Mathea berkali-kali sudah memukuli stir mobilnya. Karena kasus Althea, ia jadi ikut terjerat dan banyak di tanya oleh wartawan. Sedangkan tersangka dengan enaknya menghilang begitu saja.
"Si Althea memang nyebelin! Dia yang kena kasus. Kenapa gue yang di bawa-bawa? Di tanyain wartawan lagi!"
Nafas Mathea memburu. Ia menginjak gas seenaknya. Hingga mobil yang ia kendarai melaju sangat cepat. Di karenakan jalanan juga lumayan sepi.
"Awas juga ya lo, Gabriel! Lo malah laporin gue atas tuduhan penipuan!"
Mathea dengan kerasnya memukul stir. Hingga ia sendiri merasakan kesakitan. "Arghhhhh semuanya nyusahin aja!"
10 ekor anak ayam bersama induknya dengan enaknya menyebrang. Hingga Mathea yang melihatnyapun kaget, segera menginjak rem.
Akibat rem mendadak. Bekas ban mobil Mathea tercetak jelas di atas aspal panas itu.
"Hah untung," decak Mathea. Ia mengibaskan rambutnya. Dan melihat sekeliling. Berharap tidak ada yang melihatnya. Lalu ia melajukan lagi mobilnya sangat cepat.
Sampai akhirnya, Mathea terus kebut-kebutan saking kesalnya pada Althea dan Gabriel.
"Tau gini mening gausah! Siapa sih yang nyebarin video syur itu!"
Tiba-tiba laju mobil Mathea terhenti di tengah jalan. Ia menepikan mobilnya lalu berfikir. Sejenak. Ia juga memijat pelipisnya karena merasa pusing.
"Apa gue punya musuh?" tanya Mathea pada dirinya sendiri.
Mathea mengangguk. Lalu memutar kunci untuk menyalakan mesin mobilnya lagi. "Iya gue inget, gue punya banyak musuh. Apalagi Silvia! Cewek tolol itu selalu ngintilin gue kemanapun gue pergi."
Mathea menginjak gas. Lalu mengendarai mobilnya ngebut. Melewati sebuah hutan rindang dan sunyi. Lalu belok kiri dan sampai di perumahan asri.
"Gue harus tanya dia! Jelas dia pasti dateng ke acara ulang tahun Kenzo!"
Mathea memarkirkan mobilnya di tepi jalan. Lalu berjalan tergesa. Ia terus merutuki semuanya. Semuanya ia salahkan.
Mathea terus melangkah. Melewati banyak rumah mewah dan megah. Tapi bukan rumah itu yang ia tuju. Melainkan rumah kecil yang terletak di belakang rumah itu.
"Kalau gak salah masuk gang ini," gumam Mathea ragu. Ia melangkahkan kakinya memasuli gang sempit. Bahkan hanya muat untuk 1 motor. Di tambah jalannya becek dan berlumut membuat Mathea ingin muntah saat ini juga.
Mathea menjepit hidungnya. Karena bau comberan. "Jorok banget sih! Gayanya aja rumah elite semua. Buang air cucian sembarangan! Merusak alam."
"Woi keluar lo!"
"Lonte keluar lo!"
"Gue tau lo yang udah bikin kekacauan ini! Keluar lo babi! Gue bakalan laporin lo ke polisi biar di ringkus lo!"
Teriakan Mathea sangat keras. Tapi yang di panggil tak datang. "KEMANA LO BABI SINI LO DATENG GOBLOK! JANGAN TAUNYA CUMAN BIKIN RUSUH DAN GAGALIN RENCANA GUE LO!"
"Maaf Kak. Tapi sebelumnya, penghuni rumah ini udah lama pindah setelah jaya mendadak."
Mathea menoleh. Ia semakin yakin pada orang yang ia cari. "Bokap sama nyokapnya kerja apaan?"
"Ibunya buruh cuci keliling, ayahnya tukang kerupuk keliling juga."
Mathea bersmirk. "Emang ya tu orang. Udah tau ekonomi sulit. Masih aja gayanya elite."
"Kalau gitu maaf ya kak jangan teriak-teriak lagi. Adik saya masih bayi lagi tidur."
"Yaudah sana balik. Makasih." Mathea langsung bergegas pergi seraya terus menerua merutuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Teen FictionAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...