Part 64🥀

950 64 19
                                    

1 tahun kemudian

Seorang gadis cantik sedang menunggu jemputan tunangannya di taman kampus. Wanita berkuncir kuda ini menelpon sang tunangan yang sedari tadi tak muncul.

Dari kejauhan dua orang sahabat sedang berjalan dengan di bubuhi canda tawa.

"Loh she belum pulang" tanya raka

"Gibran belum jemput" sebal shena

"Sama kita aja yuk she" ajak adit

"Enggak deh nunggu gibran aja" tolak shena

"Emang tadi dia gak ada kelas she" tanya raka

"Ada tapi dia gak masuk, katanya ada meeting penting gitu" ucap shena

"Hm ya udah deh kita temenin lo aja sampe gibran jemput" ucap adit

"Eh gak usah, kalian pulang duluan gapapa" tolak shena

"Santai kali she kayak sama siapa aja" ujar raka

Seperti keinginan raka dulu, akhirnya mereka satu kampus tetapi beda jurusan. Gibran mengambil manajemen bisnis. Walaupun ia masih kuliah tapi sudah membantu papanya menjalankan perusahaan.

Shena mengambil jurusan kedokteran, awalnya hendrik menolak, ia ingin shena mengambil jurusan yang sama dengan gibran agar shena dapat menjalankan perusahaannya nanti.

Raka dan adit bagaikan kembar yang tak bisa di pisahkan mereka mengambil jurusan arsitektur.

Pemuda dengan jas formal dan celana kain itu berlari mencari keberadaan shena. Ponselnya mati sehingga tak bisa mengkabari shena.

Dari kejauhan ia melihat shena dan dua temannya sedang bercanda. Gibran menghampiri mereka.

"Sayang" sapa gibran

Mereka bertiga menoleh ke sumber suara. Shena tersenyum melihat gibran yang berkeringat.

"Heii sini duduk" ajak shena

Gibran duduk, ia meraih tangan shena.

"Maaf ya buat kamu nunggu gini, ponsel aku mati lupa aku charger. Tadi juga meetingnya agak lama" ucap gibran lembut

Tangan shena yang tak di gemgam oleh gibran meraih tissu di tasnya, ia mengelap keringat di pelipis gibran.

"Iya gapapa. Lagian aku di temani sama mereka kok" ucap shena

Gibran mengarahkan pandangannya.

"Makasih udah nemani shena sampe gue datang" ucap gibran

"Santai bro" ucap adit

"Eh gimana kalo kita ke cafenya arkan, udah lama nih gak hangout" ajak raka

Mereka segera ke cafe milik arkan. Pemuda itu kini membangun cafe dengan modal dari wira, papa gibran.

Arkan juga sekarang tinggal di apartemennya sendiri. Penghasilan dari cafe lumayan banyak sehingga kehidupannya perlahan stabil.

Shena dan gibran sudah bertunangan setelah lulus SMA. Hal ini hasil jalan tengah dari keinginan mereka.

Yang satu kebelat nikah, yang satu lebih pentingin pendidikan.

Pintu cafe terbuka menampilkan ke empat anak muda, pemuda yang menggunakan kaki palsu itu tersenyum melihat mereka.

"Woii bro" panggil adit

Mereka saling berpelukan dan tentunya shena tak ikut karena di larang gibran.

"Tumben kalian ke sini" tanya arkan

"Kangen hangout" ucap raka

"Duduk situ aja gue ambil daftar menu dulu" arkan menunjukan tempat yang berada di pojokan dekat jendela besar

Mereka duduk di tempat yang arkan tunjukan tadi. Arkan menghampiri mereka.

"Nih pada mau pesan apa" tanya arkan

"Gue pesan banyak ya bro tapi gratis" adit tertawa

"Iyaa lo pada mau pesan apa aja gue gratisin kok" ucap arkan

"Widihh mantap"

Sore itu di habiskan mereka dengan mengobrol yang di lengkapi canda tawa. Sudah lama memang mereka tak kumpul di karenakan kesibukan masing-masing.

Gibran mengantar shena pulang. Mereka masih berada di dalam mobil.

"Makasih ya udah nganterin" ucap shena

"Iya sayangku" ucap gibran lembut

"Besok ke kampus" tanya shena

"Iya besok aku ada kelas pagi, kamu juga kan" tanya gibran

Shena menganggukan kepalanya, ia ingin membuka pintu mobil tapi di tahan oleh gibran.

"Kenapa" tanya shena

"Aku butuh vitamin yang" rengek gibran

Shena tersenyum, ia paham apa maksudnya. Gadis itu mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibir mungilnya ke bibir gibran.

Gibran melumut lembut bibir tunangannya ini. Ia menahan tengkuk shena memperdalam ciuman mereka.

Lama mereka berciuman akhirnya gibran melepaskan terlebih dahulu.

"Masuk gih" perintah gibran

"Iya kamu pulangnya hati-hati ya" ucap shena

"Iya cinta" ucap gibran lembut

Mobil gibran menyelusuri jalanan dengan tenang. Ia sebenarnya mengantuk tapi berusaha membawa mobilnya sendiri.

Brukkk
Gibran melototkan matanya ketika ia tak sengaja menabrak seorang perempuan. Ia buru-buru turun.

"Lo gak apa-apa" tanyanya

Perempuan itu melihat orang yang menabraknya tadi. Dia terdiam, pemuda di depannya ini pernah mencuri perasaan dulu.

"Heii lo gak kenapa" tanya gibran lagi

"Eh tolongin kaki gue sakit" ucap si wanita

"Kita ke rumah sakit ya gue anterin" ucap gibran merasa bersalah

Mereka lalu ke rumah sakit untuk memeriksa wanita yang di tabrak gibran tadi.

"Kaki tulangnya patah untuk sementara waktu pakai gips dulu ya" ucap si dokter

Setelah di periksa, gibran mengantarkan wanita ini pulang sebagai menembus rasa bersalahnya.

"Gue Miranda" ucap wanita itu

"Eh iya. Gue gibran" ucap gibran

"Gue mau lo tanggung jawab karena udah buat kaki gue kayak gini" ucap mira

Gibran terkejut, ia telah membawa gadis ini ke rumah sakit dan mengantarnya pulang. Apa lagi yang di inginkan orang ini.

"Maksud lo apa. Gue udah biayain pengobatan lo dan ngantar lo pulang" tanya gibran

"Gue mau lo antar jemput gue selama kaki gue masih sakit" ucap mira




Jangan lupa vote dan komen 🤍🤍

PROMISE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang