Cukup lama menempuh perjalanan. Mathea dan Althea akhirnya sampai di tempat tujuan.
Mathea terus di telepon papahnya untuk segera ke bandara. Karena penerbangan akan segera di mulai. Sedangkan ia belum mengemas barang apapun.
"Ayo masuk buruan!" titah Mathea terburu-buru seperti maling. "Buruan naik ke lantai 2. Gue mau siapin barang-barang dulu!"
Althea mengangguk. Ia jadi bingung. Mana Mathea terus terburu-buru. Sambil melangkah, ia melirik sekitar rumah yang cukup mewah hingga membuatnya takjub. "Waw mewah banget."
"Bibi mulai sekarang berhenti kerja. Nanti aku kabarin lagi kapan harus mulai kerja!" Itu yang Althea dengan dari kejauhan.
"Loh kenapa di berhentiin ya?" monolog Althea bingung. Ia semakin melangkah menaiki anak tangga. Ia terus semakin di buat takjub di buatnya.
Semua barang sudah siap dalam waktu 10 menit. Mathea tiba-tiba sudah ada di lantai 2. "Al buruan sini!"
Althea mendongak kaget. Hampir saja ia kejengkang. "Kok kamu udah ada di atas aja, lewat mana?"
"Lift ada eskalator ada. Mana bisa gue jalan di 99 tangga. Mau kaki gue patah?" balas Mathea. "Udah buruan lari!"
Althea menurut dan berlari menaiki anak tangga sebantak itu. Sampai-sampai ia ngos-ngosan. Nafasnya berkali-kali terus tercekat. Untungnya ia tidak kehabisan nafas.
"Ayo ikut gue!" Mathea menarik pergelangan tangan Althea memasuki kamarnya. Lalu mendorongnya ke sofa. "Diem disini. Gue bakalan jelasin tugas-tugas lo disinu!"
Althea mulai menyimak.
"Bentar gue pengen minum dulu. Lo kelamaan sih. Kenapa gak naik eskalatoe atau lift aja? Tubuh lo makin kurus tau!" ucap Mathea mengomentari sambil meneguk air.
Tenggorokan Althea juga kering. Pasti akan lebih segar jika meneguk air putih biasa. Tapi sayangnya Mathea tidak menawarkannya padanya.
"Nah jadi gini. Selama gue di Ko-- eh Singapura ngerawat papah. Lo harus---" Mathea melanjutkan ucapannya dengan berbisik di telinga Althea secara langsung. "Apa lo sanggup?"
Althea terdiam menatap Mathea. "Seriusan itu?"
"Iya. Banyak keuntungan yang bakalan lo dapetin dari itu. Oh ya HP lo, kan rusak. Nih gue ganti, pake sebaik-baiknya. Nanti bilang aja keriset," balas Mathea. Melihat Althea terdiam membuatnya yakin kalau dia keberatan. "Lo keberatan? Kalau iya balikin 250 juta ke gue sekarang. Kalau enggak gue bakalan laporin lo ke polisi atas kasus penipuan. Mau?"
Seketika Althea kaget. Ia langsung mengangguk. "I-iya! Aku mau. Aku janji bakalan nurutin apa yang kamu mau!"
"Oke selebihnya lo bakalan tau sendiri. Pokoknya jangan pernah nolak permintaan temen-temen gue nanti ya! Semua pokoknya!" titah Mathea. "Kalau gitu lo ganti baju, gak boleh kayak gembel. Ini tabungan gue lo pake aja buag gue ngirim uang buat lo!"
Mathea meninggalkan Althea di kamarnya. "Gue pamit sekarang! Jaga diri baik-baik. Gue harap lo konsisten. Inget, lo gak bisa lari dari ini. Lo bisa masuk penjara!"
Althea mengangguk. "Dan mulai sekarang akh harus--"
"Iya. Sesekali! Udah ya gue buru-buru!" Mathea langsung pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Roman pour AdolescentsAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...