Suara tangisan bayi memenuhi ruang bersalin setelah selama 1 jam tak kunjung keluar. Malam ini menjadi malam yang panjang bayi Althea yang hampir kehabisan nafas saat melahirkan. Nafasnya memburu, ia memejamkan mata merasanya beratnya hidup yang ia jalani, lelah, letih, capek, sakit yang tidak bisa dijelaskan. Tangis Althea sejak tadi memang sudah pecah.
Kini tambah pecah kala bayi yang sudah di bersihkan itu di letakkan di atas dadanya. Perlahan tangisnya mulai mereda. Althea memeluknya dan langsung menangisinya. Kini sulit di jelaskan perasaan apa yang tengah ia rasakan. Rasa senang, sedih, semuanya jadi satu menjadi campuraduk.
"Hai sayang, ini Bunda. Selamat datang di dunia," bisik Althea. Lalu mengecup singkat kepala bayinya. "Hari ini ayah meninggal. Dan kamu lahir. Sungguh luka dan bahagia yang menjadi satu."
Dia sangat kecil dengan berat badan 2,1 kilogram, dan panjangnya 45 centimeter.
Tapi saat Althea ingin melihat wajahnya. Dokter sudah menyuruh perawat untuk membawanya mendapatkan perawatan instensif di inkubator karena ia terlahir prematur.
Althea sangat lelah. Perlahan ia memejamkan mata. Namun suster langaung memintanya tetap sadar. Hingga Althea tersenyum kembali.
"Siapa yang membawa ku ke sini? Ini rumah sakit mahal sepertinya."
"Ini di Angeline Hospital. Dokter Joana yang membawa kamu ke sini."
Althea terdiam. Ia mencoba mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya. Memang, ia merasakan rasa sakit di perutnya. Bahkan air ketubannya sudah pecah. Dan ia ingat saat itu ia mendengar suara klakson mobil menghampirinya. "Lalu dimana dokter Joana berada?"
"Di ruang operasi. Nanti dia akan ke sini."
Althea menyunggingkan senyuman. Lalu mengangguk. Ia memejamkan mata. Membayangkan Kenzo--sosok lelaki berjenis menusia padahal seorang pangeran. Yang pamit pergi sebentar namun pergi untuk selamanya.
Isakan tangis mulai terdengar. Cengkeraman kuat tangan Althea ke pinggir ranjang semakin menguat seiring rasa sakit dan sesak di dadanya bertambah. "Cintanya senyaman mentari pagi. Tawanya seindah matahari. Kehadirannya bagaikan pelangi. Datang sekejap, tapi membuat hidupku berarti. Namun sayangnya kamu pergi secepat ini."
"Ih sini deketan duduknya bentar."
Dahi Althea mengkerut bingung. "Apa? Kenapa? Ada apa?" Raut wajahnya berubah menjadi sangat menggemaskan saat seperti ini.
"I love u!" bisik Kenzo seraya mencium pipi Althea.
Althea kaget dan menoleh, matanya langsung bertemu mata Kenzo yang menatapnya. Ia tersenyum sangat malu hingga tak bisa berkata-kata.
"Jangan bengong!" Kenzo menoel hidung Althea. Lalu menarik tangannya ikut bersamanya.
Althea terkekeh mengingatnya. Meski ia tertawa dalam keadaan mata terpejam. Tetap saja air matanya terus berjatuhan. "Ya Allah sakit!"
"Kenapa orang-orang yang aku sayang malah perlahan meninggalkan aku?" Althea menggeleng cepat. "Aku capek, aku gak sanggup lagi, aku gak kuat."
Althea kelepaskan pegangannya lalu mengigit tangannya sangat keras. Untuk meredam tangisnya yang semakin pecah. Sesak, sakit, nyeri! Semuanya sudah tak berarti apa-apa baginya. Kehilangan seseorang yang kita sayang untuk selamanya itu bukan hal yang mudah untuk di ikhlaskan. Meski kita memaksa untuk kembali dia tidak akan pernah kembali. Itu hanya akan menyakitinya disana.
Sekarang semua rasa sakit ini sudah tidak bisa di jelaskan lagi oleh kata-kata. Hanya air mata yang bisa memberitahu semuanya kalau itu sangat menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHEA [End]
Novela JuvenilAlthea dan Mathea itu kembar identik. Sulit sekali membedakan wajah 2 perempuan ini. Terkecuali sikap dan karakter mereka yang bertolak belakang. Althea sederhana sedangkan Mathea mewah. Hingga suatu hari, perceraian memisahkan keduanya. Althea ikut...