Tinta hitam baru saja selesai menuangkan sebuah tulisan puisi di atas kertas putih. Tangan gadis itu kini di lipat di atas meja. Lalu menyandarkan kepalanya di atas lipatan tangan itu.
Matanya berkaca-kaca melihat hujan deras di luar. Sejenak ia memejamkan mata, menetralkan kembali nafasnya.
"Siapa ya yang nolong aku tadi?" Pertanyaan itu terus ia tanyakan pada hatinya.
Kini ia membalikan kepalanya. Lalu kembali memejamkan matanya lagi. Hanya kaca mata yang tertinggal di sisinya tadi.
Kakinya berjalan membawanya mengambil benda itu. "Punya siapa ya?" Ia terus memperhatikan benda itu secara rinci.
"Apa aku simpan aja?" Ia berfikir cukup lama. "Yaudah aku simpen aja deh." Kemudian memasukan kaca mata itu ke dalam kotak berisi barang berharga yang ia miliki.
Rasa pusing kembali menyerang kepalanya. Althea meremas kuat kepalanya. Sampai tubuhnya terus menurun hingga jatuh.
Tubuh gadis itu mulai hangat. Mungkin akibat kehujanan tadi siang.
Seketika matanya melotot kala mengingat sesuatu. Lalu ia mencari HP-nya. Kemudian membuka google. "Aku harap itu enggak terjadi. Gak boleh." Ia mengusap wajahnya gusar.
Matanya fokus membaca artikel itu. "Ciri-ciri orang hamil itu pusing dan mual. Dan saat ini aku sering pusing. Tapi gak mungkin. Ngelakuinnya cuman 2 kali."
"Gak. Enggak mungkin." Gadis itu menggeleng beberapa kali. Lalu mendudukkan dirinya di ujung kasur. "Aw." Ia memegangi perutnya yang melilit dan teras mules.
Gadis itu terburu-buru berlari ke kamar mandi saat perutnya terus melilit.
Tiba-tiba ia berteriak histeris dari dalam kamar mandi.
Nafasnya memburu bersamaan dengan peluh yang keluar. Ia mengusap kepalanya. Langsung memegangi dadanya. Jantungnya terasa akan copot saat ini juga.
Lalu ia menarik nafas panjang. Kemudian membuangnya secara perlahan, hingga ia merasa lega. "Uh untungnya aku datang bulan."
"Gak. Aku gak mungkin hamil," lanjutnya seraya melangkah keluar.
Althea mengambil uang dari dompetnya. Lalu memgambil payung. Saat akan keluar rumah. Ia melihat mamanya tengah cekikikan sendiri dengan posisi membelakangi pintu. "Eh Mama lagi apa?"
Imadea tampak terburu-buru merapihkan sesuati di depannya yang tengah ia mainkan. "Duh aku harus buru-buru beresin nanti dia tau bahaya."
"Mah...." panggilnya lagi. Karena penasaran ia melangkah masuk ke kamar mamanya. "Mama lagi apa?"
Imadea menoleh dengan mata memincing. "Ngapain kamu kepo? Sana pergi!" Ia melempar kaleng biskuit kosong ke arah Althea.
Sampai gadis itu mundur. "Aku minta maaf," cicitnya. "Mah... aku izin keluar bentar. Mama baik-baik di rumah ya."
"Bodo amat! Sana cepet pergi ah jangan ganggu saya!"
Gadis itu tersenyum lalu mengangguk. Kemudian ia berjalan menghampiri mamanya. Juga mengulurkan tangan padanya. "Mah...."
"Ngapain tangan kamu gitu?" tanya Imadea sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Ficção AdolescenteAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...