Arshu pov.
"Pah, Aarti tetap akan nginap disinikan..?" tahan Aarti yg membuat Arhan kembali berjongkok dihadapannya.
"Tentu saja..! Udah ayo cepat sana masuk" sahut Arhan sembari mengusap puncak kepala Aarti dengan lembut.
Setelah mendengar itu Aarti menjadi kembali tersenyum senang lalu berbalik menatapku agak takut hingga beberapa detik baru kemudian berlari melewatiku memasuki kamar.
Begitu melihatnya benar² memasuki kamar, aku kembali berbalik menatap Arhan dengan perasaan campuk aduk. Aku bahkan bingung dengan perasaan yg kurasakan sekarang.
"Kukira kamu udah nyelesain semua urusan kamu, tapi ternyata... aku bahkan bisa melihat dengan jelas kamu terlihat sangat bahagia mendengar dia memanggilmu 'papa'...!" seruku menggebu² bahkan air mata yg sejak tadi kutahan pun akhirnya keluar juga yg membuatku bertambah kesal.
Sedangkan dia sekarang hanya terdiam layaknya orang yg sedang tertangkap basah.
"Tadinya kupikir kamu sangat merindukan Arya dan Arsy, hingga keadaan rumah jadi seperti itu. Tapi rupanya karna ini ya alasannya..! Sekarang aku jadi ragu apa kamu masih memikirkan Arya dan Arsy..?" sambungku mengutarakan pertanyaan yg muncul dibenakku dan itu berhasil membuatnya bereaksi.
"Kamu ini bicara apa Arshu..!!! Tentu saja tidak seperti itu, bagaimana aku bisa melupakan mereka" elaknya tidak terima dengan tuduhanku.
"Oh ya..???" cibirku tidak yakin dengan yg dikatakannya sekarang.
"Tentu saja, mereka itu juga anak²ku" ucapnya pasti dengan menaikkan nada suaranya, tapi detik berikutnya tiba² ia menengok kearah belakangku karna mengkhawatirkan Aarti akan mendengar percakapan kami yg membuatnya lantas mendekatiku untuk menutup pintu yg ada tepat dibelakangku itu. Hingga membuatku semakin kecewa dan muak melihatnya.
"Udah cukup Arhan, aku gak sanggup lagi..!!! Aku tau, harusnya aku tidak mengatakan hal ini... tapi Arhan, aku tidak rela liat kamu memberikan kasih sayang kamu ke Aarti juga. Jadi mungkin lebih baik kita akhiri saja hubungan kita sekarang..!!!" putusku sudah tidak bisa berpikir dengan jernih lagi karna tersulut emosi.
Bahkan saking kecewanya aku langsung melepaskan cincin pernikahan yg baru saja kukenakan tadi dengan paksa dan menyerahkannya kembali pada Arhan yg sekarang terbelalak kaget menatapku tidak percaya sambil menggelengkan kepalanya.
"Kamu ini bicara apa sih Arshu..!!! Ya, kuakui aku memang salah, tapi ini bisa kita bicarain baik², bukan seperti ini caranya..!!!" sentak Arhan tidak terima dengan keputusan sepihakku sembari mengembalikan cincin itu lagi ketanganku.
'Bicara baik²..???' mendengarnya mengatakan itu sekarang membuatku tersenyum miris, sebab mana mungkin dia punya jalan keluarnya sedangkan dia saja sekarang tidak bisa bicara dengan benar.
"Apa kamu bisa memberikan kasih sayang kamu hanya hanya pada kami..???" pintaku menatap matanya penuh harap meski sebenarnya aku sudah tau dengan benar apa jawabannya.
Dan benar saja, begitu mendengar permintaanku itu sontak dia jadi mematung ditempatnya menatapku nanar, dari sorotan matanya juga aku tau sekarang ia tengah bimbang. Kemudian secara perlahan kini tangannya mulai melepaskan genggamannya pada tanganku.
Bodohnya lagi meski aku sudah tau ini akan terjadi tetap saja aku tidak bisa menerima ini, rasanya sangat sakit.
"Aku mau kita pisah..!!! Ah ya, besok klo kamu ada sedikit waktu tolong temui Arya dan Arsy meski sebentar..!" seruku seraya kembali menyerahkan cincin itu ditangannya sebelum pergi meninggalkannya karna aku sudah tidak tahan lagi untuk tetap berada disana.
Berbeda dengan tadi sekarang ia hanya terdiam pasrah ditempatnya sambil memandangi kepergianku dengan tatapan kosong tanpa berniat untuk mencegahku yg membuat hatiku semakin menjerit.
Dan sialnya lagi tidak ada satu pun taxi, bajai, atau angkutan lainnya yg lewat hingga membuatku yg ingin secepatnya meninggalkan rumah itu memutuskan berjalan kaki lumayan jauh sambil sesekali menghapus air mataku yg terus mengalir sampai akhirnya aku menemukan taxi untuk kutumpangi.
Disepanjang perjalanan aku berusaha dengan keras untuk mengontrol emosi dan telingaku yg trus saja terngiang² pembicaraan Arhan dan Aarti tadi berulang² layaknya kaset rusak, hingga membuat air mataku semakin mengalir dengan deras tanpa bisa aku kendalikan.
Aku bahkan sekarang sudah tidak peduli lagi dengan pria paruh baya yg sedang mengemudikan taxi ini yg sudah beberapa kali disepanjang perjalanan ini menanyakan keadaanku dengan nada iba, mungkin bisa dibilang aku sekarang sudah tidak punya rasa malu lagi. Sebab dipikiranku sekarang hanya satu 'bagaimana caranya menenangkan pikiran dan perasaanku agar kembali normal' karna tidak mungkin aku menghadapi Arya, Arsy dan kedua orang tuaku dengan kondisi seperti ini.
Namun hingga taxi ini sudah hampir sampai dirumah orang tuaku pun aku masih saja tidak bisa menghentikan air mataku.
"Maaf pak, tolong putar balik aja..!" seruku akhirnya memutuskan untuk kembali kerumah saja setidaknya hingga keadaanku sudah kembali normal nanti baru aku akan menjemput Arya dan Arsy.
"Maaf mbak, maksudnya..? Ini kita udah mau sampai loh..." ucap supir ini mengerutkan keningnya tidak mengerti menoleh kearahku.
"Iya pak, tolong antar saya ke '...' saja..! Bisakan pak..?" jelasku berusaha menahan isak tangisku.
"Oh, iya mbak..!" angguknya patuh lalu memutar balik taxi ini kearah jalan rumahku.
Disepanjang perjalanan aku masih saja tidak bisa mengendalikan air mataku yg trus saja mengalir dengan deras, bahkan rasanya perjalanan menuju rumahku ini saja terasa sangat lambat, padahal biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menitan saja.
.
.
.
.
.Author pov.
"Kakek, mama sama papa dimana ya..? Kok lama banget..!" keluh Arsy untuk kesekian kalinya seraya menengok kearah ruang tamu dengan wajahnya yg ditekuk karna tidak sabar menunggu kedatangan kedua orang tuanya, bahkan film kartun favoritnya yg kini sedang ditayangkan ditelevisi saja tidak dia hiraukan.
"Sabar sayang..!!! Mungkin mama sama papa kalian sekarang ini lagi nyiapin kejutan nya buat kalian..." hibur nenek mereka yg baru saja tiba dari dapur membawakan dua cangkir susu coklat panas kesukaan mereka.
"Tapi nek, ini udah lama banget...! Jarum jam nya aja sekarang udah kembali keangka 12 lagi..." bahas Arya juga cemberut melirik kearah jam dinding yg jarum panjangnya kembali menunjuk keangka 12. Itu artinya ia sudah menunggu kedatangan orang tuanya selama satu jam.
"Udah, gak usah cemberut gitu dong mukanya..!!! Justru malah baguskan klo mama dan papa kalian gak dateng, jadi kalian bisa sekalian nginap disini sama kakek, nenek" sanggah sang kakek tersenyum sumringah seraya mengambil alih dua susu coklat panas itu dari tangan istrinya lalu menyerahkannya pada kedua cucu mereka.
"Tapi Arsy kangen mau ketemu papa kek...!!!" elak Arsy sembari mengambil gelas itu.
"Oh jadi kangen nya sama papanya aja nih..??? Sama kakek, nenek, udah enggak sayang lagi..???" goda kakek memasang wajah cemberutnya untuk mengalihkan perhatian mereka.
Dan benar saja untungnya itu berhasil membuat Arya dan Arsy yg langsung menggeleng lalu berhambur untuk memeluk kakeknya.
"Tentu saja kami juga sayang sama kakek, nenek..!!!" seru Arya menyunggingkan senyum manisnya setelah melepaskan pelukannya.
"Iya, Alsy juga sayangg... banget" sambung Arsy yg masih mengalungkan lengannya dileher kakeknya.
Sedangkan sang nenek yg melihat itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum bahagia melihat senyum diwajah mereka.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact
Fiksi RemajaApa jadinya jika setelah dikabarkan meninggal, tiba² setelah 3 tahun dia kembali lagi namun sebagai orang asing. *kelanjutan cerita dari baby Arya* Mohon maaf jika ceritanya tidak jelas atau ada salah kata dan ada kata yg kurang berkenan.