26: Pembullyan

366 42 1
                                    

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di lingkungan sekolah Mathea. Althea langsung di sambut hormat oleh semuanya. Sudah pasti Mathea adalah orang terhormat disana. Yang memiliki gelar tertinggi.


Tapi di lihat-lihat. Mathea tidak memegang seksi di bidang apapun di kelasnya.

Yang membuat Althea heran. Kenapa semuanya memghormatinya dan bersikap patuh padanya.

Althea hanya mengangguk atau menggeleng jika di tanya. Lalu pergi dengan menunduk.

Membuat semuanya berbisik heran.

Seorang gadis melipat tangan di dadanya. "Aneh ya, biasanya dia paling sombong sama sok kecamtikan kok jadi lembek kayak adonan kue." Lalu tertawa sambil melihat teman-temannya.

"Dia lagi sakit keknya, yuk kita cek!"

Mereka berjalan menghalangi langkah Althea.

"Heh Mathea! Kenapa lo? Miskin ga sekarang!" Ia mendorong dada Althea sampai terjatuh.

Althea menggeleng.

Lalu gadis satunya lagi menarik ciput yang menutupi kepala Althea. Lalu menarik masker yang ia pakai. Mereka tertawa terbahak-bahak menertawakan Althea.

Althea jadi ketakutan lagi. Hal itu membuat emosinya tidak terkontrol. Jadi naik turun tidak stabil.

Kemudian mereka belum puas hingga menyingkirkan rambut Althea juga melepas paksa hodie putih yang ia pakai. Hingga terpampang jelas bekas luka di tangannya.

"Ahahahha banyak bange lebamnya! Bais di keroyok masa abis nyuri jemuran tetangga ya?"

Mereka tertawa terbahak-bahak lagi.

"Iya kali! Hhahhahahah!"

Althea memeluk tubuhnya erat. Tubuhnya bergetar hebat. Ia merasa tidak aman sekarang.

"Bangun lo!" Brigita. Musuh besar Mathea menarik kerah baju Althea. "Mana jiwa pemberani yang lo punya? Jadi cemen gini!"

Tangis Althea langsung pecah. Ia benar-benar tidak bisa memerankan jadi Mathea yang jelas 180° berbeda dengannya.

Dengan keberanian yang ia miliki. Althea tidak boleh menghancurkan martabat Mathea karena ulahnya. Ia sudah berhutang budi juga memiliki banyak kesalahan pada Mathea.

Althea memeluk hodienya sendiri. Lalu bangkit. "Kalian mau apa hah?"

4 cewek itu melangkah mundur. Belum apa-apa mereka sudah kabur.

"Akhirnya," batin Althea. Ia mengelus dadanya merasa lega.

Lantas Gabriel dan teman-temannya datang bertepuk tangan. Dengan ini mereka yakin kalau ini memang Matheanya mereka.

"Weh. Tuhkan bener ini Mathea!" seru mereka.

Di saat Calvin, Marvel, Athar, Naina, Clara, Laura, Jeslyn berseru yakin itu Mathea.

Hanya Kenzo yang tidak bersorak. Ia terus diam dengan muka datarnya. "Gue kurang yakin, awas!" Ia melengos pergi dengan kejulidannya.

ALTHEA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang