Malam ini, tanpa persiapan apapun. Kenzo datang duluan ke rumah Althea. Dengan perasaan tak karuan. Ia ikhlas tidak ikhlas melakukan ini. Apalagi ia mendapatkan pesan dari Gabriel bahwa ia pamit dan tak akan pernah kembali.
Lalu mendapatkan kabar juga kalau Gabriel telah mengalami kecelakaan pesawat saat menempuh perjalanan ke luar negeri. Pesawatnya hilang kendali dan jatuh di atas Samudera Atlantik yang jauh dari daratan.
Kabar itu cukup membuat Kenzo terpukul. Dadanya bagai di pukul batu besar.
Tangannya terangkat ragu untuk mengetuk pintu rumah yang sangat sunyi itu. "Assalamualaikum..."
Tokkkk tok tokkk....
"Assalamualaikum... permisi!"
Pintu terbuka. Ibunya Althea yang keluar. "Mau apa lagi kamu datang kesini setelah menghancurkan anak saya? Belum puas kamu hah?"
"Maaf, Bu. Kami kesini ingin bertanggung jawab atas kehamilana anak Ibu. Apakah anda berkenan menerima kami bertamu malam ini?" tanya Helena yang baru sampai setelah membeli makanan yang padat akan pembeli.
Imadea pun mempersilahkan mereka masuk dengan judesnya. "Sebenarnya saya tak sudi menerima kalian datang. Saya lebih suka anak pembawa siap itu menderita. Kenapa kalian mengizinkan putea kalian bertanggung jawab atas aib ini? Inu memalukan."
"Maksud Ibu apa?" tanya Helena bingung.
Imadea memalingkan wajahnya. "Kalau bukan karena video seks mereka tidak viral di sosmed. Anak kalian gak bakalan tanggung jawab. Anak saya juga bakalan aborsi dan gak ketauan udah hamil cucu kalian!"
"Maaf, Tante. Saya bukan orang cacat logika yang seperti anda pikirkan," balas Kenzo. "Dan sekarang mana Althea? Aku ingin bicara dengannya sebelum semuanya terlambat."
"Anak dajjal itu belum pulang! Dia lagi open bo sama om-om di luaran sana! Ini smeua kareba kamu tak mampu menafkahinya!" sentak Imadea.
Atharauf menatap bingung anaknya itu. "Bukan tante-tante menor, kan cewek yang kamu coblos?"
"Ayah... bahkan dia lebih cantik dari mamanya," balas Kenzo.
Helena mencibir. "Awas aja mukanya sama akhlaknya kayak jalan rusak!"
"Tante aku serius dia kemana perginya?" tanya Kenzo.
Imadea meliriknya. "Mana saya tau! Cari aja sendiri. Dia anak sialan untuk apa di perhatikan. Buang-buang waktu sama tenaga aja!"
Suara deru nafas memburu terdengar. "MAMA MAAF AKU PULANG TELAT!" Nada semula tinggi kini merendah kala melihat tamu di rumahnya. Bibirnya bergetar hebat. Keringat bercucuran membasahi tubuhnya. "Ke-kenzo...."
Orang tua Kenzo menoleh ke pintu. Mata mereka tak berkedip sama sekali.
"I-itu siapa?" Althea melangkah lalu memberikan salam. "Maaf, aku permisi untuk membuat minum dan makanan."
Helena menahan tangan Althea. "Jangan. Tidak perlu kami hanya sebentar. Tolong kamu duduk dulu."
Althea menurut. Gadis kucel itu tampak sangat jelek dan kotor. Ia bingung kenapa jarang-jarang sekali ada tamu datang ke rumahnya. Malam-malam lagi.
"Ayah... Bunda... kenalin dia namanya Althea. Dia ce-cewek yang aku nodai," lirih Kenzo gugup.
Althea tak menyangka. Ucapan Kenzo bukan omong kosong maupun permainan semata. Ia berharap Gabriel yang melakukannya meski tak kenal tapi dia pelakunya. "Kamu kayak gini bikin aku semakin ngerasa gak pantes buat kamu."
"Beneran? Kamu gak buta?" balas Atharauf.
Kenzo paham. "Lo meningan mandi dulu biar muka lo yang burik ketutupan lumpur bisa keliatam bercahaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Подростковая литератураAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...