45: Mentari Pagi

339 41 4
                                    

Althea sedikit menggeliat. Matanya mengerjap beberapa kali. Objek pertama yang ia lihat hanya dinding putih dan polos. Bahkan telinganya hanya mendengar suara monitor detak jantungnya.

Perempuan itu menoleh ke samping. "A-aku separah inu sampai harus pake selang oksigen sama infus?" gumamnya.

Tangannya terangkat memegangi kepalanya yang terasa sangat berat. Seluruh tubuhnya terasa sangat sakit dan ngilu. "Awstttttttt."

Tiba-tiba pintu kaca itu terbuka. Seorang lelaki bertubuh tinggi datang membawa sekantong kresek putih. Harum bau parfum khasnya tercium menyengat menoel hidung Althea.

"Lo dah bangun? Gimana keadaan lo?"

Penglihatan Althea tiba-tiba kabur. Ia tak dapat melihat orang itu dengan jelas "Ka-kamu siapa?"

Cowok itu tersenyum. "Gak perlu tau gue siapa. Oh ya gimana keadaan lo sama ba-bayi di perut lo?"

"Aku gak hamil!" Suara Althea meninggi.

"Syukur deh kalau kayak gitu. Gue bisa pergi dengan tenang. Gue minta maaf, gue gak bisa nemenin lo lama-lama. Gue cuman di kasih waktu 2 menit buat ketemu lo. Jaga diri baik-baik. Maafin gue. Selamat tinggal," balasnya. Lalu meletakkan kantong kresek yang ia jinjing di atas meja. Kemudian ia melangkah, di tengah langkahnya sebelum ia keluar membuka pintu. Ia tersenyum lebar. "Terima Kenzo buat lo, gue ikhlas. Asalkan nama gue gak tercemar."

Jlep.

Mata Althea tertutup sekaligus. Ia langsung tak sadarkan diri. Sampai layar monitor menunjukkan garis lurus. Dengan suara yang lurus dan panjang.

Nitttttttttt....

Deg... deg... deg....

Tiba-tiba dada Althea terasa sangat sesak. Dadanya kembung kempis sampai tengkuknya terangkat. Nafasnya memburu. Seakan ia kehabisan oksigen saat ini juga.

Tangan gadis itu bergerak. Lalu meraba sesuatu di sekitarnya. Ia merasakan sesuatu yang berat ada di atas punggung tangannya.

Althea menggerakkan tangannya itu agar bisa bebas dari sesuatu yang menimpa tangannya. Ia mendesis pelan. Tubuhnya sangat lemah tak berdaya.

Cowok itu mengeliat. Lalu menguap. Muka bantalnya terlihat sengat imut. "Eh lo udah sadar?"

Perlahan mata Althea terbuka. "Aku dimana? Mama mana? Dan cowok itu?"

"Lo di rumah sakit. Lo koma semalem. Untung dokter bilang kondisi lo membaik," balas Kenzo menjelaskan. Semalam ia harus rela begadang untuk menjaganya. Padahal ini bukan tugasnya.

Althea tiba-tiba menangis. "Kenapa kamu bisa ada disini?"

"Kenapa lo nangis?"

Sontak tangan Althea terangkat untuk mengusap air matanya. Tapi tangannya sangat berat untuk di angkat. Hingga kembali terjatuh. "Arghhh aku gapapa. Sedih a-aja."

"Jangan nangis ini masih pagi. Lo berani ya rusak mood gue?" Kenzo marah. Lalu berdiri dan melenggang pergi.

Tiba-tiba Althea kembali mual. Hingga muntah-muntah tak tertahan. Tapi tak ada yang dapat keluar dari perutnya sedikitpun. Namun, rasanya sangatlah enek. "A-aku mau air hangat."

"Eh lo morning sickness ya? Bentar gue beli dulu ke bawah. Mau apa lagi sekalian? Mumpung masih pagi. Gue harus ke sekolah. Mastiin bapak anak lo ada humornya gak bener," balas Kenzo dalam perasaan khawatir.

Althea menggeleng. "Aku gak laper kok. Dari pada kamu telat, mening gak usah deh. Gapapa. Udah gak enek kok. Sembuh nih."

"Oke." Kenzo melangkah keluar.

ALTHEA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang