Part 2🥀

1K 70 4
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 7 malam, Shena beranjak turun dari ranjangnya. Cacing-cacing di perutnya sudah konser sedari tadi. Ketika ia sampai di gundukan tangga, Shena melihat punggung lelaki yang di cintainya.

Shena rindu dengan lelaki itu. Pria yang tak pernah menganggap dirinya ada, pria yang selalu kasar kepadanya, pria yang selalu marah ketika Shena ingin memeluknya, pria itu cinta pertamanya, papanya.

Shena tak pernah benci dengan papanya. Ia memaklumi sikap acuh papanya. Dulu Hendrik papa Shena sangat menyanyangi putri kecilnya itu, tetapi semua berubah sejak kejadian hari itu.

Shena melangkahkan kakinya mendekati Hendrik. Hendrik yang sedang menikmati makanannya terhenti dan melihat Shena dengan menahan marah.

"Siapa yang suruh kamu disini" ucap Hendrik
"Aku ingin makan sama papa" jawab Shena
"Saya tidak sudi makan dengan anak sial seperti kamu" sarkas Hendrik
Shena diam, matanya sudah berkaca-kaca
"Aku duduk disini ya pa" ucap Shena menahan air matanya
"Sudah saya bilang, saya tidak sudi makan dengan kamu" ulang Hendrik dengan amarah
"Pergi dari hadapan saya"
"Tapi paa...."

Hendrik yang sudah muak langsung berdiri dan menghampiri Shena.
"Kalo saya bilang pergi ya pergi" ucap Hendrik sambil menjambak rambut Shena
"Paa...sakit..." ucap Shena
"Gara-gara kamu saya tidak selera makan lagi" Hendrik mendorong kuat Shena ke tembok
Air mata Shena mengalir dengan deras di pipinya, punggungnya sakit sekali.

"Kamu anak sial, kamu pembunuh istri saya" Hendrik menampar pipi Shena dengan keras
"Aampuun paaa ssaakiiitt" ucap Shena sambil memegang pipinya
"Kamu pantas mendapatkan itu semua" ucap Hendrik lalu beranjak pergi
Badan Shena meluruh jatuh ia tak kuat menahan sakit perbuatan papanya. Bi Inah pembantu yang melihat dari awal perbuatan tuannya langsung berlari menghampiri Shena.

"Non Shena gapapa" ucap bi Inah khawatir
"Ssaakitt bi" ucap Shena dengan lemas
"Maafin bibi ya non, bibi gak bisa bantu non tadi, bibi takut sama tuan non" bi Inah merasa bersalah melihat keadaan Shena
"Gapapa bi, Shena udah biasa" Shena tersenyum walaupun air matanya masih mengalir
"Kita ke kamar ya non, bibi obatin"
"Sini non bibi bantu berdiri"
Shena mengangukan kepalanya lalu berdiri, mereka berjalan menuju kamar Shena.

PROMISE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang