Part 40🥀

1.2K 63 5
                                    

Shena dan gibran baru pulang dari sekolah. Mereka masuk ke dalam rumah. Kening gibran berkerut ketika melihat hendrik sedang duduk dengan kedua orang tuanya.

Gina yang sadar akan kedatangan mereka bersuara.

"Shena gibran" panggil gina

Hendrik dan wira menolehkan kepalanya. Shena mematung melihat hendrik. Ia masih takut dengan papanya itu.

Gibran yang paham shena ketakutan langsung menyembunyikannya di belakang tubuhnya.

"Mau apa anda ke sini" ucap gibran tajam

"Saya ingi bertemu dengan shena" ucap hendrik melirik shena

"Buat apa. Anda ingin menyakiti shena lagi" ucap gibran

"Gibran" panggil wira

"Biarkan shena bertemu dengan hendrik" tambahnya lagi

"Enggak pa, gimana kalo dia nyakitin shena lagi" tolak gibran

"Gak akan, papa jamin akan itu"

"Tapi pa.." ucapan gibran terpotong

"Gibran dengar perkataan papa ya" potong gina

Gibran menghela nafasnya, ia lalu membalikan tubuhnya menghadap shena.

"Samperin papa kamu ya" ajak gibran

Shena menggelengkan kepalanya

"Jangan takut aku ada disamping kamu" gibran memegang pundak shena

Shena lalu mengangguk. Mereka duduk di sofa. Shena berhadapan langsung dengan hendrik.

"Shena" panggil hendrik lembut

Shena yang awalnya menunduk langsung mendongakkan kepalanya mendengar nada lembut dari hendrik.

"Maafkan sikap papa selama ini nak, papa nyesal telah menyakiti kamu" ucap hendrik sungguh-sungguh

Shena terdiam, ia meremas roknya. Gibran yang melihatnya langsung menggemgam tangan shena.

"Maafkan papa shena. Papa bodoh selama ini, papa di butakan oleh rasa benci" hendrik berjalan menghampiri shena

Shena mengeluarkan air matanya, ia tak bisa menahan kesedihannya. Hendrik berjongkok di depan kaki shena.

"Maafkan papa nak, maafkan papa" hendrik meraih tangan shena

"Kamu pukul papa, balas apa yang papa lakukan selama ini ke kamu"

"Ayo nak pukul papa. Papa banyak salah sama kamu" hendrik mengarahkan tangan shena untuk memukulnya

Shena menahan tangannya. Ia lalu menabrak tubuh hendrik. Shena menangis kuat di pelukan papanya.

"Hiks...hiksss..paa..paaaa" panggil shena terisak

"Iya ini papa sayang" ucap hendrik dan membalas pelukan shena

"Maafkan papa ya. Papa janji gak akan pernah menyakiti kamu lagi" hendrik mencium kening shena lama

Semua yang berada di ruangan terharu menyaksikan adegan itu. Gina sampai menangis melihatnya.

Beberapa jam setelah kejadian tadi, kini mereka sedang berada di taman bekalang. Shena dan gibran sudah berganti pakaian, mereka juga sudah makan siang.

Shena sedang menyenderkan kepalanya di dada bidang papanya. Ia senang sekali karena sudah lama tak seperti ini dengan hendrik.

"Cantik banget anak papa" ucap hendrik

"Cantik dong kan pacarnya gibran" jawab gibran

"Dih pede sekali anak muda" ejek hendrik

"Emang saya kasih restu kamu sama shena" ejek hendrik lagi

"Sayang" rengek gibran ke shena

Para orang tua tertawa melihat tingkah gibran sedangkan shena hanya memutar matanya malas.

"Ih kok aku di cuekin sih" cemberut gibran

"Diam gibran, aku lagi kangen-kangenan sama papa" ucap shena

Gibran menurut. Hendrik tersenyum melihat tingkah kekasih anaknya ini.

"Gibran terima kasih karena selama ini kamu sudah menjaga shena" hendrik menatap gibran

"Iya pa, itu udah tanggung jawab gibran menjaga orang yang sangat gibran cintai"

"Papa percaya sama kamu" ucap hendrik lalu menepuk pundak gibran

Wira dan gina hanya memperhatikan interaksi ketiganya. Gibran sudah besar, pikir mereka.

"Eemm anu pa..." gibran menatap hendrik

"Anu apa" hendrik mengerutkan dahinya

"Gibran mau ngajak shena nikah" ucapnya mantap

"HAHHH" kaget hendrik

"KECEBONG GUE KEBELET KAWINNN" Teriak heboh wira

Jangan lupa vote dan komen 🤍🤍

PROMISE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang