Pagi harinya. Althea pergi untuk pulang ke rumahnya sebentar, berharap menjengguk mamanya dan untuk menggambil sebagian pakaiannya atas permintaan Helena agar ia bisa tinggal di sana. Padahal ia ragu karena tak mau meninggalkan sang mama sendirian di rumah.
Tapi rumah itu tampak sangat sepi. "Kok sepi ya sayang? Mama kamu pasti ada, kan?"
"Ada pasti di dalam, Tan--- eh bu-bunda," balas Althea.
Helena mengetuk pintu beberapa kali. Tapi tak kunjung ada yang menyahut. "Assalamualaikum... Ibu ima, ini kami Helena dan Althea."
"Mama!" teriak Althea.
Lalu seorang tukang sayur lewat. "Eh Neng Al?"
Althea menoleh. "Eh Ibu. Pagi Bu. Mama saya kemana ya kok sepi?"
"Oh Bu Ima. Tadi pagi dia pergi bersama seseorang yang mirip sama Eneng. Gatau kemana dia gak bilang," balasnya.
"Apa?" balas Althea kaget.
"Iya Neng. Eh selamat ya, Neng dapet pertanggung jawaban dari laki-laki yang sudah menghamili Eneng. Ibu permisi dulu ya. Assalamualaikum," pamitnya.
"Waalaikumsalam." Althea menatap kosong. "Mama kemana!?" Air matanya kembali lolos. "MAMA!"
Helena langsung memeluk Althea. "Sayang yang tenang dulu, Nak. Kita cari sama-sama. Sebelum itu kita cek dulu ke dalam siapa tau beliau ada di dalam."
Althea mengangguk. Dadanya terasa sangat sakit. "Mama...."
Helena mencoba membuka pintu yang ternyata tidak di kunci. "Eh gak di kunci sayang. Boleh ini kita masuk?"
Mereka pun masuk. Setiap ruangan kosong tanpa barang apapun. Helena menatap sekeliling yang terasa sangat aneh. Banyak pecahan kaca di lantai. "Sayang kok rumahnya berantakkan?"
Althea berdiri tegak. Lalu dadanya terasa sesak kala semua barang berharganya hancur tak tersisa di atas lantai. Pakaiannya seisi lemari berserakkan dimana-mana. Bahkan tercium bau kain di bakar. "Mama...."
"Astagfirullahaladzim." Helena menutup mulutnya. Kala melihat kamar yang sepertinya milik Althea itu habis di bakar. Bahkan tercium bau bensin. "I-ini kama kamu yang bakar?"
Althea sangat terpukul. Tubuhnya perlahan merosot turun. Banyak bungkai foto patah. Bahkan buku pelajarannya habis di sobek tak tersisa. "Mama... kenapa tega banget sama aku?" Ia menangis tersedu-sedu.
Kasur tempat tidurnya juga sudah rusak habis di gunting. Sampai busanya berceceran dimana-mana.
Helena membantu Althea berdiri. Lalu mengusap air matanya. "Sayang... segitu bencinya mama kamu sama kamu?"
"Mama gak benci sama aku dia cuman kecewa sama aku," balas Althea terisak. Ia langsung menghapus air matanya. "Aku minta maaf, Bunda. Gara-gara aku---"
Helena menutup mulut Althea lalu menggeleng dengan memejamkan matanya perlahan lalu membukanya lagi. "Jangan ngomong gitu sayang. Karena anak Bunda, kamu jadi di benci sama orang tua kamu. Kalau iya, Bunda janji bakalan sayang sama kamu."
"Bunda aku minta maaf...."
Helena langsung memeluk Althea sangat erat. "Jangan nangis. Kalau kamu nangis bunda juga ikutan sedih." Ia mengusap punggung perempuan itu.
"Aku minta maaf...."
"ALTHEA!" teriak seorang perempuan. Sepertinya pemilik kontrakan.
Helena melepaskan pelukannya. "Suara siapa itu sayang?"
Tanpa menjawab. Althea langsung berlari ke luar. Dimana ibu galai itu sudah berkacak pinggang. "MANA UANG KONTRAKAN 2 BULAN INI! DAN GANTI KERUGIANNY! ENAK SAJA IBU KAMU KABUR GITU AJA SETELAH MENGHANCURKAN RUMAH SAYA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Teen FictionAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...