pengakuan

2 1 0
                                    

Arshu pov.

"Hai..!!! Loh Arya, Arsy, kalian kok ada disini..??" seru Rakesh yg tiba² datang menatap kami sambil tersenyum senang, meski sepertinya dia juga kaget melihat kami disana.

"Oom..!!!" Sorak Arsy sontak berbalik tersenyum senang melihat Rakesh.

"Om, mau makan malam disini juga ya om..?" Tanya Arya jadi tidak canggung lagi.

"Iya, kalian juga ya..?" Sahut Rakesh tersenyum canggung begitu sekilas tampak melirik Aarti yg sekarang tengah menatap kami bingung.

"Ya udah klo gitu kami permisi dulu ya.." pamitku langsung mendahului Arya yg ingin menjawab pertanyaan Rakesh tadi, karna merasa tidak enak dengan Rakesh. Sebab sepertinya sekarang ini Aarti sedang makan malam bersama Rakesh bukannya Arhan.

"Boleh aku bicara sebentar..?" Tahan Tya tiba² sambil tersenyum canggung menatapku yg membuatku agak bingung.

"Rakesh, tolong jagain anak² dulu ya..!" Sambung Tya beralih menatap Rakesh, hingga membuat Rakesh agak kaget tapi detik kemudian dia mengangguk setuju.

"Arya sama Arsy makan bareng om sama Aarti disini ya sayang, mau gak..? Bolehkan Aarti sayang..?" Ajak Rakesh menatap mereka bertiga bergantian.

Sedangkan Arya dan Aarti malah saling tatap sekilas, baru setelah itu mengangguk ragu². Karna sepertinya mereka masih merasa risih satu sama lain, begitu juga dengan Arsy.

Rakesh pun lalu mendudukan Arsy disamping Aarti, dan mempersilahkan Arya untuk duduk disampingnya yg berseberangan dengan Aarti.

"Ayo..!!" ajak Tya seraya berdiri dari kursinya, lalu kami pun pergi kemeja kosong yg jaraknya lumayan jauh dari mereka, namun aku masih bisa melihat mereka dari sini.

"Sorry ya sebelumnya..!! Aku juga gak tau klo ternyata kamu lagi jalan sama Arhan waktu itu" ucapnya dengan hati² memulai percakapan setelah kami duduk disana.

"Aku yg harusnya minta maaf, maaf ya kemarin Arya udah kasar sama Aarti" ralatku mencoba tersenyum untuk mencairkan suasana yg sekarang terasa tidak enak.

"Santai aja, namanya juga anak kecil"  sahutnya membalas senyumku.

"Nggak, bukan hanya itu..! Aku juga minta maaf karna akhir² ini aku udah biarin Arhan, bahkan sampai nginap dirumahku. sekali lagi maaf.." jelasku dengan susah payah berusaha mengontrol emosiku.

"Udah cukup Aru, jadi sampai sekarang kamu masih gak mau dengerin dia..?!! Semua ini bukan salah Arhan Aru..!! Mau sampai kapan kamu akan hukum dia..??" Tukasnya lalu menggelengkan kepalanya menatapku tidak percaya.

"Maksudnya..???" Sahutku mengerutkan kening tidak mengerti apa yg sedang ia bicarakan sekarang.

"Selama ini Arhan hilang ingatan..! Akulah yg udah mempengaruhi dia, aku bilang klo aku itu adalah istrinya dan Aarti itu putrinya. Aku juga bikin surat² palsu agar dia percaya, tapi sayangnya sampai detik ini pun dia gak pernah bisa jadi milikku seutuhnya.." sambungnya terasa berat seraya menunduk menahan air matanya.

Sedangkan aku yg mendengar itu sekarang hanya bisa terdiam mematung ditempatku, belum bisa sepenuhnya mencerna semua perkataan Tya tadi. Entahlah aku juga tidak mengerti dengan perasaanku sekarang, aku juga tidak tau harus bereaksi seperti apa.

