Bella menunggu hasil tesnya keluar di sebuah ruang rawat. Kepalanya pusing dan demamnya semakin parah.
Butuh waktu lama akhirnya dokter yang menangani ia tadi kembali ke ruangannya.
"Gimana dok keadaan saya" lirihnya
Dokter itu menyerahkan sebuah amplop yang berlogo rumah sakit tempatnya berada ke bella.
Bella mengambil amplop itu dan membukanya. Matanya melotot membaca hasil pemeriksaannya.
Tangannya bergetar, pandangannya buram akibat butiran air mata yang terus mengalir.
Bagaimana mungkin hal ini terjadi kepadanya, pikir bella.
"Ini bercanda kan dok" tanya bella tak percaya
Dokter menghembuskan nafasnya
"Hasil ini akurat bella" yakin si dokter
"Gakk.. gakk mungkin..gakk" tolak bella
"Kamu harus terima kenyataan ini bella, kamu terkena virus HIV yang menyebabkan AIDS" ucap dokter
Bella hancur, ia bingung harus bagaimana. Dokter keluar memberikan waktu untuk bella berpikir tentang penyakitnya.
Sudah beberapa minggu sejak kejadian itu, bella kini di rawat di rumah sakit.
Keadaanya kacau, ia selalu merutuki dirinya menyesali apa yang selama ini ia lakukan.
Tak beda jauh dari bella, kondisi arkan juga menurun.
Beberapa hari ini ia demam tinggi, amel kewalahan mengurus arkan yang sedang sakit dan pekerjaannya.
"Lo jadi anak nyusahin gue tau gak. Gue capek harus kerja sama ngurus lo" marah amel
Arkan diam, ia tak punya tenaga menjawab pertanyaan amel.
Amel yang kesal pergi meninggalkan arkan sendirian.
Tak berapa lama raka dan adit datang, niatnya tadi mereka ingin mengajak arkan keluar.
Mereka tak tau jika arkan sudah sakit sejak beberapa hari yang lalu.
Begitu sampai mereka terkejut melihat kondisi arkan. Mereka langsung membawanya ke rumah sakit.
Dokter sedang memeriksa arkan, raka dan adit menunggu di luar ruangan.
Si dokter yang sedang mengamati arkan tanpa ragu melalukan tes darah ke arkan.
Kejadian ini mengingatkannya dengan beberapa minggu yang lalu.
Hasil pemeriksaan keluar, dokter memanggil raka dan adit untuk membicarakan kondisi arkan.
"Bagaimana dok keadaan teman saya" tanya raka
Si dokter menyerahkan amplop hasil pemeriksaan tadi.
Raka dan adit saling pandang setelah membaca hasilnya.
"Iya benar arkan terkena virus HIV" jelas dokter
"APAA" teriak arkan yang ternyata sudah bangun
Raka dan adit gelagapan, mereka menghampiri arkan.
"Lo bercanda gak mungkin gue kena virus sialan itu" bentak arkan
"Hasil pemeriksaan sudah membuktikannya" ucap dokter
"Gak gue gak mauu" teriak arkan
Raka dan adit mematung, mereka masih syok mengetahui fakta baru.
"Gue gak mau kena penyakit sialan itu. Gue udah buta, gue lumpuh. Gue gak mau" berontak arkan
"Kenapa hidup gue begini. Gue udah cacat dan sekarang kena penyakit sialan" racau arkan
Adit dan raka memejamkan matanya. Mereka tak sanggup melihat berbagai cobaan buat arkan.
Arkan menangis, ia membayangkan masa depannya. Arkan sedari dulu ingin menjadi pilot, tapi keinginannya hancur ketika ia kehilangan mata dan sebelah kakinya.
"Gue gak sanggup hidup kayak gini. Gue harus mati. Iya gue harus mati" racau arkan
Raka dan adit kaget mendengar perkataan arkan. Dokter mendekati arkan.
Arkan mencoba bangun, ia ingin keluar.
"Gue harus mati. MATI" teriak arkan
"Sadar kan lo gak boleh kayak gitu" tenang raka
"Gue gak perduli. Gue harus mati" ucap arkan lagi
"Dok cepetan tolongin temen saya dok" pinta adit
Dokter lalu menyuntikan obat penenang buat arkan. Perlahan kesadaran akan melemah.
Raka dan adit kompak menghela nafasnya.
"Gue gak nyangka omongan gue dulu terjadi" ucap raka
"Dulu gue pengen ini anak kena karma tapi kenapa sekarang gue gak tega sama dia" ucap adit
Mereka lalu terdiam, memikirkan masa depan arkan nantinya.
Jangan lupa vote dan komen 🤍🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE [END]
Romance[HAPPY END] [Follow Author] [17+ mohon maaf jika ada kata-kata kasar] Shena Adira. Gadis cantik berumur 17 tahun yang terkenal dengan pribadi yang pendiam, dia memiliki satu orang sahabat yang bernama Gibran yang sudah bersamanya sejak kecil. Shena...