28: Hilang Kabar

369 41 0
                                    

Karena pulang tak membawa yang ia inginkan. Imadea marah besar dan menghukum Althea di dalam gudang. Tak lupa juga menyiksanya habis-habisan.


Sudah tak bisa lagi dijelaskan oleh kata-kata lewat ucapan. Juga tak bisa lagi di jelaskan lewat tulisan.

Terlalu panjang untuk menuangkan segala kekejaman Imadea pada Althea.

Sejak itu juga Althea tidak terligat lagi berkeliaran keluar rumah. Sampai tetangganya saja heran dna bertanya-tanya.

Tapi Imadea tidak pernah menjawab. Hanya menjawab kalau mereka terlalu kepo akan urusan pribadinya.

"Yaelah Bu Ima, kita itu khawatir. Biasanya dia jam segini pulang sekolah."

Imadea tak sama sekali menggubris. Malah fokus membersihkan kukunya. "Apa pedulinya kalian hah? Emangnya kalian yang lahirin dia? Ngerawat dia? Ngedidik dia!"

"Dih malah ngamuk!"

"Pergi sana!" usir Imadea sinis.

Mereka yang sengaja datang malah di usir begitu saja. "Yaudah yuk Bu pergi. Sinis amat emaknya. Padahal anaknya baik dan selembut sutra."

"Bukan sutra yang di pake baju sama burungnya mas Broto yo Mbu?" celetuk Ibu itu sambil tertawa.

"Yo ndak lah, masa sih!" sahut Bu Ajeng.
"ya tidaklah masa sih"

"Ya bisa wae atuh, Ceu!" sahut Bu Encum.
"Ya bisa saja dong, Kak!"

"I don't know what that mean's?" sahut Bu Emily.
"Aku tidak tahu apa artinya itu?"

"Ich gehe zuerst nach Hause," pamit Bu Adaline.
"Saya pamit pulang dulu." (Jerman)

"Yo tambien quiero ir a casa," seru Bu Marina ikut usul.
"Aku juga mau pulang." (Spanyol)

Imadea yang mendengarnya hanya mencibir. "Sok-soan ngomong pake bahasa asing. Makan sama cocol minyak jalantah aja bangga!"

"Selamat sore, Bu!" Pria perawakan tinggi menghampiri Imadea.

"BAYAR HUTANG!"

Imadea teesentak kaget. "Gak ada Pak kakau sekarang. Mungkin bulan depan. Saya lagi gak punta uang nih. Nanti aja ya, nunggu pembantu saya kerja dulu."

Mereka pun pergi. Membuat Imadea bisa bernafas lega.

Dengan kesal Imadea masuk ke rumah. Membuka kunci gudang. Dimana gadis kucel itu duduk dengan suhu badannya yang panas tinggi.

"Heh anak punggut! Sini kamu!"

Tubuh Althea lemas. Ia terlalu lama mengesot sampai mamanya menyeretnya paksa keluar gudang.

Brak.

Imadea membanting toples. "Enak ya males-malesan!"

"Mah aku minta maaf," cicitnya. "Perut aku sakit, Mah...."

"Halah gak usah lebay!" sentak Imadea.

ALTHEA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang