Tolong kerja samanya para readers tercinta yang pada cakep2 untuk vote and komen. Biar bisa naikin high rank nya juga.
Gak. Gue gak gila up jam segini. Cuman gabut aja. (11:49 PM)
Happy reading para Kocil kocil kuuuuu♡♡♡ semoga tetap sabar dan tahan esmoci.
***
ALTHEA menutup wajahnya agar tidak di lihat warga sekolah. Ia sangat malu, sangat-sangat malu. Ia kira ucapan mamanya hanya ancaman semata. Ternyata benar. Mamanya kini sudah berteriak di lapangan seperti orang kesetanan.
Seluruh warga sekolah melongo terkejut melihat kedatangannya ke sekolah ini karena ia masih berani menampakkan diri tanpa rasa malunya. Padahal video itu sekarang sedang di atasi oleh pihak berwajib karena tidak pantas untuk di konsumsi secara layak oleh masyarat dan pengguna media sosial.
Bahkan hampir semua orang-orang yang berlalu lalang di jalananpun rela memberhentikan mobilnya untuk mengecek keadaannya.
"HEI SEMUANYA! SAYA MOHON UNTUK SEMUA LAKI-LAKI DI SINI UNTUK SEGERA BERKUMPUL DI LAPANGAN!" Imadea teriak dengan mata melotot.
Murid-murid itu hanya terdiam mendengarkan lalu pergi menganggap itu tidak penting.
Mata Imadea memerah. "HEI KALIAN DENGAR SAYA TIDAK? SAYA YAKIN KALIAN MELIHAT DAN MENDENGAR SAYA!"
Larissa dan teman-temannya langsung berdiri di dekat pagar pembatas karena ingin tahu apa yang terjadi. "I-itu ibunya Al?"
"Hooh. Ada apa ya teriak-teriak? Biasanya dia gak pernah muncul ke publik dan sekolah. Al selalu mandiri apapun," balas Kania. "Bahkan buat ambil rapot juga suka individu."
Larissa menggeleng. Lalu memperhatikan lapangan dimana Althea berada.
"Gue siaran langsung ah. Biar dia tambah malu." Diam-diam Kania melangsungkan video siaran langsung di instagramnya. Dimana kebanyakan pengikutnya adalah anak SMA negeri. Salah satunya Calvin.
Kini Althea dan mamanya sudah jadi pusat perhatian. Gadis itu menarik-narik tangan mamanya. "Mah cukup mah ayo pulang... aku malu. Apa mama tidak malu sama sekali?"
"DIAM!" bentak Imadea menepis kasar tangan Althea sampai gadis itu tersungkur di atas lapangan. Ia berlari memgambil mic. Lalu koar-koar. "KALIAN SEMUA DENGARKAN? UNTUK SELURUH SISWA DISINI DI MOHON BARIS DI LAPANGAN. SAYA MINTA WAKTUNYA SEBENTAR."
Lantas semuanya langsung berhamburan berlari terbirit-birit memasuki lapangan. Dan berbaris.
Imadea menyeringai. Di saat gadis itu hanya tertunduk malu dengan mukanya yang sembab. "NAH SEKARANG SELURUH SISWA SUDAH BERKUMPUL!"
Para siswa hanya berkedip melihat Imadea dengan tatapan bingung.
"DENGAR BAIK-BAIK," teriak wanita itu lantang sampai guru-guru berhamburan keluar ruang guru untuk mengecek situasi karena sangat ribut. "KALIAN SEMUA TAU GADIS INI, KAN?" Ia menunjuk Althea.
Semuanya mengangguk. "TAULAH! DIAKAN BIDASARI DI SEKOLAH INI."
Mendengar itu membuat Imadea tertawa meledek. "Hahahahha apa kata kalian tadi?" Ia mencondongkan telinganya lalu tertaws terbahak-bahak. Seketika wajahnya berubah bengis. "Hah apa tadi? Bidadari? Kalian salah."
"Oh maaf, maksud ku bukan gadis tapi wanita," lanjutnya. Ia menatap seluruh siswa itu dengan tatapan tajam. "SAYA KIRA KALIAN SEMUA SUDAH TAU AKAN KABARNYA SEKARANG!"
Semua mengangguk tahu. "TAU!"
Imadea tertawa lagi. "Hahahah dia adalah anak berprestasi disini bukan?" Semuanya mengangguk. "Lama bukan?" Semuanya mengangguk. Kemudian ia tertawa lagi. "HAHAHAHAH MULAI SEKARANG NAMA BAIK SEKOLAH INI SUDAH HANCUR KARENA MURID SEPERTINYA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Teen FictionAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...