22: Bayangannya

363 42 0
                                    

Sejak tadi sore. Althea di kunci di rumah Mathea oleh Gabriel yang marah kepadanya karena ia terus memberontak dan tak mau bicara.


Perempuan itu meringkuk juga menggigil kedinginan di atas lantai tanpa alas sama sekali.

Perutnya yang sejak tadi pagi kosong kini terus berbunyi meminta makanan. Sampai terus melilit membuatnya semakin meringis.

Matanya sedikit terbuka. Ruangan gelap itu sangat bersih dengan segala barang bekas. Berarti ia di kurung di gudang? Tak mungkin. Sebelum ia tak sadar ia berada di sebuah ruangan dengan fasilitas mewah.

Althea mencoba berdiri. Kali ini sakitnya lebih parah dari sebelumnya. Selangkangan yang sejak kemarin tidak baik-baik saja sekarang semakin parah rasanya. "A-apa dia melakukannya lagi?" Matanya melotot.

Seketika Althea berteriak histeris menyakiti dirinya sendiri. "Kamu kotor! Kamu menjijikan! Kamu hanya jalang Althea!"

Cukup lama ia menangis lagi. Althea membuka jendela. Lalu turun lewat balkon. Dan ternyata ia ada di sebuah kamar.

Seluruh tubuhnya sakit. Bibirnya terasa sangat bengkak. Penampilan amburadul. Althea melihat ke bawah dengan kaki yang lemas. Timbul niat ingin mengakhiri hidupnya saat ini juga.

"Iya. Mungkin ini jalan keluarnya," batin Althea. "Biar mama gak punya anak sialan seperti aku," lanjutnya. Ia memejamkan mata serta menghembuskan nafasnya. Sebelah kakinya terangkat di atas pagar pembatas. Saat ia akan mengangkat sebelah kakinya lagi. Ia teringat akan cita-citanya. Dan semua rencananya dari awal. Bagaimana indahnya masa depan yang sudah di rencanakan.

"Enggak. Aku gak bisa nyerah gitu aja," gumam Althea. Ia pun mengurungkan niatnya.

•••

Imadea tak bisa tidur. Ia kepikiran bagaimana keadaan Mathea sekarang. Apakah ia sudah makan? Minum? Atau mandi.

Imadea mendesah kesal. Lalu bangun dari tempat tidur. Ia sempat melihat bubue yang membasi. Ingin meminum obat, tetapi Althea sampai sekarang tidak kunjung pulang.

Merasa bosan di dalam kamar. Imadea berjalan keluar mencari angin. Di luar sangat dingin dan sunyi. Ia melihat ke langit. "Mama kangen Thea," ucapnya sambil memeluk dadanya sendiri.

Imadea melihat sekitar. Berharap Althea datang membawakan obat untuknya agar bisa sembuh dan bertemu Mathea. "Anak sialan itu kemana! Kenapa gak pulang-pulang udah tengah malem!"

"Awas ya! Kalau pulang saya ulek-ulek dia!" Imadea terus merutuki Althea dalam batinnya. Sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

Saat akan ke dapur. Imadea melihat HP mewah tergeletak cantik di atas meja dekat televisi. Ia menyentuhnya. "HP siapa ini?"

Imadea membolak-balik HP itu. "HPnya Al? Mana mungkin. Dia miskin dan gak berguna. Mana bisa punya HP sebagus dan semahal ini."

"Apa mungkin dia nyolong HPnya Thea?" monolog Imadea. "Kalau iya! Awas ya kamu kalau pulang saya bakalan kasih pelajaran! Berani-beraninya make barang punya my little princess. Dasar anak gak tau diri!" Ia menaruh kembali HP itu lalu mengambil sapu injuk dan berjalan keluar.

Imadea terus mondar-mandir menunggu Althea datang. "Kemana anak sialan itu pergi! Kalau iya di culik gapapa culik aja. Kalau bisa bunuh, siksa, dan sakiti dia!"

ALTHEA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang