bingung

4 1 0
                                    

Malam harinya ketika sampai diApartemen Arya dan Arsy sudah tertidur.

"Sini biar aku yg gendong Arya" kata Rakesh lalu menggendong Arya.

"Makasih ya" kataku lalu menggendong Arsy.

"Apaan sih, udah yuk masuk" katanya lalu kami pun masuk.

"Mau ditaruh dimana nih..?" Kata Rakesh setelah sampai dirumahku.

"Taruh disofa aja dulu" kataku sambil berjalan menuju kamar untuk menaruh Arsy. Baru setelah itu aku menggendong Arya untuk dipindahkan kekamar.

"Sekali lagi makasih ya... hari ini kamu sampai gak kerja karna nemenin kami jalan²" kataku kembali menghampiri Rakesh yg lagi duduk disofa ruang tamu.

"Biasa aja kali"

"Oh iya, Rakesh apa kamu gak mau nemuin Tya...?" Kataku canggung.

"Ngapain" katanya bingung.

"Soalnya Tya slalu bersama anak kecil yg bernama Aarti, mungkin aja itu anak kamu..." kataku gugup.

"Apa...? Maksud kamu...? Siapa Aarti" katanya kaget.

"Anak yg juga hampir tercebur itu..." kataku.

"Kamu yakin itu anakku..? Gimana klo itu anak Arhan sama Tya..?" Katanya menatapku.

"Gak mungkin"

"Kamu masih belain Arhan sampai sekarang...?? Setelah semua yg dia lakukan sama kamu..?" Kata Rakesh kesal.

"Bukan gitu maksudku, huh... emang kamu gak mau ketemu sama anak kamu...?"

"Entahlah, mungkin nanti akan ku cari tau apa itu memang benar anakku atau bukan" katanya mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Maaf ya Rakesh... harusnya aku bilang dari kemarin², klo sebenarnya waktu direstoran itu aku ketemu sama Aarti... tapi aku gak tau gimana cara jelasinnya ke kamu" kataku merasa bersalah.

"Jadi sikap aneh kamu itu karna kamu ketemu sama Arhan...?" Katanya kaget.

"Iya" kataku mengangguk.

"Sebenarnya maunya Arhan itu apa sih..?" Katanya kesal.

"Awas aja klo sampai Aarti itu beneran anakku... apa maksudnya coba ngaku² klo Aarti itu anak dia, udah gak pulang² selama 3tahun, sekalinya muncul malah bikin masalah... cocok banget sama Tya" gerutu Rakesh lagi.

"Maaf ya..." kataku merasa tidak enak.

"Kenapa jadi kamu yg minta maaf..? Harusnya Tya sama brengsek itu yg minta maaf... berani²nya mereka nyembunyiin anakku selama ini... pake acara pura² mati lagi. sampai aku beneran ngira klo mereka itu udah meninggal beneran" marah Rakesh.

"Sebenarnya Arhan itu sukanya sama siapa sih, kamu atau Tya..?" Kata Rakesh lagi.

"Maksud kamu..." kataku kaget.

"Abisnya ngapain coba dia selama 3tahun ini tinggal sama Tya..? Sampai pura² mati segala, kok kalian bisa sih suka sama cowok model gitu..? Udah gak punya pendirian... gak bertanggung jawab, bisa² nya dia ninggalin istri sama anak²nya... trus suka ngakuin anak orang sebagai anak dia... dan yg paling penting dia itu brengsek"

"Rakesh... Arhan bukan orang yg seperti itu, dia gak mungkin tinggal sama Tya"

"Ya emang itu kenyataan nya kan..? trus kamu liat gak tampilannya sekarang..? Ngapain coba dia ngecat rambutnya kaya gitu...? Oh ya dia ngomong apa tadi sama kamu..?"

"Bukan apa²" kataku.

"Trus.. sekarang kamu mau ngapain..? Masih mau ngejar² Arhan..?" Katanya menatapku tidak suka.

"Mungkin beberapa hari lagi aku akan kembali keIndia..."

"Oh... syukur deh akhirnya kamu sadar, tapi gimana dengan sekolahnya Arya..?"

"Dia akan pindah sekolah diIndia aja, klo kamu..?"

"Aku akan nyari tau tentang Aarti, ya udah klo gitu aku pulang dulu ya..." katanya lalu beranjak.

"Iya hati²..." kataku mengantarnya sampai depan pintu.

Setelah dia pergi baru aku kembali kekamar untuk beristirahat karna aku sangat lelah memikirkan semua ini. Namun ketika aku ingin berbaring tiba² ponselku berdering dan ternyata itu adalah pesan masuk dari orang yg kusuruh untuk mencari Arhan.

Davina.

Aru, aku sekarang udah tau dimana tempat tinggal Arhan.

Dia tinggal di'........' bersama anak kecil yg kira² usianya 3 sampai 4 tahunan yg bernama Aarti dan Tya...  perempuan yg kuliat waktu itu direstoran.

Kamu serius...?

Tentu saja.

Mungkin kamu salah, gak mungkin mereka tinggal satu rumah. Bisa ajakan itu rumah Tya dan dia cuma nganterin Tya sama Aarti pulang.

Gak, aku udah mastiin klo mereka emang tinggal serumah.

Maaf... tapi Arhan sudah menikah dengan perempuan itu.

Ok, makasih ya.

Iya... aku juga senang bisa kerja sama kamu.

Aru... klo menurutku sebaiknya kamu pisah aja sama dia, karna buat apa kamu pertahanin laki² seperti itu. Tapi terserah kamu sih... aku cuma ngasih saran aja, karna aku gak mau kamu semakin menderita seperti aku dulu.

Makasih ya kamu udah peduli sama aku.

Iya... sebaiknya sekarang kamu istirahat, gak usah terlalu dipikirin.

Setelah membaca pesan terakhirnya aku lalu melempar ponselku kesembarang tempat.

"Sekarang aku harus gimana... kenapa semuanya jadi gini... siapa yg harus aku percaya...?" Gumamku sambil menangis.

Gak aku gak boleh berpikiran macem²... bisa ajakan ini cuma salah paham..? aku harus bicara sama Arhan. Pikirku sambil memghapus air mata lalu berusaha untuk tidur.

T

api bukannya tidur aku malah trus menangis memikirkan semua ini.


*********

The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang