Part 11🥀

894 58 7
                                    

Shena tiba di rumahnya ketika hari telah berganti malam. Tadi selepas ungkapan rasa sayang sepasang sahabat itu mereka bermain dan istirahat sebentar di sana.

Suasana rumah shena sepi, bi inah pasti sudah tidur pikirnya. Ia lalu melangkahkan kakinya menuju tangga, tetapi tarikan kasar seseorang menghentikan langkahnya.

"Papa" guman shena
"Anak sialan dari mana kamu" marah hendrik
"Aaaakuuu...." shena gugup
"Dasar tidak tau diri. Saya kerja keras tiap hari tapi kamu malah asik di luar sana" hendrik menjambak rambut shena

"Ampun paa" ucap shena
"Kamu abis menjual tubuh mu kan, dasar jalang" sarkas hendrik
"Enggak paa, aku gak seperti itu" shena menangis menahan jambakan hendrik

"Halah ngaku aja kamu" hendrik lalu mencengkram leher shena kuat
"Paaa lepassss" shena hampir kehabisan nafasnya
"Sini kamu ikut saya" hendrik menarik shena kasar dan menuju gudang

Hendrik mendorong tubuh shena lalu ia mengikatnya dengan tali tambang. Diraihnya cambuk yang berada di atas lemari dan mengarahkannya ke badan shena.

 Diraihnya cambuk yang berada di atas lemari dan mengarahkannya ke badan shena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ptaarr

Suara cambuk terdengar nyaring di ruangan itu, dengan tak punya hati hendrik terus memukul tubuh shena. Perih, shena meringis merasakannya.

"Sakit paa" adu shena
"Diam kamu" bentak hendrik
"Papaaaa kenapa jahaatt sama akuu" ucap shena dengan suara serak
"Itu pantas buat anak sial seperti kamu"

Hendrik lalu meletakan cambuknya, ia mendekatkan wajahnya dengan shena. Ia menampar pipi kanan shena.

"Besok saya akan menikah lagi. Kamu tidak perlu datang ke pernikahan saya" ucap hendrik lalu meninggalkan shena

Shena terkejut, papanya yang ia tau sangat mencintai ibunya. Walaupun ibunya telah lama tiada, hendrik selalu mencintainya.

Shena tak bisa berdiri, tangan dan kakinya di ikat. Semua tubuhnya sakit. Banyak goresan luka akibat cambuk itu. Ia hanya bisa menangis dan menahan perihnya sendirian.

Pintu gudang terbuka, bi inah masuk. Air matanya mengalir deras, ia tadi mendengar suara cambukan dengan keras.

"Non shena" bi inah mendekat
"Bi tolongin shena" ucap shena lemah
Bi inah lalu melepaskan tali dan memeluk tubuh shena

"Maafin bibi non, maafin bibi" ulang bi inah
"Iyaa bi gapapa" ucap shena menahan sakit
"Kita ke kamar non, bibi bantu"

Sekarang shena sudah berada di kamarnya, ia sedang diobati oleh bi inah. Sesekali ia meringis menahan perih.

"Bi kenapa shena mereka jahat sama shena" shena memejamkan matanya
"Apa salah shena. Shena bukan pembunuh mama" ucap shena rapuh

Bi inah terus menangis mendengar keluh shena, tak banyak yang bisa ia lakukan. Ingin rasanya melapor ke pihak berwajib atas perlakuan hendrik ke anaknya tetapi hendrik mengancam akan menghancurkan keluarga bi inah.

Setelah bi inah pergi dari kamarnya. Shena menuju kamar mandi, di bawanya pisau silet yang berada di kamarnya lalu ia mengarahkan ke pergelangan tangannya. Shena mengukir indah berbagai sayatan di sana.

"Aku lelah Tuhan, kenapa semua jahat kepada ku. Papa, arkan. Mereka orang yang aku cinta tapi mereka juga yang memberi luka kepada ku" shena mengembuskan nafasnya

"Izinkan aku bertemu dengan mu, Tuhan" ucal shena dan memejamkan matanya.

PROMISE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang