15: Bingung

380 47 1
                                    

🐣komen dong🐣


Hampir 1 jam berlalu. Althea hanya bengong di rumah besar itu. Ia bingung harus melakukan apa. Jujur saja ia tidak tenang apalagi nyaman. Ia merasa tertekan.

Lalu Althea menoleh. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore. Ia malah jadi bengong dan membuang banyak waktu.

"Sekarang aku harus ngapain?" monolog Althea. Lalu HPnya berbunyi. Terdapat pesan dari Mathea. Tangannya gemeteran kala memegang HP mahal itu. "Ada apa ya?"

Ternyata disana ada daftar apa saja yang harus Althea lakukan setelahnya. Pertama, Althea mandi dan bersih-bersih. Kemudian mencat kuku bening. Sampai Althea kaget. Benarkah ia harus melakukannya?

Sebelum itu. Althea memilih pergi dulu ke rumah lamanya. Membawa selimut kesayangannya agar bisa tidur. Lalu kembali lagi ke rumah Mathea.

"Kenapa sunyi?" gumam Althea. Hanya suara mesin di akuarium yang terdengar. Lalu ia berjalan ke dapur. Ia merasa seperti semut di sebuah istana. Sangat kecil.

Althea membuka kulkas yang terisi penuh juga lemari lainnya. Dan Mathea bilang ia boleh mengambilnya jika mau. Ia takjub dengan isi fasilitas di rumah ini.

"Kalau aku makan enak, jadi inget mama yang cuman makan-makanan rumah sakit yang hambar itu," gumam Althea. Tangannya terhenti memotong wortel.

Benar-benar Althea jadi canggung. Padahal rumah ini tidak kalah besar dengan rumahnya waktu kecil. Tapi ia jadi takut dan tidak tega. Ia enggan menyentuh ataupun memakan apapun disana. Tapi Mathea menyuruhnya.

•••

Sekarang Althea sudah mandi, sudah dandan, nyisir dan memakai gaun yang sudah Mathea sediakan. Gaun abu-abu yang ketat.

Althea memutar tubuhnya di deoan cermin. Setelah memakai sepatu berhak tinggi. "Apa cocok aku pakai baju kayak gini? Ah gak nyaman banget. Dada, bokong sama paha aku keliatan banget."

Perutnya tiba-tiba keroncongan. Althea mengelus perut ratanya karena merasa lapar. "Laper banget, tapi kalau aku makan nanti riasan di wajah aku luntur. Mana gak nyaman banget. Tapi kok aku bisa ya dandan senatural ini? Apa gapapa aku kayak gini?"

Tiba-tiba Mathea memanggil dengan cara video. Gadis itu menggerutu kesal saat melihat dandanan Althea yang tidak persis sepertinya.

"Hapus alis matanya jangan ketebelan, lipstiknya yang pink jangan yang merah. Bentar lagi ada yang bakalan jemput lo. Cepetin dandannya. Pastiin lo bawa make-up sama HP. Uang juga!" gerutu Mathea.

Althea menurut. Ia menghapus sebagian riasan di wajahnya tentu saja di perhatikan oleh Mathea sampai akhirnya ia terlihat sangat cantik. Meski bermake-up itu semua tidak menutupi wajah polosnya.

"Pake jepitan mutiara di laci ada," titah Mathea.

Althea menurut. Sampai akhirnya panggilan itu berakhir kala seseorang datang.

"Nah tuh orangnya dateng. Sana samperin. Lo harus akting kalau kaluan udah kenal. Dia pacar gue. Jadi lo harus nyambung ya," ucap Mathea. "Gue bimbing lo di WA ya."

Althea mengangguk. Lalu memakai tasnya dan turun menuruni tangga ke lantai bawah. "Sebentar." Ia kesusahan berjalan karena baju ketatnya yang terbilang cukup terbuka baginya yang suka tertutup, aoalagi sepatunya. Keseleo dikit tulangnya bisa langsung terkilir.

ALTHEA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang