23: Tersiksa

428 46 0
                                    

Sudah pukul 6 lebih. Althea belum kunjung juga bangun. Hal itu berhasil mengundang emosinya Imadea.


"Anak malas itu belum juga bangun! Apa dia tak berniat sekolah!" gerutu Imadea tergesa-gesa berjalan membawa ember berisi air. "Tapi bodo amat. Itu bukan urusan ku!"

Imadea menyiram tubuh Althea yang meringkuk di atas lantai bersama pecahan piring. "HEI BANGUN! ENAK BANGET YA KAMU MALES-MALESAN. TIDUR NYENYAK. SEDANGKAN SAYA HARUS TERGANGGU DENGAN RINGISAN KAMU!"

Wajah Althea berkedut. Merasakan sensasi dingin menyentuh kulitnya. Ia sempat mengira sedang bermimpi sedang kehujanan.

"HEI BANGUN!" Imadea kembali menyiramnya. Lalu menendang kakinya. "BANGUN! INGET SEKOLAH!"

Matanya ingin terbuka. Pikiran ingin malas-malasan. Hati ingin bangun. Tapi jiwa tidak mendukung dan sulit untuk di gerakan. Seluruh badannya terasa sangat sakit. Berkali lipat.

"AYO BANGUN! CEPET SANA NYUCI BAJU! MAU BANGUN ATAU SAYA PUKUL?"

Ingin menjawab tapi terlalu sulit untuk Althea membuka mulut. Dirinya hanya merespon dengan air mata yang keluar menerobos bibir matanya.

"Malah nangis lagi bukannya bangun! Kamu mau apasih hah!" teriak Imadea emosinya terus terpancing.

Merasa Althea tidak mempan dengan air. Imadea membawa sampu lidi dan mencepretnya berkali-kali. "Hei bangun!"

Imadea menggoyangkan tubuh Althea. Lalu memukulinya lagi berkali-kali.

"Sakit, Mah sakit," pekik Althea sangat pelan.

Bugh!

Imadea memukul pipi Althea sampai tertinggal bekas merah di kulitnya.

"Astaga kejam sekali," pekik seorang wanita yang niat hati ingin bertamu karena ada kepentingan mendadak. Tapi ia tak jadi. Semua niatnya ia urungkan kala melihat adegan sadis itu.

"Jadi anak itu harus berbakti sama orang tua! Jangan malu-maluin!" bentak Imadea.

"Jangan halu mulu kerjaannya sambil nangis-nangis, senyam-senyum gajelas," lanjutnya sambil berjalan pergi.

"Harusnya mikir! MIKIR PAKE OTAK!" JANGAN HALU!" tegas Imadea menunjuk-nunjuk kepalanya sendiri.

"HALU CUMAN BIKIN KALIAN MALES!" bentaknya lagi menyadarkan. "INGAT YA! JANGAN HALU!"

"APALAGI HALU JADI PASANGAN SESEORANG YANG GAK BISA KAMU MILIKIN. BERHARAP SAJA SAKIT APALAGI MEMILIKI HAH? MAU NYIKSA ORANG LAIN? GAK CUKUP SAYA SIKSA HAH? LEBIH BAIK SAYA YANG MENYIKSA KAMU BIAR KAMU KUAT SAAT DI SIKSA OLEH ORANG LAIN!" teriak Imadea menimbulkan tanya.

•••

"Udah mau masuk. Kok Al belum dateng? Apa dia bakalan absen?" tanya Larissa. Dia sekretaris kelas. Jadi wajar selalu bertanya tentang teman sekelasnya untuk kepastian mengisi absen hari ini.

"Mungkin sakit. Dia kemarin pucet banget kayak mayat hidup," balas Haidar.

"Tunggu aja sampe jam pertama mulai. Siapa tau datengnya telat kayak kemarin," sahut Larissa.

ALTHEA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang