7: Berusaha

559 57 2
                                    

Althea akhirnya sampai di rumahnya pukul 10:45 malam. Ia langsung segera mandi ganti baju dan pergi lagi ke bank untuk meminjam uang.

Tapi bank terdekat sudah tutup. Althea mendesah parah. Ia harus kemana lagi? Mana hari semakin malam.

Althea mendongak melihat langit. Hujan tidak kunjung turun hingga membuatnya kesusahan untuk berikhtiar. "Gini ya rasanya kalau semisalkan jadi anak tunggal. Korban percerian, dan tak punya keluarga lain." Ia menunduk sedih. "Susah sama gak enak. Aku bermimpi pengen punya anak minimal 4. Biar kalau aku gak ada temen, cerai sama suami. Biarin mereka semua ikut aku, dan nemenin aku. Biarin aku kerja bagai kuda demi mereka. Tapi aku berharap gak pernah ada kata cerai sama pasangan aku nanti."

Jantung Althea bersekup kencang kala petir menggelegar. Jujur saja, sepertinya ia takut tersambar. Tapu mau bagaimana lagi? Ia harua mencari uang agar mamanya selamat.

"Rentenir?" gumam Althea kala mendapatkan ide. Ia mengangguk setuju. Langsung berlari ke rumah rentenir yang biasanya meminjamkan uang. "Gapapa bunganya gede asalkan aku dapet uang itu secepatnya."

Gadis itu berlari di bawah guyuran hujan. Dan daun-daun kering berterbangan tertiup angin menerpa wajah Althea. Ia tak pantang menyerah dan berhenti begitu saja meski saat ini badai datang. Hanya saja gelap karena kabut yang sedikit menganggu penglihatannya.

"Gapapa, Althea ayo! Kamu berani! Gak takut gelap!" gumam Althea. Ia sempat terhenti karena jalanan yang gelap. Tapi ia menghela nafas panjang lalu membuangnya lagi. Dan kembali berjalan meski kakinya sulit di angkat.

"Enggak! Jangan! Lepasin!" Suara ini terdengar kala Althea akan melangkah.

Mata gadis itu menyipit. "Siapa ya?"

"Jangan! Jangan di ambil!" Suara itu kembaki terdengar.

Althea jadi panik. Ia berlari. Dan melihat sepertinya ada aksi pembegalan. Dan sekarang ia harus apa agar bisa menolong pria yang sebaya dengan ayahnya.

Gadis itu melihat ada kayu balok di bawah pohon belimbing. Ia juga mendapatkan ide . Langsung saja ia mengambilnya dan memetik beberapa buah belimbing yang ukurannya sangat besar.

"Iya, dengan ini bisa membantu aku," gumam Althea melihat senjata di tangannya.

Gadis itu berlari. Membanting belimbing ke kepala begal itu. Juga memukul pundak mereka.

Bugh! Bugh! Bugh! Brak!

"Pak! Ayo cepat kabur!" titah Althea di sela-sela aktifitasnya. Ia juga kesulitan harus memegang payung yang terus ingin terbang dan......

Bugh!

Pundak Althea di pukul membuat gadis itu terjatuh. Lalu ia memekik dan segera melupakan sakitnya. Dan berdiri tertatih-tatih. "Pak cepat pergi!"

"Tapi bagaimana dengan kamu?" balasnya.

Althea masih memekik kesakitan. "Gapapa ambil payung ini kalau bapak perlu. Aku akan lawan mereka. Bapak gak usah kahwatir. Cepat!"

Pria itu tidak mengambil payung yang Althea pakai. Ia segera menyalakan mesin mobil dan pergi meninggalkan Althea sendirian.

"Aku harua cari cara biar mereka bisa pergi," batin Althea. Preman itu masih terjungkal. Ia punya ide. "Mungkin ini bisa buat perhatian mereka teralihkan." Ia merogoh dompetnya. Mengacungkannya tinggi-tinggi. "Kalian butuh ini?"

ALTHEA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang