57: Resmi

305 45 13
                                    

Suara jangkrik malam menghiasi sunyinya malam ini. Hawa dingin menyerang dengan di iringi hembusan angin sepoi-sepoi. Gorden kamar hotelpun sampai tertiup lumayan kencang. Pintu jendela pun terus menerus tutup lalu terbuka seiring dari dorongan dari angin. Hingga menimbulkan bunyi decitan lumayan keras.

Kenzo berjalan membawa segelas susu hangat untuk Althea. Lalu memberikannya, kemudian duduk di sampingnya. "Lagi nonton apaan sih?"

"Misteri legenda aja. Kenapa emangnya?"

Kenzo mengangguk. Matanya masih fokus melihat layar televisi. Lalu menarik bantal sofa dan memeluknya. "Lo suka nonton mistis gitu?" Matanya melirik Althea.

Perempuan itu mengangguk tanpa pandangannya teralihkan. "Suka. Kamu gak suka?"

"Suka sih cuman suka jadi gak mood kalau lewat salah satu jalur yang di bahas," balas Kenzo. Lalu menyendarkan kepalanya di bahu Althea. Membuat tubuh perempuan itu sedikit miring.

"Kan biar tau jadi waspada," balas Althea. "Ish berat. Sini aja." Ia mendorong kepala Kenzo dengan pelan. Lalu menepuk pahanya.

Kenzo melirik paha Althea yang di balut daster selutut. Lalu ia membaringkan kepalanya di atas paha Althea. Matanya kembali fokus menyimak penjelasan legenda itu.

Tangan kekar Kenzo terulur. Ia merasa haus dan meraba meja. Lalu setelah mengenggam sebuah gelas. Ia langsung meneguknya tanpa melihat air apa yang ia minum.

Althea mendengar suara air di teguk dengan cepat. Ia melihat ke bawah. Dan kaget langsung merebut gelas itu dari genggaman tangan Kenzo. "Ya ampun! Kamu kenapa minum susu aku?"

"Hah?" tanya Kenzo cengo. Dengan sisa susu di atas bibirnya.

Jari kecil nan lentik Althea menghapus bekas susu di bibir Kenzo. "Belepotan banget sih. Nanti kamu di gigit semut karena manis."

"Oh ya gue manis? Sejak kapan?"

Kenzo mengangkat kedua kakinya di atas ujung kursi. Bahwa setengah kakinya tak muat tertampung di kursi empuk itu.

Cengiran jahil Kenzo pancarkan membuat pipi Althea bersemu. Pribadi lelaki itu yang lembut dan pengertian. Ikhlas dan pasrah akan takdir membuatnya perlahan-lahan semakin nyaman bersamanya. Perlahan luka di hidupnya mulai memudar. Meski kemungkinan besar sulit di lupakan.

Althea tersenyum manis. Ia sangat beruntung bisa bersama Kenzo. Walau pada kenyataannya akan sebentar. "Aku cuman biang masalah."

Tangan Althea mengelus perutnya. "Kamu harus jadi kebanggaan. Jangan ngecewain orang lain ya sayang," batinnya.

"Belum ngantuk Al?" tanya Kenzo seraya merubah posisi jadi miring. Lalu mencomot kue kering dan memakannya. "Minta dikit ya, Mil. Laper gue."

Mendengar itu Althea melotot. Lalu nenepuk dahinya. "Astaga maaf. Aku lupa. Aku belum masakkk."

"Gapapa. Udah kenyang kok minum susu lo," balas Kenzo yang terus memakan cemilan. Bahkan sisa gigitan Althea pun ia lahap habis tanpa jijik dama sekali.

Sampai akhirnya acara televisi itu telah berganti ke sebuah film horor berbahasa Inggris. Membuat Kenzo semakin serius menonton.

"Gerah, Ken. Aku pengen jalan-jalan ke luar cari angin," renggek Althea memohon.

Kenzo menoleh cepat. Menatap lnya dengan sengit. "Apa lo bilang barusan? Mau cari angin apa mau masuk angin!"

"Mening gue masukin aja mau!"

"Ish apaan sih!" Althea memukul pelan bahu Kenzo dengan renggekan kesal.

Kenzo tertawa terbahak-bahak. "Dih pikiran lo kotor banget sih. Sini gue cuciin pake air mama lemon."

ALTHEA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang