Part 5🥀

942 65 2
                                    

Sesampainya di depan rumah shena, gibran langsung masuk dengan shena yang berada di gendongan. Bi inah yang melihat nonanya pulang dengan penampilan kacau langsung berlari mendekati Gibran.

"Astaga nona kenapa" tanya bi inah dengan khawatir
"Bi, tolong ambilin obat terus bawa ke kamar shena ya" perintah gibran
"Iya den" bi inah berlari mengambil obat
Gibran membawa shena ke kamarnya yang berada di lantai dua. Ia membaringkan tubuh shena ke kasur dengan hati-hati. Shena hanya memandang kosong di depannya. Tak lama bi inah muncul menyerahkan kotak obat lalu beranjak pergi ketika gibran menyuruhnya untuk keluar.

Setelah selesai mengobati luka shena, gibran memandang lekat wajah gadis itu, ia juga mengelus pucuk kepala shena. Shena yang sudah agak baikan berahil memandang gibran.

"Masih sakit" tanya gibran dengan lembut
"Sedikit" ucap shena
Keheningan terjadi sesaat, gibran terus mengelus kepala shena sesekali ia bubuhi dengan kecupan singkat di kening gadis itu.
"Siapa yang ngelakuin ini ke kamu" tanya gibran hati-hati
Shena hanya diam, ia tak ingin menjawab pertanyaan gibran. Gibran hanya bisa mengembuskan nafasnya ia lalu tersenyum memandang shena.

"Istirahat ya" ucap gibran setelah mengecup pipi shena singkat
"Jangan pergi" tahan shena sambil menarik tangan gibran
"Iya aku di sini temani kamu" gibran tersenyum dan merangkak ke kasur disamping shena yang kosong
Gibran merebahkan dirinya dan langsung mendekap shena. Shena mengeratkan pelukannya ia menyembunyikan wajahnya ke dada gibran, tempat ternyaman yang ia punya.

Gibran mengelus punggung shena agar gadis itu tidur dengan nyenyak. Pikirannya masih merawang siapa yang melalukan hal ini kepada gadisnya. Mengingat kejadian itu kembali membuat rahang gibran mengeras.

"Aku janji akan jagain kamu selalu, walaupun itu mengorbankan nyawaku" batin gibran sambil memandang wajah damai shena.

PROMISE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang