53: Perasaan Apa Ini?

299 45 5
                                    

Sepanjang jalan Kenzo tak berhenti bicara. Ia terus mengomeli Althea. Meski hanya permintaan maaf yang terus keluar dari mulutnya. Cowok itu bodo amat asalkan omongannya bisa di dengar dengan baik oleh perempuan itu. Sekarang ia yang sudah habis memakan 3 buah pisang karena kelaparan merasa ingin makan lagi. Perutnya sangat keroncongan. Apalagi melihat perempyan di sampingnya hanya diam membisu.

Sejujurnya aneh saja. Kenapa Kenzo bisa sedekat ini pada Althea tanpa sulit merangkai rencana bagaimana mencairkan suasana jika bersamanya? Ini keajaiban dunia. Yang jarang sekali terjadi.

"Gimana ngerti gak apa yang gue ucap barusan? Jangan bilang masuk kuping kiri keluar kuping kanan!"

"Ngerti."

"Oke. Temenin gue makan nasi goreng! Gak boleh nolak. Harus mau!"

"Kalau gak mau gimana?"

"Lo yang harus gantiin nasi goreng yang jadi santapan gue malam ini. Biar gue kenyang. Sanggup?"

"Bacain UUD tahun 1945 dulu, baru aku mau." Sepertinya Althea ngidam.

"Ogah ah males," balasnya.

"Males apa gak bisa?" tanyanya.

Kenzo memberhentikan mobilnya di tepi jalan. "Nantang gue nih?" Ia merentangkan tangannya. "Oke nih gue bisa. Sorry kalau ada kata bantu yang nyasar atau kelewat."

"Hem." Althea mengangguk.

Kenzo menarik nafas dalam-dalam. Lalu membuangnya. "Undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945. Pembukaan. Bahwa sesungguhnya kemerdekaan Indonesia itu ialah hak segala bangsa. Dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus di haouskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan Indonesia itu telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan sekamat sentosa menghantarkan rakyat Indoensia ke depsn pintu gerbang kemerdekaan Indoensia yang merdeka, nersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkay rahmat Allah yang maha kuasa dan di dorongkan oleh keinginan leluhur supaya berkebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya."

Tiba-tiba Althea tersenyum menatap Kenzo dengan tatapan senang. Inikah yang di namakan hormon ibu hamil?

"Duh apa lagi ya?" gumam Kenzo. "Oh iya inget-inget. Mana bagian paling panjang nih nafas harus nyampe," batinnya.

"Terusin dong," titah Althea dengan suara manja. Fiks bentar lagi ia akan manja karena pengaruh bayi di perutnya.

"Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonedia dan seluruh tumoah daraj Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan banga, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kepada kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka di susunlah kemerdekaan kebangsaan Indoensia itu dalam bentuk suatu Undang-undang dadar negara Indoensia yang terbentuk dalam suatu susunan republik Indonesia yang ber-ber apa ya?" Kenzo berfikir keras. "Oh iya. Yang berkedaulatan rakyat kepada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonedia. Yeyyy udah! Gimama mau gak nemenin jajan ni---ih?" Ia menoleh pada Althea. "Yaelah malah senyam-senyum lo keong!"

Kenzo menaik turunkan telapak tangannya di depan mata Althea. "Na sadar oii. Jangam bengong jadi takut gue."

Sama sekali tak kunjung sadar. Althea masih bengong sambil tersenyum.

Kenzo memcari ide lalu ia punya. Sampai is tertawa memikirlannya. Wajahnya maju. Lalu bibirnya menyentuh pipi Althea. Mengecupnya singkat. Membuat Althea tak berkedip sama sekali. Matanya melirik mata Althea dari samping. Kemudian berbisik. "Jangan natap gue kayak gitu terus, nanti lo suka." Kemudian ia kembali duduk tegap menatap lurus dengan senyum tipisnya. Ia melirik Althea yang berkedip pelan.

ALTHEA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang