bodo amat, aku gak peduli aku belum mandi, masih bau. Asalkan Mama selamat aja aku udah bersyukur," batin Althea.
Sejak tadi Althea terus memgulum telunjuknya. Saat pintu IGD terbuka. Ia melepaskannya. Dan beralih menoleh ke sana dengan harapab mereka dapat menolong mamanya.
"Dok, gimana keadaan Mama saya? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia udah siuman?"
"Maaf, De. Mama Ade masih kritis. Butuh operasi untuk memgangkat penyakitnya."
"Baiklah lakukan sekarang Dok. Asalkan Mama saya bisa selamat dan sehat kembali!"
Dokter itu tampaj terdiam sesaat. "Maaf De. Kami hanya akan menjalankan operasi jika pasien sudah melunasi semua biaya pengobatannya."
Hal itu cukup membuat pikiram Althea benar-benar buntu. "Eum biayanya berapa, Dok?"
"Ade bisa tanya langsung aja ke administrasi. Baiklah cukup pertemuan kita. Saya permisi," balas Dokter itu langsung pergi.
Althea berdiri mematung cukup lama bengong. Harus kemana ia mencari uang sekarang? Ke bosnya? Tak mungkin. Ia terlalu banyak hutang padanya. "Ah lebih baik aku tanya berapa biayanya dulu." Ia berbalik badan dan....
Bugh!
Bruk!
Althea tanpa sengaja menabrak seorang lelaki bertubuh tinggi yang membawa secup pop mie di tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Teen FictionAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...