Suara kursi roda terdengar di koridor sekolah. Seorang pemuda berwajah datar tak menghiraukan berbagai bisikan tentangnya.
Adit dan raka yang mendorong kursi roda arkan mulai kesal dengan hujatan yang dilontarkan mereka.
"Gue patahin kaki lo pada kalo masih ngomongin arkan" ancam raka
"Urusin aja hidup kalian, gak usah sok suci kalo lo pada penuh dosa" sindir adit
Raka dan adit memang terkadang marah dengan sikap arkan dahulu tetapi mereka tetap memaafkannya karena tak mau persahabatan mereka hancur.
Tadi pagi mereka menjemput arkan di rumah barunya. Mereka miris melihat keadaan arkan seperti ini, apalagi melihat amel yang selalu marah dan berkata kasar ke arkan.
"Arkan" sapa shena
Sedari tadi shena dan gibran telah berada di sana dan memperhatikan penampilan arkan.
Arkan menggerakan kepalanya ke sumber suara shena. Shena mendekati arkan yang tentunya dengan gibran di sampingnya.
"Arkan" sapa shena lagi
"Iya" jawab arkan singkat
"Ada yang mau gue omongin" ucap shena dingin
Gibran kaget, ia langsung menatap shena.
"Aku bicara sebentar ya sama arkan" ucap shena ke gibran lembut
Gibran hendak protes tapi ia urungkan karena melihat wajah memohon shena.
Shena mendorong kursi roda arkan membawanya ke arah taman belakang. Gibran berada di belakangnya, ia tak mau shena terluka.
"Apa yang mau lo bilang" ucap arkan
"Gue ikut prihatin dengan kejadian yang lo alami" ucap shena
Arkan menganggukan kepalanya.
"Tapi bisa gak lo ngomong sama nyokap lo untuk gak ganggu gue lagi. Berhenti telponin gue, berhenti ke rumah gue lagi. Jujur gue risih" ungkap shena
Gibran yang ikut mendengarkan perkataan shena tersenyum. Ternyata ini yang ingin dibicarakan oleh gadisnya.
"Gue gak mau" tolak arkan
"Lo harus jadi milik gue lagi shena" ucapnya
"Bahkan tubuh lo harus bisa gue nikmati"
"Walaupun gue buta dan lumpuh, gue masih mampu tanam benih sesuka gue"
Arkan tersenyum sinis walaupun ia tak bisa melihat shena setidaknya ia bisa menikmati tubuh gadis yang sudah lama ia impikan.
"Bangsat" marah gibran
Gibran menonjok wajah arkan, ia tak perduli dengan keadaan arkan yang sekarang.
Bugh
Bugh
Bugh"Anjing lo apa-apaan hah" lerai raka dan adit
Memang tadi keduanya mengikuti shena dan arkan tetapi mereka hanya melihat dari jauh sehingga tak mendengar perkataan sahabatnya itu.
Gibran menghentikan pukulannya. Ia melirik shena yang terdiam.
"Lo ngapain nonjok arkan, gak lihat lo kondisi arkan gimana" ucap raka
"Apa yang lo lakuin kalo dengar cewek lo mau di lecehkan" tanya gibran balik
Raka dan adit terdiam. Gibran menarik lembut tangan shena menuntunnya pergi dari sana.
"Jangan bilang kalo lo masih terobsesi sama shena" tanya adit ke arkan
"Gue gak akan puas sebelum mendapatkan apa yang gue mau" ucap arkan
"Bajingan. Gak habis pikir gue sama lo" bentak raka
"Dalam kondisi lo yang kayak gini masih kepikiran sama obsesi gila lo itu" marah raka
Adit menepuk bahu raka mencoba meredakan amarah raka. Adit juga emosi mendengar perkataan arkan tapi ia tak ingin amarahnya meluap dan nantinya berimbas ke arkan.
Jika ia ikut marah ke arkan lalu siapa yang berada di samping sahabatnya itu, apalagi keadaannya yang tak bisa sendirian.
"Sabar bro. Ingat kondisi arkan gimana" bisik adit
Rahang raka mengeras, ia menahan gejolaknya untuk menonjok muka sahabatnya ini.
"Gue pergi dulu. Lo urus aja sahabat setan lo itu" kata raka
Adit menghela nafasnya, ia harus sabar menghadapi kegilaan arkan dan harus selalu menjadi penengah agar persahabatan mereka tetap utuh.
Jangan lupa vote dan komen 🤍🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE [END]
Romance[HAPPY END] [Follow Author] [17+ mohon maaf jika ada kata-kata kasar] Shena Adira. Gadis cantik berumur 17 tahun yang terkenal dengan pribadi yang pendiam, dia memiliki satu orang sahabat yang bernama Gibran yang sudah bersamanya sejak kecil. Shena...