35: Tuduhan

315 40 0
                                    

Perempuan berpiyama kuning itu kini tengah membaca buku yang ia temukan di tong sampah saat pulang dari rumah bu Angeline tadi.

Ia sangat fokus membaca novel meski sebagian dari halamannya sudah robek dan kotor. Buku berjudul KLEORA itu berhasil membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Cerita bertema remaja itu cukup membuat Althea betah membacanya.

"Andai kisah aku seindah kisahnya Yara. Si pemberani yang melawan untuk tidak di tindas. Dia berani mengekspresikan pendapatnya," gumamnya. Lalu gadis itu menghela nafas panjang dan meletakkan kepalanya di atas buku itu. "Yara beruntung bisa punya Leon yang sayang banget sama dia."

"Yara beruntung banget punya mama sebaik bu Via walau itu mama tirinya. Punya ayah sebaik pak Rama. Punya temen-temen sebaik Kanaya dan Malika. Yara jelas banyak yang sayang, dia bahkan menerima apa adanya teman-temannya. Bahkan Malika sendiripun yang hamdul dan udah rusak masih aja di anggap teman."

Sialnya Althea sudah ngantuk. Ia menutup buku itu. Dan belum melanjutkan membacanya sampai akhir dimana akan membuatnya menangis dan menyesal telah membacanya.

Matanya kembali melotot segar kala mengingat kalau ia memiliki sebuah surat hasil pemeriksaan kondisinya tadi di Klinik.

Herannya. Suster tadi hanya mengatakan ia harus jaga diri sebaik-baiknya. Juga memberikan tatapan penuh padanya dan perutnya. Jadi apa yang terjadi?

Apakah Althea kena kanker rahim?

Gadis itu bangkit dari duduknya dan mengacak-ngacak cucian mencari hodie hitamnya. Ia merogoh saku bajunya mencari surat itu. "Lah ko ilang? Kemana?" Dia ketar-ketir di kamar mandi.

Saku hodie itu kosong melompong sama sekali tidak ada isinya. "Gimana kalau hasilnya buruk? Aku kena kangker?"

Membayangkan saja membuatnya sudah panik dan buntu. Gimana kalau memang benar-benar itu terjadi? Nanti ia harus rutin berobat agar tetao hidup.

Althea mengacak rambutnya frustasi. Ia melirik sekelilig. Tetap tidak ada. "Aku inget banget aku simpen di saku baju. Kenapa sekarang gak ada?"

Kakinya melangkah menyusuri setiap juru rumahnya. Siapa tahu ada jatuh di mana gitu. Perlahan ia membuka pintu. Karena takut mamanya terbangun. Bisa kena bentakkan lagi ia.

Tetap saja sudah ia cari ke semua juru tidak ada. "Apa jangan-jangan tadi jatuh di jalan? Gimana kalau orang lain yang nemuin? Ah enggak, gak bisa."

"Aku harus cari sampai ketemu. Aku gak mau hal yang tak di inginkan terjadi sama aku."

"Udah cukup aku terpuruk karena kekeras dan pelecehan seksual, aku gak mau menikah," finalnya dalam hati.

***

Angeline baru saja selesai mandi. Wanita itu membuka lemari perhiasaannya. Untuk menaruh perhiasan yang baru saja ia pakai. Betapa terkejutnya ia saat sekotak perhiasan mahalnya tidak ada di tempat.

Wanita itu langsung panik dan mencari ke segala tempat. Tetap saja tidak ada. "Argh! PARJO!"

"Iya Bu ada yang bisa saya bantu?" balasnya.

"Tutup semua jendela, pintu dan gerbang. Kumpulkan semua pelayan lagi!" bentak Angeline.

Parjo menurut dan langsung bergegas melaksanakan perintah majikannya. Dalam 10 menit semuanya selesai. "Buruan baris, nanti Ibu marah lagi. Sepertinya ada masalah!"

Santi. Dia bersmirk. Karena tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. "Bocah ingusan itu akan segera mendekam di penjara," batinnya.

ALTHEA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang