Kini Kenzo dan Althea duduk menghadap bu Kina dan Bapak kepala sekolah. Cowok itu terlihat baik-baik saja tanpa rasa takut maupun cemas.
Bertolak belakang dengan Althea yang sudah tegang, cemas, gelisah dan khawatir. Bahkan tubuhnya sudah di banjiri keringat dingin. Sampai jantungnya terus berdebar-debar sangat cepat. Lututnya lemas, begitupula tangannya yang gemeteran saling memilin ujung seragamnya. Kepalanya juga terasa pusing. Wajahnya sudah pucat pasih seperti mayat hidup dengan air mata yang mengering. Kepalanya tertunduk malu dan takut.
Kepala sekolah dan Bu Kina terus berdiskusi sejak tadi. Membuat keduanya menunggu cukup lama.
Bibir Kenzo manyun karena pinggangnya mulai sakit terlalu lama duduk. Matanya melirik gadis di sampingnya. Ia lihat tubuh dia gemeteran. "Lo pasti gugup ya?" ucapnya pelan.
Althea tersentak kaget lalu menggeleng. "Eh eng-enggak. Si-siapa bilang?"
Kenzo mengangguk-ngangguk. "Tapi kaki lo gemeteran bibir lo pucet sama bengkak lagi. Kenapa?"
"Gapapa cuman tadi di gigit semut," balas gadis itu pelan.
Lalu cowok itu berbisik. "Di gigit semut apa di gigit semut nih?"
Mata gadis itu membulat. Langsung menatap lurus dengan nata melotot tak percaya. Ia menggeleng keras. "Maksud kamu?"
Brrakkkkk!
Imadea memukul meja karena geram. "CEPATLAH SEDIKIT. KALIAN KIRA WAKTU SAYA HANYA UNTUK BERDIRI DI SINI. SAYA INGIN COWOK INI TANGGUNG JAWAB!"
Bu Kina berdiri. "Bu tolong jangan kayak gini. Kami sedang berunding tunggu sebentar." Ia kembali duduk.
Imadwa berdecak kesal. "SAYA TIDAK MAU SAYA JADI SANGAT MALU KARENA ANAK SIALAN INI."
Bu Kina baru saja akan buka mulut langsung menoleh dengan raut wajah kaget. Mata melotot. "Apa Ibu bilang?" beonya. Ia langsung berdiri. "Ibu bilang bikin ibu malu?" Ia menggeleng. "Astaga Bu, justru tindakkan ibu yang teriak-teriak gak jelas kayak tadi itu sudah merendahkan harga diri Ibu. Apalagi ibu sendiri sudah menyebarkan aib anak ibu sendiri. Apa ibu tidak malu mengatakan dan melakukan hal itu?"
"Tuhan menutubi aib anak ibu. Tapi ibu sendiri dengan mudahnya menyebarkan aibnya, ibu macam apa kau ini?" Bu Kina menggeleng-geleng tak habis pikir.
"Halah gak usah sok pinter, S. Pd cuman gelar. Bukan kenyataan," balas Imadea melipat tangan di dadanya juga memalingkan wajah.
Bu Kina menggeleng-geleng. Kemudian kembali duduk. "Saya tak habis pikir sama ibu kamu, Al. Ibu salut sama kamu bisa kuat tinggal bersama manusia biadab yang menjengkelkan sepertinya," ucapnya seraya melirik Imadea.
Gadis itu mendongak. Lalu menoleh ke mamanya kemudian kembali melihat bu Kina dan kepala sekolah. "Maafkan Mama aku Bu, Pak. Beliau terlalu kecewa dan marah padaku." Ia kini tertunduk malu. "Ja-jadi dia wajar semarah ini kepadaku." Ia tertunduk lalu kembali terisak.
"Sudah, itu sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur," balas Kepala sekolah. "Althea... sebelumnya kami ingin mengucapkan terima kasih atas semua jasa dan kerja keras kamu untuk mengharumkan nama baik sekolah ini. Tapi sekarang kami akui kami kecewa berat kepadamu Al."
Perasaan Althea jadi tidak enak. Ia menatap guru-gurunya dengan tatapan sulit di artikan. Hingga matanya berkaca-kaca.
Bu Kina menunduk terisak karena kecewa. "Ibu akui ibu kecewa sama kamu, nak. Maafkan ibu tak bisa membimbing kamu agar menjadi lebih baik lagi." Ia beralih menatap cowok di samping Althea. Dahinya mengkerut bingung kala Kenzo tak bisa duduk diam. Ia terus mengeser-geser kursi dan bokongnya. "Kamu kenapa Kenzo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Teen FictionAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...