36: Sebuah Cerita

314 51 3
                                    

Padatnya warung kecil di antara halaman yang sempit itu membuat cowok itu harus terus menerus pindah-pindah tempat duduk. Juga mengeser duduknya demi ibu-bu berbadan besar. Yang terus menerus menggoda, merayu dan mencubit pipinya sampai meninggalkan bekas merah.

Seekor nyamuk hinggap di leher Kenzo. Cowok itu merasakan sakit. Dengan segera ia mengeplak lehernya dengan keras karena kesal terus di hinggapi nyamuk, nentang-mentang ia duduk di bawah bunga kertas, sampai ia sendiri memekik kesakitan. Sedangkan nyamuk iu berhasil kabur. "Njir nyebelin banget, padahal gue udah mandi tadi," gerutunya seraya menggaruk lehernya.

Lama-lama cowok itu mulai bosan dan membuka sosial media. Ia melihat Mathea menambahkan cerita. Isinya cukup membuktikan kalau ia memang benar-benar sedang berada di luar negeri. Dan sekarang sedang melakukan penerbangan untuk pulang ke Indonesia.

Tidak paham akan teori alam. Cowok itu tak kuat. Ia tak sanggup lagi ikut memikirkan solusi dari masalah itu. Hingga memilih meletakkan ponselnya lagi dan bengong sendirian. Sejak tadi pembelinya terus bertambah membuat is enggan untuk memesan. Ya itulah dia. Dia lebih suka di tanya duluan, atau memesan kala sepi. Agar pesanannya tidak salah di buat. Ia selalu kesal ketika ia meminta tanpa kecap tapi pakai cabai 10, tapi malah pake kecap dan tak pake cabai.

Nah pembelinya tinggal 3 ibu-ibu. Ini waktunya Kenzo buka suara. Sebelum bundanya kembali menelepon menyuruhnya cepat pulang yang ke 10 kalinya. Kalau sampai itu terjadi maka ia akan mengamuk saat ini juga. "Emangnya cuman ibu-ibu aja yang bisa mengamuk hah? Gue juga bisa kali," batinnya. Matanya terus menyorot tajam satu persatu ibu-ibu yang genit menatapnya terus menerus. "Untung bukan nyokap gue."

Kenzo berjalan menghadap penjual pecel. "Bu beli pecel lele kesukaan bunda saya. Gak pake---"

"Bu beli pecel 1 kayak biasa, cepetan ya saya laper soalnya!" celetuk seorang wanita yang baru datang langsung menyalip Kenzo.

Cowok itu menatap wanita itu dengan sorot tajam. "Enaknya gue apain ya ni emak-emak?"

"Mas kenapa liatin saya kayak gitu? Suka ya sama saya?" ucap Ibu itu.

Dahi Kenzo mengkerut. "Hah? Bu saya duluan disini. Jadi saya dulu. Emangnya Ibu kira saya lagi kiat tutorial bikin pecel hm?"

"Oh gitu ya." Wanita itu menerima pesananya yang cepat. "Eh makasih Bu. Bye anak ganteng muachhh!" Ia mengedipkan mata dan juga memberikan kiss bye.

Cowok bercelana pendek itu merinding geli. "Astagfirullah amit-amit ya Allah kenapa ibu-ibu disini pada genit sih?" barinnya. "Bu...." ia memanggil pedagang itu.

Tak di gubris. Malah menyahut pada orang lain. "Bentar ya Bu pesanannya lagi di buat."

"Bu....." panggil Kenzo lagi dengan suara santai. Matanya terus menatap ibu-bu yang duduk berjajar. "Saya tandai muka kalian ya mak," batinnya.

"Bu....."

"Bu!"

"BU!" teriak Kenzo emosi karena tak di jawab-jawab. "PESANAN SAYA MANA!"

Ibu itu malah menatap Kenzo. "Apa sih De? Ntar dulu sabar."

"BUNDA SAYA UDAH NUNGGU. CEPET BUATIN SEPERTI BIASA YANG DI PESAN BUNDA SAYA!"

Ibu yang akan mengulek itu mendongak. "Bisa gak usah teriak De? Telinga saya gak budek. Emang bunda kamu siapa?"

"Helena Elizabeth!!"

Sontak ibu itu melotot. Ia kenal baik dengan beliau. "Astaga kenapa gak ngomong dari tari? Yaudah tunggu ya. Ibu mau bikin buat mereka dulu. Sabar, sini anak ganteng dudum deket ibu."

"Ogah," umpat Kenzo seraya menurut duduk di dekat Ibu itu. Bibirnya cemberut. Seperti tka kebagian bansos.

Cowok itu benar-benar kesal. Ingin rasanya mengamuk. Tapi ia masih punya urat malu. Prinsifnya harus sabar namanya juga perempuan. Ikutin aja sampai mana ngelunjaknya nah nanti bisa getok aja kepalanya pake cinta dan kepribadiannya yang cuek dingin datar. Bisa langsung klepek-klepek. Ya inilah dia yang hangat kepada orang lebih tua dan anak-anak. Jika dengan seumurannya dia akan cuek dan dingin.

ALTHEA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang