Part 24🥀

953 53 3
                                    

Shena menahan tangisnya ketika melihat bercak merah yang berada di lehernya, banyak sekali tanda yang di beri arkan disana.

Ia lalu membasuhnya dengan air. Berkali-kali shena menggosokannya berharap hilang tapi percuma yang ada kulitnya semakin perih.

Gibran menunggu shena di ruang keluarga. Bi inah juga sudah pulang, tadi ia terkejut mendengar kabar dari gibran. Ia merasa bersalah pada shena karena membiarkan arkan masuk ke sana.

"Awww" ringis shena
Ia menghela nafasnya dan melihat penampilannya melalui cermin
"Kamu jahat arkan. Aku benci kamu" ucap shena datar

Gibran berdiri dari duduknya ketika melihat shena berjalan menuruni tangga. Penampilannya sudah lumayan baik dari pada terakhir ia lihat tadi.
Shena mendekati gibran dan langsung mendekapnya. Ia kembali mengeluarkan air mata.

"Dia kenapa jahat sama aku gib" tanya shena di sela tangisannya
"Selama ini dia gak pernah tulus sama aku, dia hanya mau tubuh aku aja" adu shena
Gibran mengeraskan rahangnya mendengar ucapan shena

"Aku benci dia, aku benci arkan" hatinya sesak apalagi bayangan tadi melintas di pikirannya
Gibran melonggarkan pelukannya

"Ssttt udah ya cantik nangisnya, kasian matanya sembab gini"
Gibran lalu mengusap pipi shena seraya menghapus air matanya ia kemudian mengecup kedua kelopak mata shena.

Cup
Cup

Shena melihat wajah gibran dengan lekat. Ia merutuki dirinya kenapa ia tak sadar akan perhatian gibran yang lebih dari sahabat selama ini.

"Gibran" panggil shena
"Kenapa hmm" jawab gibran lembut
"Ajari aku untuk mencintai kamu ya. Tuntun aku agar bisa membalas perasaan kamu"
Gibran tersenyum manis mendengar perkataan shena, ia memeluk erat shena dan membubuhi kecupan di kening shena berkali-kali.

Sepanjang perjalanan pulang gibran tak berhenti tersenyum, ia senang karena mendapatkan lampu hijau dari shena. Ia sudah lama menanti hal ini.

"ANAK MAMA YANG GANTENG INI PULANG" teriak gibran memasuki rumahnya
Wira yang sedang bermanjaan dengan gina memutar bola matanya malas

"Sini nak" panggil gina
"Mama" gibran lalu memeluk gina
"Hehh anak setan maen peluk aja lu, istri gue nih" kesal wira
"Mulutnya" gina melotot ke wira
"Marahin aja ma tua bangka itu" ucap gibran santai

"Tu yang anak ini juga ngatain aku" adu wira
"Dih ngadu" ejek gibran
Gina hanya menghempuskan nafasnya melihat kedua orang ini tak pernah akur.

"Kamu dari mana nak" tanya gina
"Rumah shena ma" gibran lalu tersenyum
"Senang banget kayaknya dari tadi senyum terus" goda gina
Gibran hanya tersenyum dan mengecup pipi gina lalu beranjak pergi.

"Hehh monyet kurang ajar nyium istri gue" marah wira
Gibran hanya tertawa dan tak menghiraukan amarah wira.

Gina terdiam, ia memikirkan sesuatu.
"Pa" panggil gina
"Iya ma"
"Kalau shena tau kebenarannya, dia mau maafin kita gak ya pa" risau gina
Wira diam lalu menghembuskan nafasnya

"Papa juga gak tau ma, yang pasti dia akan kecewa sama kita"
"Aku takut pa. Shena kehilangan kebahagiaannya gara-gara kita"
"Maafkan kita rina" ucap gina

Wira lalu memeluk istrinya, ia ikut membayangkan bagaimana jika semuanya terungkap.


Hayoo Rina siapa tuh? Masih ingat gak gais.
Kira-kira apa hubungannya ya?

PROMISE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang