Cukup lama berada di kamar mandi mencoba memuntahkan isi perutnya yang terasa sangat mual, tapi tak ada sesuatu yang keluar. Hanya cairan putih bening. Tapi cukup untuk membantunya kehilangan rasa pusing di kepalanya dan enek di dadanya.
Gadis itu keluar kamar mandi dengan wajah basah pucat. Melangkah pelan dengan bibir bergetar sambil memegangi perutnya. Tubuhnya sangat lemas.
Prang!
Sebuah pas bunga di lempar dari ruang tamu ke depan Althea. Untung sana tidak kena.
Imadea mengacak-ngacak seisi rumah. Kemudian berpindah ke dapur membanting semua kerabotan rumah. Membuat Althea mengigil takut.
Brak! Krak! Bruk! Brugh!
Suara barang-barang di lempar hingga berserakan di lantai.
Karena takut mamanya kenapa-napa. Gadis itu mengikutinya dari belakang. Memastikan dia baik-baik saja.
Terlanjur sangat emosi. Imadea melempar piring kaca dan mangkok ke belakang. Dimana gadis itu berdiri di samping kusen pintu.
Prang!
Rasa sakit menjalar tulang kering di kaki kirinya. Juga di wajahnya. Lebih teoatnya di dahinya. Cewek itu hanya mampu memejamkan mata sambil meneteskan air matanya.
Tak kama kemudian satu rak piring di dorong ke samping hingga rungkad. Dan barang-barang itu langsung pecah dan bercecran dimana saja.
Salah satu pecahan belingnya yang memantul cukup tinggi menusuk punggung tangan gadis yang tengah berdiri mematung itu.
"Akh," pekiknya.
Membuat Imadea menoleh. Ia langsung berjalan menghampirinya. Seringaian di wajahnya timbul. "Hai. Kamu apa kabar? Ternyata kamu masih hidup. Ku kira kau sudah mati memakan terlalu banyak uang ku!" Ia tertawa terbahak-bahak.
Lalu mencengkeram rahangnya sangat keras. "Kamu tau hah? Gara-gara kamu saya jadi semiskin dan sesengsara ini bersama anak sialan itu hah!"
Imadea tertawa lagi seperti kerasukan iblis. "Gara-gara kamu saya di buang orang tua saya!"
"Dasar sialan!" Dia mendorong kepala Althea sampai terjungkal.
Gadis yang runtuh itu kembali bangun. Ia tahu mamanya bukan marah padanya tapi pada orang lain. Iapun memberanikan diri berdiri lalu memeluk mamanya. "Maf aku mohon... jangan menyeretku ke dalam masalah mu yang tidak ada kaitannya dengan ku. Kau marah sama yang lain taoi selalu saja aku jadi imbas dari pukulan tanganmu," batinnya sambil menangis.
Tak sudi di peluk dia. Imadea mendorong Althea samoai termundur hingga membentur dinding.
"Jangan pernah panggil saya ibu kamu lagi di tempat umum!" tegas wanita itu. Ia menyeka air matanya.
Althea semakin terpukul. Dadanya terasa di pukul beton hingga dadanya sangat sesak. "Mah... katakan apa salahku kenapa--"
"Salah mu karena kamu itu anak pembawa sial!" teriak Imadea.
Tubuh gadis itu seperti tersengat listrik. "Ingat mah... aku adalah fotocopi mu."
Terdiam karena kata-kata itu. Kini Imadea melototi anak itu dengan tajam. Saat mengingat kala Angeline datang ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Teen FictionAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...