***
Helena dan Atharauf berjalan terburu-buru memasuki gedung pengadilan. Mereka mencari keberadaan Kenzo di antara kerumunan wartawan yang bertanya atas kasus yang beredar itu.
"Kenzo!"
Atharauf menepuk pundak seorang cowok yang mirip Kenzo. Saat ia menoleh ternyata bukan. Terus saja begitu hingga akhirnya mereka tidak menemukan Kenzo sama sekali.
Karena panik. Helena kembali mencoba menelpon Althea. Tapi sayangnya nomornya tidak aktif. Hal itu semakin membuat perasaanya campuraduk. Apalagi saat ingat ia mengatakan kalau mereka kabur melarikan diri sangat jauh.
"Aku taku Kenzo kenapa-napa. Kemarin Gabriel telepon pengen ketemu dia sebelum dia menetap di Amerika."
Rahang Atharauf mengeras. "Jangan sampai anak bungsu kita kenapa-napa. Aku harus minta bantuan untuk mencari keberadaan Kenzo. Dan membawanya kembali ke rumah apapun yang terjadi. Asalkan mereka selamat. Mereka gak boleh menderita apalagi ada calon cucu kita."
"Jujur Bunda kecewa sama Kenzo. Dia tau Keyra. Tapi kenapa dia tega hamilin cewek?"
Atharauf memeluk istrinya. "Udah takdir. Kita cari Kenzo sekarang juga. Kata hakim, mereka juga nunggu kedatangan Kenzo. Tapi dia udah telat 1 jam. Mungkin jalanan macet."
"Kita tunggu aja di sini sampe Kenzo dateng!"
Akhirnya karena Helena merenggek. Atharauf menurut. Mereka duduk di kursi khusus saksi. Menunggu Kenzo datang. Dari 1 jam, 2 jam, 3 jam dan seterusnya. Cowok itu tak kunjung datang. Padahal ini keputusan terakhir atas di jatuhkannya hukuman kepadanya. Tapi setelah itu kembali di undur. Karena sudah sore, tapi Kenzo tak kunjung datang.
"Bunda takut Kenzo----"
Atharauf memeluk istrinya mencegah ia mengucapkan apa yang ingin ia ucapkan. "Kenzo pasti datang."
***
Bugh!
Bugh!
Kenzo sudah hampir kehilangan kesadaran dirinya dengan kedua tangannya di ikat di atas kepala. Wajahnya habis babak belur. Rahangnya terluka, ujung bibirnya mengeluarkan lumayan cukup darah. Bahkan deru nafasnya terdengar tidak beraturan. Jantungnya berdekup sangat kencang. Tenggorokannya terasa kering dan perih. Dengan sisa tenanganya ia menyunggingkan senyuman. "A---al-thea," gumamnya dengan mata sayu.
"Hajar lagi sampe dia mampus!" suruh Pria berpakaian serba hitam yang tengah menyesap rokok. Ia tak tahu siapa. Karena memakai kacamata hitam dan topi hitam.
"Lepasin!" ucap Kenzo berusaha memberontak. Tapi sayangnya, mereka malah mengikat kakinya. Lalu memukul kembali tubhhnya.
Entah dengan tangan kosong maupun dengan balok. Intinya mereka terus mengertak Kenzo untuk jujur. Atau tidak mereka mengancam akan menyiksanya sampai akhir hayatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Teen FictionAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...