Berhari-hari susah payah mengembalikan kondisi dirinya yang terus memburuk penuh luka siksaan.
Gadis itu kini melangkah pelan di pinggir jalan setelah membeli pizza permintaan mamanya yang harganya sangat mahal. Sampai menguras kantong.
Mulai saat ini Althea benar-benar tak punya uang pegangan sama sekali. "Hanya ini yang aku punya dari Thea," batinnya. Tangannya mengacungkan kartu ATM itu.
Suara motor begitu berisik. Lalu penumpangnya mengambil paksa karu ATM itu dair tangan Althea. Mereka adalah jambret.
"Eh!" Mata Althea melihat mengikuti kemana mereka pergi. "Eh jambret! Jambret! Balikin!"
Kaki kecilnya berlari mengejar jambret yang sudah pergi sangat jauh. Gadis itu memegangi lututnya sakit. Secarik harapan yang baru muncul kini kembali pupus.
Nafasnya memburu. "Sekarang aku benar-benar tidak punya uang," keluhnya.
"Semuanya habis. Kenapa hidup aku sangat sengsara? Apa salah dan dosaku hingga hidupku begini?"
Althea melihat ke depan lagi. "Percuma aku kejar. Langkah aku lambat kayak keong."
"Aku cuman cewek lemah. Yang baru bangkit melawan defresi."
Hembusan nafas lembut terdengar keluar dari mulut Althea. Gadis yang suka akan bau minyak telon itu putar balik.
Kakinya melangkah hampa seperti tanpa semangat. Belasan bukatan hitam di wajah bekas pukulan mamanya masih ada. Belum sepenuhnya pudar. Bibir yamg selalu tersenyum kini berubah cemberut. Mata yang selalu bersinar kini berubah menjadi suram dan berkaca-kaca penuh beban kesedihan.
Ia melangkah seolah tanpa arah. Sampai sempoyongan. Pengendara yang melintas harus membunyikan klakson padanya agar ia mau mingir dari tengah jalan.
"Woi awas minggir! Kalau mau mati jangan disini! Saya buru-buru!"
Hal itu cukup membuat Althea sadar dari lamunanya. Gadis itu segera menepi dan berjalan di trotoar. Dari pada harus mencelakai orang lain, menghambat perjalanan orang lain dan membuat orang lain marah.
Terus berjalan dengan tatapan kosong. Dan pikiran kemana-mana, sampai tak terasa Althea sudah berjalan sangat jauh hingga sudah memasuki sebuah hutan pinus yang sangat indah.
Dimanakah ia sekarang?
Kenapa ia bisa sampai disana?
Kepala Althea merasa sedikit lebih dingin dari sebelumnya. Hatinya merasa sedikit lebih lega.
Entah kenapa sejak masuk kesana, Althea merasa nyaman. Dan meraskan sebuah pelukan penuh kasih sayang menyentuh jiwanya. Alam disana begitu baik memyambutnya.
Althea tersenyum juga merentangkan tangannya. Berjalan mundur, karena terlalu bahagia berada disini. Hutan yang bersih, juga sunyi. Malahan tidak ada siapapun di sini.
"Ah sejuk banget, bikin betah," decaknya. Lalu menarik nafas panjang.
Dugh.
Sesuatu Althea tabrak. Sampai kakinya telentuk hingga ia jatuh kebelakang menimpanya. "Eh-eh! Huaaaa!"
Bugh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Fiksi RemajaAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...