Part 31🥀

961 50 3
                                    

Hendrik memasuki rumahnya, di ruang keluarga terlihat bella sedang duduk santai. Hendrik menghampirinya.

"Mas" sapa bella

"Kok kamu pulang sendiri, mana shena" tanya bella

"Aku kurung dia di rumah hutan belakang villa aku" ucap hendrik santai

"Ohh baguslah" jawab bella singkat

Bi inah yang berada di dapur mendengar percakapan majikannya. Tadi ia melihat hendrik menarik paksa shena. Sedari tadi bi inah khawatir dengan shena. Ia lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

Di tempat lain seorang pemuda sedang duduk santai di balkon kamarnya. Ia sedang memikirkan masa depan dengan gadisnya itu.

Bunyi telepon mengsadarkan lamunannya. Gibran melihat ponselnya. Ia mengerutkan dahinya ketika melihat nama bi inah yang tertera di layar ponselnya.

"Halo bi, ada apa" tanya gibran pelan

"Den.. non shena den"

"Shena kenapa bi" ucap gibran panik

Bi inah lalu menceritakan tentang apa yang terjadi sore ini ia juga memberitahukan gibran keberadaan shena.

Gibran langsung bergegas menuju tempat shena. Pikirannya hanya fokus ke gadis itu. Ia tak menghiraukan bunyi klakson dari kendaraan lain karena gibran membawa mobil dengan ugal-ugalan.

Gibran sampai di halaman depan villa milik keluarga shena. Sewaktu kecil ia sering diajak menginap di sana.

Gibran langsung menuju hutan belakang villa. Ia menggunakan senter untuk menerangkan jalannya. Tentunya ia tau hutan ini, karena dulu mereka sering bermain di sana sebelum rumah pohon di bangun.

Gibran sampai di depan rumah kecil itu, ia langsung mendobrak pintu itu hingga rusak.

"Shena" teriak gibran

Shena seperti orang yang tidak bernyawa. Pandangannya kosong, bibirnya pucat, tubuhnya dingin dan kaki serta tangannya di ikat.

Gibran mengeluarkan air matanya. Hatinya sesak. Ia lalu memeluk shena yang tak sadar akan kehadirannya.

Dengan cepat gibran melepaskan semua siksaan yang berada di tubuh shena. Gibran menggendong shena dan berjalan cepat ke mobilnya.

Sesampainya di rumah sakit, gibran langsung membawa shena untuk di periksa. Dokter segera memberi pertolongan.

Gibran cemas dengan keadaan shena. Ia mengepalkan tangannya karena sudah berkali-kali gagal menjaga gadisnya. Gibran menonjok tembok putih rumah sakit yang tak bersalah itu.

Bughh
Bughh
Bughh
Bughh
Bughh

Gina dan wira yang baru datang terkejut dengan apa yang di lakukan gibran. Tadi gibran sempat memberitahukan mereka keadaan shena. Mereka segera menghampiri dan menenangkan gibran.

"Nak udah nak" ucap gina

Gibran tak menghiraukan ucapan mamanya, ia terus memukul tembok itu walaupun tangannya sudah banyak mengeluarkan darah.

"Gibran sudah" ucap wira lalu menariknya

"Gibran gagal jagain shena ma, gibran gak bisa jagain orang yang gibran sayang, gibran bodoh ma bodoh" amuknya

Gina tak kuasa menahan tangisnya ia lalu memeluk gibran menyalurkan kesedihannya.

Wira terdiam, ini pasti ulah sahabat brengseknya itu.

"Kali ini lo udah kelewatan hendrik. Gue gak akan diam lagi" batin wira

Saat ini suasana sudah mulai tenang. Gibran diam memperhatikan wajah pucat kekasihnya ini. Shena sudah selesai di tangani oleh dokter.

Wira menarik tangan gina untuk keluar, ia ingin membicarakan sesuatu dengan istrinya itu.

"Kenapa pa" tanya gina

"Ma aku udah gak bisa diam lagi ma, hendrik udah kelewatan" marah wira

Gina paham perasaan suaminya karena ia pun begitu.

"Kita harus segera menemukan ratih pa" ucap gina

"Iya ma, papa janji akan menemukan wanita gila itu" wira mengeraskan rahangnya

Gina mengelus pelan tangan wira untuk meredakan emosinya.

"Pa, shena tinggal sama kita aja ya" saran gina

"Papa juga berpikir begitu. Setelah ini papa akan bertemu hendrik mau nonjok muka jelaknya itu" sarkas wira

Gina hanya menganggukan kepalanya saja. Ia berdoa agar keadaan shena segera membaik. Gina ingin menembus dosanya kepada shena.




Hayooo Ratih siapa sihh??
Apa hubunganya sama Shena dan Hendrik?

Jangan lupa vote dan komen ya 🥰

PROMISE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang