Dini hari ini, lebih tepatnya pukul 4 pagi. Gadis yang terkujur tak berdaya penuh lebam itu terbangun dalam keadaan seluruh tubuhnya sangat sakit.
Matanya mengerjap beberapa kali. Hingga tak terlalu kabur pandangannya.
Bahkan untuk menggerakan kaki atau tangannya rasanya linu semua. "Aw sttt," pekiknya.
Lalu Althea kembali terbaring. Dengan jantung berdetak sangat cepat. Ia memejamkan mata untuk menetralkan deru nafasnya. "Hufhh... badan ku sa-sakit semua," keluhnya.
Angin berlalu begitu lembut menyentuh kulit Althea secara langsung. Ia mengintip dari bawah selimut. Dirinya sudah bertelanjang bulat. Membuat jantungnya semakin berdetak lebih cepat.
Althea menoleh. Tubuhnya langsung terasa sangat sakit semua. Semuanya tanpa tersisa. Ia menoleh dan matanya langsung melotot terlonjak kaget. "Astaga!" sentaknya langsung menutup wajah, juga mundur saat itu juga langsung merasakan sensasi sakit luar biasa. "Aw."
Lelaki berwajah tampan tengah tidur pulas di samping Althea. Wajahnya cukup teduh untuk di pandang.
"Enggak! Itu semua gam terjadi! Ini cuman mimpi! Enggak!" Althea langsung mengamuk sendirinya kala mengingat kejadian semalam. Dirinya di buat tsk berdaya oleh lelaki di sampingnya.
Althea langsung bercucuran keringat lagi. Kulitnya terasa sangat lengket penuh keringat. Matanya melihat semua pakaiannya berceceran di lantai. Dengan cepat ia bangun meski begitu sulit.
Althea menyingkap selimut. Dimana ia langsung menjerit. Tapi dengan cepat ia menutup mulutnya agar tidak berisik. Lelaki itu juga sama sepertinya. Seketika air mata berjatuhan tanpa terbendung.
Perlahan-lahan Althea mengusur kakinya turun. Ia menutupi tubuhnya dengan kain yang terletak di atas selimut. Lalu memunguti pakaiannya, dan segera memasangkannya lagi. Meski tak semua.
Tanpa alas kaki, Althea berjalan tertatih-tatih menuju pintu. Menahan rasa sakit dan perih. Ia terus merutuki dirinya dalam hati tanpa sisa.
"Tolong!" Suara Althea langsung tercekat. Tenggorokannya seketika terasa sangat sakit. Sampai ia batuk-batuk. Sampai wajahnya memerah. "Tolong!" Ia mencoba membuka pintu. Ternyata tidak di kunci sama sekali.
Althea berjalan menarik kakinya. Lalu ia menutupi tubuh bagian depan dengan kemeja milik Gabriel. Ia kaget melihat teman-temannya terbujur tak sadarkan diri dimana-mana. "A-aku harus pergi."
Dengan air mata mulai mengering. Althea kembali melangkah setelah menutup pintu. Apalagi ia takut kala Gabriel bergerak.
Susah payah Althea berjalan sampai akhirnya ia tiba di lantai paling bawah. Ia tak peduli seperti apa penampipannya. Yang ia inginkan hanyalah pulang sampai tujuan.
Jalanan bahkan lingkungan sekitar sangat sepi. Sangat, bahkan sampai suara hewan aneh terdengar.
Hembusan angin malam menerpa jiwa Althea yang tanpa daleman pakaian. Ia hanya menakai gaun seksinya di balut dengan kemeja Gabriel. Ia memeluk dirinya sendiri begitu erat. "Aku udah kotor! Kotor! Udah gak ada yang berharga di dalam diri aku!" jeritnya dalam hati.
Althea menoleh ke sekitar mencari kendaraan yang bisa mengantarnya pulang. "TAKSI!" ucapnya seraya mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Teen FictionAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...