Part 47🥀

1K 56 4
                                    

Sepasang kekasih berjalan dengan tangan yang saling bertaut di koridor rumah sakit, mereka menuju ruangan psikiater.

"Pagi kak" sapa gibran memasuki ruangan

"Pagi adek gue yang lagi kasmaran" ejek dina

"Iri lo" sindir gibran

Dina tak menghiraukan perkataan gibran, ia memfokuskan menatap shena. Shena tersenyum.

"Haii kak" sapa shena

"Hai shena. Jauh lebih baik sekarang" ucap dina

Tangan kiri gibran mengelus lembut rambut shena yang berada di sampingnya dan tangan satunya memegang punggung tangan shena yang ia bawa ke pahanya.

Dina hanya menggelengkan kepalnya melihat kelakuan gibran.

Mereka berbincang beberapa lama tepatnya shena yang banyak bicara. Dina senang perkembangan mental shena membaik.

"Kakak senang lihat kamu bahagia begini she" ujar dina

"Iya dong kak kan penyebabnya gue" sombong gibran

"Gue ngomong sama shena ya" jengah dina

Gibran tak menanggapi omongan dina, ia lalu mengecup bibir shena sekilas di depan dina.

Cup

Shena melotot, pasalnya mereka masih di ruangan dina.

"Pamer" kesal dina

"Iri bilang bos" ejeknya

"Makanya jangan jomblo" sindir gibran

"Awas aja lo. Nanti gue tiba-tiba nyebar undangan baru tau rasa lo"

"Dih jomblo sok-sokan mau nikah segala" ejek gibran lagi

Shena yang melihat perdebatan dua sepupu itu langsung berpamitan untuk menghentikan bacotan mereka.

"Kak makasih ya, kita pamit" ucap shena

"Iyaa she. Jangan lupa putusin gibran ya biar dia frustasi" saran dina

"Oke kak nanti aku coba" ucap shena santai

Gibran terkejut, ia lalu menarik tangan shena untuk pergi dari sana.

Setelah keluar dari ruangan dina, gibran memayunkan bibirnya.

Shena tertawa melihat gibran.

"Ngapain ketawa, senang ya mau putus dari aku" kesal gibran

"Aku tadi bercanda sayang" rayu shena

"Beneran" tanya gibran

Shena menganggukan kepalanya. Gibran lalu menarik shena ke dekapannya. Di kecupnya pucuk kepala gadisnya itu.

"Shena gibran" sapa seseorang

Merasa namanya di panggil mereka menoleh ke arah suara itu.

"Raka" ucap shena

"Hei kalian mau jengukin arkan ya" tanya raka

"Haa arkan masuk rumah sakit" tanya shena

"Lah kirain udah tau, iya arkan di rawat di sini, itu ruangannya" raka menunjuk sebuah kamar

"Gue mau kesana. Mau ikut" tanya raka

Shena melirik gibran yang diam sedari tadi. Gibran menghembuskan nafasnya lalu menganggukan kepalanya menjawab kode shena.

"Ayok" ucap shena ke raka

Raka jalan terlebih dahulu, shena menggemgam erat tangan gibran, gibran hanya pasrah.

Suara pintu terbuka berhasil mengalihkan semua orang yang berada di ruangan itu menoleh terkecuali arkan.

"Shena" sapa amel

Amel dan dimas mengetahui shena kekasih anaknya tapi mereka belum tahu perihal keduanya yang telah putus.

"Sini nak" ajak amel

Shena melepaskan tangannya dari gibran lalu berjalan mendekati amel yang berada di samping kasur arkan.

"Arkan kenapa tante" tanya shena

Arkan diam. Ia memang tak bisa melihat tapi ia masih bisa mendengar.

Amel menghela nafasnya. Ia menatap shena dalam.

"Arkan kemarin kecelakaan yang berakibatkan ia kehilangan penglihatan dan sebelah kakinya she" jelas amel

Shena dan gibran terkejut mendengar penjelasan amel.

"She tante boleh minta tolong kamu jangan tinggalkan arkan ya. Lihat kondisi arkan yang kayak gini tante jadi khawatir sama masa depannya" ucap amel

Bibir shena kelu. Ia bingung harus jawab apa. Bagaimana caranya ia menjelaskan tentang hubungannya dengan arkan yang telah berakhir.

Gibran mengepalkan tangannya, ia bergegas keluar tak sanggup mendengar jawaban shena.

Shena melihat gibran keluar, ia ingin mengejarnya tapi tangannya di tahan oleh amel.

Adit dan raka yang sedari tadi memperhatikan drama di depannya hanya saling tatap.

"Kenapa lo ajak shena ke sini sih" bisik adit

"Gue cuma basa-basi aja tadi" balas raka berbisik

"Gibran pasti marah nih" bisik adit

"Iyalah bego. Lo gak lihat apa mukanya tadi kayak singa ngamuk" jawab adit

Jangan lupa vote dan komen🤍🤍

PROMISE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang