Kenzo memutar-mutar gagang pintu. Di tarik juga tidak bisa terbuka. Di dorong gak bisa. "Sial, di kunci dari luar." Ia berjalan mencoba mencari kunci atau apalah asalkan bisa di gunakan. Asal jangan kunci inggris saja.
Tetapi karena gelap ia kesulitan untuk melihat benda apakah itu. Saat ia rasa, dari tadi ia terus menendang sesuatu di lantai. Karena lantainya berantakkan sempat di acak-acak kamarnya oleh Imadea tadi.
Cowok itu mendorong jendela berharap bisa di buka. Ternyata sangat sulit. "Argh, shit kenapa jendelanya juga gak bisa di buka sih!" decak Kenzo. Bagaimana tidak? Seseorang berjubah hitam telah menempelkan lem begitu banyak di sela-sela jendela itu.
Kini Kenzo hanya mondar-mandir dengan perasaan gelisah. Pikiran bernatakkan dan sudsh memikirkan aneh-aneh. "Gimana kalau gue di grebek warga? Aduh bisa mati konyol."
"Di suruh beli pecel malah di kira ngen, ah enggak. Itu gak boleh terjadi!" Kenzo menepis pikiran buruknya. Dia berdiri cukup lama hingga akhirnya punggungnya terasa sakit. Iapun duduk di lantai. Dengan wajah yang kusut dan bibir manyun.
Terdengar suara nyamuk dekat telinganya terus berbisik seperti helikopter.
Lalu Kenzo memukul area yang menurutnya gatal begitu keras. Hingga nyamuk itu tak terasa lagi di sana. Tapi bepindah ke pipi dan lehernya.
Sampai menimbulkan bekas merah di kukit lutihnya yang bisa dapat menimbulkan orang yang melihatnya overthingking dan mengira hal aneh terjadi padanya.
"Aduh bosen juga lama-lama. Siapapun tolongin gue!" teriaknya sambil menggaruk pipinya sampai merah.
Kenzo terdiam kala suara segerombolan warga berseru mendekat ke rumah ini. Ia berdiri dan mengintip dari jendela. "Warga? Mereka bawa obor semua? Mau nyari babi ngepet?" Ia menutup gorden lagi. Kemudian terdiam berfikir. "Gak. Gue yakin ada yang lain."
"AYO KITA CEK RUMAHNYA IMA!"
"AYO! APAKAH BENAR ANAKNYA MEMASUKAN SEORANG LELAKI KE RUMAHNYA DAN BERMAIN GELAP-GELAPAN DI KAMARNYA!"
"IYA SAMPAI IMA SENDIRI DIAM DI LUAR TAK BISA MASUK KARENA RUMAHNYA TERKUNCI!"
Seru warga rame-rame mengepung rumah Imadea saat ini juga.
Salah satu warga mencoba membuka pintu. "Benar Pak terkunci dari dalam. Dan rumah kedengaran sangat sepi."
Imadea sudah nangis bombai agar semuanya kasihan padanya. "Tolong cegah mereka sebelum melakukan zina. Aku tak rela kehilangan putri satu-satunya ku." Ia terisak dengan air mata buayanya.
"Baik Bu akan kami bantu. Ayo dobrak pintunya!"
5 pria itupun mendobrak pintu sampai akhirnya terbuka. Mereka semua lansung masuk mengecek semua ruangan. Hanya 1 kamar tersisa. Dimana di dalamnya juga terkunci.
Brak!
Kenzo tersentak. "Alhamdulillah akhirnya gue bisa selamet dan pulang," batinnya. Ia langsung memejamkan mata kala senter para warga di sorotkan ke wajahnya. "Ah silau!"
"NAH INI DIA MEREKA!"
"NAH KETAHUAN KALIAN SEKAMAR BARENG GELAP-GELAPAN LAGI!"
Benar dugaan Kenzo. Ia akan di grebek warga. "Maaf semuanya. Tapi saya kejebak disini. Tjba-tiba semuanya kekunci. Terus lampu mati."
"Benarkah?" sahut mereka. "Coba kamu cek." Mereka memencet saklar.
Hingga lampu di kamar Althea nyala dengan begitu mudah. Membuat Kenzo semakim bingung. Apa yang terjadi sebenarnya?
Ia yang bego atau dia memang sedang di bodohi?
"ALTHEA!" Imadea bersandiwara langaung berlari memeluk Althea. "Hua bangun sayang, bangun!" Ia memeluknya semakin erat. Ketika tubuh gadis itu sudsh tak bergerak lagi. "Ini mama nak bangun! Ini mama!" Air matanya bercucuran mentes ke wajah Althea.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Teen FictionAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...