"Arhan sangat mencintai kamu Aru..!! Bahkan saat dia kehilangan ingatannya dia masih mengingat kamu sebagai istrinya, makanya aku harus mengatakan cerita bohong lagi dengan mengatakan klo kamu itu udah ninggalin dia dan pergi sama cowok lain. Awalnya dia juga gak percaya gitu aja, tapi setelah kuyakinkan lagi dan bilang klo dia gak akan nikah sama aku klo dia masih bersama kamu. Baru dia mulai percaya, sejak itulah dia mulai bisa menerima Aarti sebagai anaknya... aku bahkan bisa ngerasain dia sangat menyayangi Aarti, dan terkadang itu membuatku iri karna dia tidak pernah mau menerimaku sepenuhnya. Meski tinggal bersama selama ini tapi kami seperti orang asing, dia gak pernah mau ngertiin aku.." jelasnya lagi panjang lebar seraya memegang tanganku.

Dan entah mengapa untuk pertama kalinya sekarang aku bisa merasakan perasaannya saat ini. 'Sebesar itukah dia mencintai Arhan..?' Pikirku menatapnya nanar dan tanpa sadar aku malah meneteskan air mata sekarang, ya aku memang sangat marah dengannya namun tidak bisa kupungkiri entah mengapa sekarang aku juga merasa iba melihatnya.

Namun detik kemudian aku segera menepis semua perasaan iba itu dan menghapus air mataku dengan kasar. Karna tetap saja semua yg dia lakukan itu salah, akibat ulahnya Arya dan Arsy harus tumbuh tanpa sosok seorang ayah dan aku tidak bisa memaafkan nya untuk hal itu.

"Jadi kecelakaan itu..." ucapku terhenti karna tidak sanggup untuk meneruskannya.

"Ah, tidak..!! Waktu itu aku memang udah mau nyerah untuk mendapatkan Arhan dan berpikir untuk bersama Rakesh saja..." ralatnya sontak kembali menatapku sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat. Namun kemudian dia kembali menghela nafas panjang lalu memalingkan wajahnya kearah Aarti berada sekarang.

"Tapi ditengah perjalanan kami tidak sengaja mengalami kecelakaan, ya... meski tidak separah itu. Namun karna mau melindungi Aarti, jadinya Arhan terbentur lumayan keras. Karna benturan itulah yg mengakibatkan Arhan kehilangan ingatannya, jadi aku pikir itu mungkin kesempatan untukku untuk bersama Arhan. Makanya aku menyabotase mobil Arhan dan buat seolah² kami udah meninggal. Maaf, sekarang aku menyesal..." sesalnya yg akhirnya berhasil membuat dua bulir air matanya jatuh membasahi pipinya, menyadari hal itu dia pun langsung kembali menunduk seraya menghapus air matanyanya dengan cepat..

Sedangkan aku yg mendengar semua itu hanya bisa memalingkan wajahku menatap kearah Arya dan Arsy yg sedang menikmati makanannya, sambil menggigit bibirku kuat² menahan air mataku yg juga sudah berdesakan ingin keluar. Rasanya perasaanku sekarang sudah benar² kacau. Ingin sekali rasanya aku marah dan merutuki Tya untuk melampiaskan emosiku, namun untuk apa..? Toh itu juga tidak akan mengubah apapun, sekarang semuanya juga sudah terjadi.

Hingga cukup lama rasanya waktu berlalu tapi diantara kami masih saja diam membisu, sepertinya Tya juga sekarang sudah tidak ingin bicara lagi. Jadi setelah kurasa aku sudah mulai bisa mengendalikan perasaanku, aku pun berniat untuk beranjak menghampiri Arya dan Arsy.

"Sekali lagi maaf Aru..!" Lirih Tya terdengar sangat menyesali perbuatannya, bahkan saatku lihat sekilas juga dia langsung kembali menunduk untuk mengindari kontak mata langsung denganku.

******

The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang