41: Pengakuan

331 39 24
                                    

Mathea membuka mata lalu memberanikan diri untuk melanjutkan ucapannya. "Jadi tolong semuanya yang telah mengira cewek di video viral itu adalah saya tolong jangan. Itu bukan saya. Itu kembaran saya." Ia memejamkan mata karena tidak kuat harus memublikasikan orang yang ia benci. "Dia hanya terlihat polos dan lugu. Aslinya dia mata duitan, jahat dan licik," lanjutnya.

Semuanya melongo tak percaya. "Hah!"

Gadis itu mengangguk. "Iya selama ini saya menyembunyikan sebuah fakta kalau saya masih memiliki seorang saudara yaitu kembaran saya yang wajahnya sangat mirip. Hanya perbedaannya di postur tubuh kami. Dan saya juga masih memiliki seorang ibu yang telah lama berpisah dengan ayah saya. Saya tidak tau apa yang terjadi. Kenapa jadi kacau begini. Saya kaget saat saya pulih dari sakit, pengikut saya turun dan banyak netizen yang menghujat saya."

Seketika sekolah ini jadi hening.

Gabriel membalik tubuhnya tak percaya akan penuturan Mathea yang membuat hatinya sakit. "Sial. Berarti gue nyalurin kasih sayang gue ke orang yang salah?" Ia mengacak rambutnya frustasi. "Njir gimana kalau itu cewek nuntut gue buat nikahin dia? Gue masi sekolah gue punya cita-cita yang pengen gue wujudin. Argh!! Kenapa pake hamil segala sih? Dasar rahim baperan!"

"Sperma lo sama sel telur dia terlalu subur sampe secepat itu pembuahannya terjadi!" sahut Kenzo dari belakang. "Dari awal udah gue duga lo boongan. Lo gak mandul. Tapi terlanjur lo udah ucap itu. Maka gue sumpahin lo gak bisa punya anak sampai kapanpun, kalau setelah ini lo gak mau tanggung jawab atas kekacauan yang terjadi!"

Gabriel melototi cowok itu. Lalu memutar bols matanya. "Halah apaan sih bacot!"

"Jadi saya minta maaf. Saya benar sudah membuat surat yang di berikan pada Bu Lenia. Yakan Bu?" Mathea menoleh kepada kepala sekolahnya.

Bu Lenia mengangguk. "Iya. Dia sudah izin. Dan saya izinkan. Maka saya sendiri bingung kenapa Thea izin tapi dia masih sekolah keesokan harinya. Saya kira dia batal cuti. Ternyata orang lain telah menyamar jadi dirinya."

Mathea tertunduk. "Maafkan saudara kembarku selalu ingin sepertiku. Jadi kali itu adalah kesempatannya untuk berkeliaran agar bisa menghancurkan nama baik aku. Jadi mohon maafkan aku. Akut tidak salah. Saudara kembarku yang salah. Namanya Althea anak SMA Aksara Sastra yang berprestasi pernah datang ke sini hanya sebentar." Ia terisak bohong. Memgeluarkan air mata buayanya. "Sekian terima kasih. Ku harap kalian percaya."

Semuanya bertepuk tangan ria karena salut akan kejujuran Mathea. "Woah cewek idaman pantesan Gabriel suka!" seru mereka.

Mathea diam-diam menyeringai. "Selamat anda makin hancur Althea dadah," batinnya. "Nama lo udah hancur-sehancur-hancurnya. Hahahah." Lalu ia tersenyum pada mereka.

Dari lantai atas. Gabriel langsung berlari menghampiri Mathea kemudian memeluknya. "Gue kangen sama lo!" Ia merasakan rasa nyaman. Tapi tak senyaman bersama Althea.

Kerumunan itu perlahan bubar. Mereka berdecak lega karena sejolah mereka benar-benar bebas dari pencemaran nama baik.

"Hei, besti! Gue gak nyangka ternyata Thea punya kembaran," seru Athar. Ia menepum pundak Kenzo. "Lo udah tau?"

"Baru aja."

Athar geleng-geleng. "Sumpah sih tega banget kembarannya si Thea sampe nyamar gitu. Dan parahnya sih main sama Gabriel. Gimaba kabar dia? Malu gak? Malu gak? Malulah masa enggak."

Kenzo menjawab, "Sut, diem. Lo gak usah sok ta---"

"WOI LIAT KANIA SMA AS LAGI SIARAN LANGSUNG DI SEKOLAHNYA ADA KERIBUTAN DAN PENGANIAYAAN CEWEK SAMA IBUNYA DI TONTON SELURUH SISWA!" teriak Laura dari kejauhan yang tengah berlari.

ALTHEA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang