marah

6 1 0
                                    

Setelah selesai memasak makan malam aku lalu menghampiri Arya dan Arsy yg sedang bermain bersama Arhan diruang keluarga.

"Sayang, ayo beresin mainannya kita makan malam dulu, makanannya udah siap" seruku mengajak Arya dan Arsy.

"Ok mama..." sahut mereka lalu membereskan mainannya.

"Ya sudah klo gitu mama panggil om Vinod dulu ya..?" Pamitku lalu berbalik menuju kamar kerja.

Tok...tok...tok...

"Eh, kamu ada apa..?" Sapanya tersenyum miring setelah membuka pintu.

"Klo kamu mau makan, itu makan malam udah siap" jelasku datar.

"Tentu saja dong aku mau. Tapi kok gitu banget sih ngomongnya sama tamu kaya gak ikhlas" cibirnya.

"Terserah..." sahutku jengah lalu meninggalkannya.

Setelah selesai makan malam Arya dan Arsy bergegas kembali keruang keluarga bersama Arhan, entah apa yg mereka lakukan sampai meninggalkanku mencuci piring sendirian.

"Arya, Arsy, kalian lagi ngapain sih" sapaku menghampiri mereka setelah selesai mencuci piring.

"Mama..? Ka..kami... gak lagi ngapa²in kok" jawab Arya gugup seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Oh, jadi Arya sekarang udah bisa bohong ya sama mama..?" Sahutku pura² cemberut.

"Mama..." rengek Arya sambil memegang tanganku.

"Kak Alya gak boong kok mah, tapi tadi kata papa gak boleh bilang dulu sama mama" jelas Arsy.

"Gitu ya..." ucapku sambil mengusap rambut mereka.

"Mama marah ya sama Arya..?" Tanya Arya menatapku.

"Nggak kok" gelengku tersenyum meski sebebarnya aku keberatan, karna aku tidak mau anak² jadi semakin dekat dengan Arhan.

"Beneran mah..? Makasih ya mah..." serunya tersenyum senang.

"Iya" anggukku.

Setelah 1 jam kemudian terpaksa aku menidurkan Arya dan Arsy dikamarku bersama Arhan, karna mereka juga ingin tidur ditemani Arhan.

"Ayo cepat sana kamu pulang, makasih udah meluangkan waktu untuk Arya dan Arsy" usirku setelah mereka tidur.

"Apaan sih, aku kan udah bilang. Aku juga akan tinggal disini" elak Arhan sambil mengusap rambut Arsy tidak memperdulikanku.

"Jangan ngaco deh ya... udah cepet sana pulang, aku capek" marahku menatapnya jengah.

"Ya sudah klo kamu capek sana tidur, siapa yg larang..?" Sahutnya menatapku.

"Kamu itu sebenarnya maunya apa sih..?" Tanyaku kesal.

"Ya aku mau tinggal disini sama kalian... kan udah aku bilang tadi" jawabnya sambil tersenyum.

"Gak boleh..!!!" Tolakku menatapnya tajam.

"Kenapa..? Dia aja kamu izinin kenapa aku enggak..?" Protesnya tidak terima.

"Aku ngizinin dia karna terpaksa ya..." elakku tidak suka dengan nada bicaranya.

"Ya maka dari itu aku juga akan tinggal disini" sahutnya semakin menyebalkan.

"Kamu itu kenapa sih selalu aja seenaknya..? Kamu pikir aku ini apa hah...?!! Perempuan murahan...!!!" Dengusku menatapnya tajam.

"Aku gak bilang kamu perempuan murahan... aku kan cuma mau tinggal disini, apa hubungannya..? Lagi pula emang kamu mau tinggal satu rumah sama cowok seperti itu..??? Dia itu bukan laki² baik" cecarnya menatapku tidak suka.

"Trus kamu pikir kamu itu laki² yg baik..?" Sindirku.

"Aku gak bilang aku laki² yg baik, udah deh mending sekarang kamu tidur aja... daripada marah² trus" putusnya lalu kembali tersenyum.

"Gimana aku bisa tidur klo ada kamu..?" Gerutuku.

"Apa hubungannya..? Biasanya juga gak papakan..?" Tanyanya.

"Ya itu dulu... sekarang beda" jawabku kesal.

"Apa bedanya..?" Tanyanya lagi pura² bego.

"Terserah kamu deh, udah sini minta nomor Tya" sungutku memutar mata malas.

"Untuk apa..?" Tanyanya bingung.

"Udah deh ya... jadi nginap gak..?" Ancamku jengah.

"Bilang dulu buat apa..?" Tanyanya curiga.

"Bawel banget sih... cuma minta nomor Tya aja" sungutku.

"Gak boleh, emang kamu mau ngapain..?" Tolaknya seraya memegang ponselnya seolah² aku akan merampasnya.

"Aku mau ngomong sama dia" jelasku datar.

"Ngomong apa..? Ini telpon diponsel aku aja" sahutnya tapi masih memegang ponselnya.

"Ya terserah, yg penting sekarang aku mau ngomong" sungutku kesal.

Segitu sayangnya sampai² orang minta nomor telponnya aja gak boleh. Gerutuku dalam hati. Sedangkan Arhan sekarang sedang mengotak atik ponselnya untuk menghubungi Tya.

"Iya Arhan, ada apa..?" Ucap Tya terdengar olehku karna dia mengaktifkan spekearnya.

"Ini Arshu mau ngomong sama kamu. Ayo cepet mau ngomong apa...?" Sahut Arhan masih memegang telponnya.

"Tya, ini katanya Arhannya mau nginap disini. Aku udah nyuruh dia pulang daritadi tapi dia gak mau..." aduku.

"Ngapain kamu bilang sama Tya..?" Sela Arhan kaget begitu mendengar apa yg kukatakan barusan.

"Diam..!!! Aku gak ngomong sama kamu" sahutku menatapnya kesal.

"Iya Arshu, kok kamu bilang sama aku sih..? Ya terserah Arhan mau nginap disana diakan suami kamu, kenapa pake izin sama aku segala..? Ya udah ya aku tutup dulu telponnya" sambung Tya lalu memutuskan telponnya sepihak.

"Hah... dia gak salah ngomong..?" Gumamku terpaku mendengar apa yg dikatakan Tya tadi.

"Hei... kok bengong sih, kenapa kamu pakai laporan sama Tya segala klo aku mau tinggal disini..?" Cecar Arhan mengagetkanku.

"Ya jelas lah, udah sana kamu keluar... aku mau tidur" usirku.

"Apa..?!! Trus aku tidur dimana..?" Tanyanya kaget.

"Dikamar anak² lah..." jawabku acuh.

"Apa..??? Mana bisa aku tidur disana, emang kamu pikir itu cukup untuk aku..?" Protesnya mengerutkan kening.

"Ya trus mau dimana lagi...? Disini gak ada kamar lagi selain itu" sahutku memalingkan muka.

"Ya aku tidur disinilah..." serunya lalu berbaring disamping Arya.

"Terserah kamu aja deh, aku capek. Dasar tidak tau malu" sungutku lalu beranjak ingin keluar.

"Eh... kamu mau kemana..?" Cegahnya ingin menghampiriku.

"Diam disini..!!! Klo gak kamu gak boleh nginap disini" kecamku memperingatinya.

"Kamu kok berubah seperti ini sih..?" Ucapnya menatapku.

"Pikir aja sendiri" sahutku lalu pergi tidur dikamar Arya dan Arsy.


********

The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang