Part 18🥀

917 56 5
                                    

Shena sedang berada di balkon kamarnya, ia menikmati senja dengan bermain gitar. Lagu tutur batin dinyanyikannya shena dengan syahdu. Ia memejamkan mata meresapi setiap liriknya.

Tapi suasana teduh itu hilang ketika pintu kamarnya di banting oleh bella, mama tirinya. Raut wajah bella merah menahan amarah. Shena tau apa yang membuat bella marah.

"Anjing ya lo. Beraninya ngomong sama arkan tentang gue" marah bella
"Gue cuma ngasih tau kebenarannya" ucap shena tenang
Bella langsung menarik kuat rambut shena.
"Udah berani lo sama gue hahh" teriak bella

Shena ingin menarik tangan bella di kepalanya tetapi di tahan oleh bella.
"Lepasin" kata shena
"Gak sebelum gue puas nyiksa lo" ancam bella

Hendrik masuk ke kamar shena karena ia mendengar keributan.
"Ada apa ini" tanya hendrik
"Ini mas, anak mu kurang ajar" adu bella
"Kenapa dengan dia" tanya hendrik ke bella
"Dia bikin aku malu mas di sekolah. Dia nyebarin gosip kalo aku ini simpanan kamu" karang bella

"Enggak pa, aku gak pernah ngomong gitu" sela shena
"Anak sialan. Beraninya kamu ngelakuin itu" marah hendrik
"Dia bohong pa"
"Dia yang bohong mas, kamu percaya kan sama aku" ucap bella ke hendrik

Hendrik lalu menarik tangan shena ke kamar mandi, di isinya air di bathtub hingga penuh.

Hendrik lalu menarik kepala shena masuk ke dalam air dan menahannya lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hendrik lalu menarik kepala shena masuk ke dalam air dan menahannya lama. Shena kesulitan bernafas. Ia meronta minta di lepaskan, tapi tenaga hendrik kuat. Hendrik melakukannya hingga beberapa kali. Bella tersenyum senang melihat itu.

Uhukkk uhuukkkkk

Shena mengatur nafasnya setelah kepalanya di bebaskan oleh hendrik. Hendrik beranjak pergi, bella menghampiri shena.
"Itu akibatnya kalo lo berani sama gue" bella tersenyum sinis dan pergi meninggalkan shena.

Kepala shena berdenyut, shena segera berganti pakaian dan mengeringkan rambut sebisanya. Shena melihat foto mamanya di meja belajar.
"Ma.. shena capek. Shena boleh gak ikut mama. Jemput shena ma" lirinya sambil menatap foto sang mama

Pagi hari shena sudah rapi, ia akan pergi dengan gibran. Semalam gibran bersikeras menyuruh shena pergi ke sana, awalnya shena menolak tetapi setelah di pikir ulang akhirnya shena mau.

Mereka telah sampai di sebuah bangunan berbau obat. Gibran menggemgam erat tangan shena, langkah mereka terhenti di depan ruang tertulis psikiater. Ya ini semua inisiatif gibran. Setelah mengetahui shena mengalami depresi gibran segera menghubungi dina, sepupunya. Dina ialah seorang psikiater.

"Ayo masuk" ajak gibran
Gibran membuka pintu
"Haii kak" sapa gibran ke dina
"Oh haii sini duduk" jawab dina
Mereka duduk. Dina memperhatikan wajah shena. Ia sudah diberitahukan oleh gibran tentang shena

"Ini shena ya" tanyanya basa-basi
"Iya dok" jawab shena sungkan
"Panggil kakak aja, aku sepupunya gibran" dina tersenyum

Setelah itu sesi pertanyaan pun dimulai. Gibran memperhatikan shena. Gadisnya ini cantik sekali. Gibran berharap keadaan shena membaik. Ia ingin shena bahagia.

"Baik seminggu lagi kamu ke sini ya. Ingat apa yang aku ucapkan tadi" ucap dina ke shena
"Iya kak" jawab shena
Dina beralih memandang gibran, gibran menaikan alisnya.

"Kenapa kak" tanya gibran
"Jaga shena baik-baik" ucap dina
"Itu pasti kak"
Lalu mereka berpamitan, sebelum gibran keluar dari ruangan itu dina menarik tangan gibran lalu membisikan sesuatu.

"Jangan takut di tolak, cinta butuh perjuangan"

PROMISE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang