bicara

5 1 0
                                    

"Kalian tunggu disini dulu ya" kataku pada Arya dan Arsy, setelah Davina meminta berhenti pada sopir taxinya ditempat yg agak jauh dari rumah itu.

"Ok, tapi mama jangan lama² ya" kata Arsy menatapku.

"Iya, mama sebentar aja kok" kataku tersenyum.

"Emang mama mau kemana sih, Arya temenin ya..?" Kata Arya memegang tanganku.

"Udah... Arya sama tante aja nemenin Arsy, mamanya kan cuma pergi sebentar" kata Davina meyakinkan Arya.

"Baiklah, hati² ya mah..." kata Arya akhirnya setuju.

"Tentu saja" kataku sambil mengacak rambutnya gemas lalu pergi menuju rumah itu.

Kenapa aku malah jadi takut gini sih, aku kan cuma mau nanya. Pikirku setelah didepan pintu rumah itu, lalu mulai memencet bell nya.

Setelah menunggu beberapa saat baru pintunya terbuka dan ternyata yg membukakan pintu itu adalah Tya.

"Kamu...??!! Ngapain kamu kesini..?" katanya menatapku tidak suka.

"Ada yg mau aku tanyakan sama Arhan, Arhannya ada..?" Kataku canggung.

"Sayangnya Arhan gak mau ketemu sama kamu, jadi sebaiknya kamu PERGI SEKARANG juga" katanya sambil tersenyum.

"Sebentar aja, setelah itu aku akan pergi kok dari sini" kataku berusaha tenang.

"Udahku bilang gak bisa... emang kamu mau nanya apa sih..?" Katanya penasaran.

"Aku cuma mau nanya apa benar kalian udah... udah menikah..?" kataku ragu.

"Iya, emang kenapa...? kamu gak terima..? Bukannya kalian udah gak ada hubungan apa² lagi ya..?" Katanya kesal.

"Aku mau denger langsung dari Arhan" kataku tidak memperdulikannya.

"Kamu gak percaya..?"

"Iya" kataku datar.

"Dasar gak tau diri, kamu pikir kamu itu siapa hah..." katanya menatapku semakin kesal.

"Aku rasa aku gak perlu lagi mengatakan siapa aku, karna bukannya kamu udah tau benar siapa aku ini. iyakan..?" Kataku membalas tatapannya.

"Apa maksud kamu mengatakan itu hah..??!!" Katanya mengeraskan suaranya.

"Aku gak bermaksud apa²" kataku datar.

"Tya, ada apa..? Kenap..." kata Arhan terhenti karna melihatku.

"Kamu..!! Mau ngapain kamu kesini..?" kata Arhan menatapku tajam.

"Aku cuma mau nanya apa kalian udah menikah" kataku beralih menatap Arhan.

"IYA, emang kenapa...? Lagian ngapain lagi kamu ngurusin hidupku bukannya kamu udah bahagia sama selingkuhan kamu itu..? Ah... atau sekarang kamu udah ditinggalin sama cowok itu... makanya sekarang kamu ganggu aku lagi. Denger ya aku udah bahagia sama hidupku sekarang, jadi jangan pernah ganggu aku lagi. NGERTI...!!!" Marah Arhan dengan penuh penekanan disetiap perkataannya.

"Apa...??? Kamu ngomong apa sih, aku gak ngerti..." kataku bingung.

"Gak usah pura² bodoh. Tya udah ceritain semuanya sama aku" ucap Arhan semakin menatapku marah.

"Tya, Kamu ngomong apa lagi sih sama Arhan..?" Kataku menatap Tya kesal.

"Kenapa...? Aku cuma ngomong yg sebenarnya aja kok, emang benerkan kamu selingkuh sama cowok itu" kata Tya lalu tersenyum miring kearahku.

"Dasar pembohong... Arhan jangan percaya sama dia, kamu tau sendirikan bahkan dia itu udah berkali² boh--"

"Udah cukup, kamu pikir aku ini bodoh masih mau percaya sama kamu... sekarang cepat sana kamu pergi, aku gak mau liat kamu lagi" kata Arhan memotong perkataanku.

"Arhan, kamu ini kenapa sih..? Kenapa kamu lebih percaya dia daripada aku" kataku menatapnya tidak percaya.

"Tentu saja, dia itu istriku jadi jelas aku lebih mempercayainya daripada perempuan seperti kamu" kata Arhan sambil memegang tangan Tya.

"Baiklah, makasih atas semuanya selama ini. Oh iya ini semua uang penghasilan bengkel kamu selama ini" kataku seraya menyerahkan amplop berisi uang tabunganku yg jumlahnya sama dengan uang dari penghasilan bengkelnya selama ini.

"Bengkel...???" Katanya tampak bingung.

"Oh iya... makasih ya, ini jumlahnya pas kan...?" Kata Tya segera merampas amplop yg masih ditanganku.

"Iya, klo gak percaya tanya aja sama pegawai kepercayaan Arhan dia punya catatannya kok"

"Ok.. aku percaya, oh iya ngapain kamu masih makai CINCIN itu...? Bukannya kalian udah GAK PUNYA HUBUNGAN apa² lagi ya...? Cepat LEPAS..!!" Kata Tya beralih menatap cincin pernikahanku.

"Apa...??" Kataku kaget.

"Kenapa...? Emang benerkan kalian udah gak punya hubungan apa²... jadi gak ada alasan lagi buat kamu masih makai atau nyimpan cincin itu" katanya menatapku.

"Iya... cepat lepas cincin itu, aku gak sudi cincin itu dipakai sama perempuan kaya kamu" kata Arhan menatapku tajam.

"Cepetan... lama banget sih, sini biar aku yg lepasin" kata Tya seraya memegang tanganku.

"Aku bisa sendiri" kataku menghentakan tangannya lalu melepaskan cincin itu.

"Ini... PERMISI..." kataku berusaha agar tidak menangis sambil menyerahkan cincin itu pada Arhan lalu pergi.

"Syukurlah akhirnya dia pergi juga... semoga setelah ini dia tidak mengganggu kita lagi ya...?" Kata Tya yg masih bisa kudengar.

"Iya" sahut Arhan datar.

Aku lalu semakin mempercepat langkahku sambil mengusap air mataku, agar tidak mendengar pembicaraan mereka lagi.

"Hai... maaf ya kalian jadi harus nunggu lama" kataku berusaha tersenyum ketika sampai ditaxi.

"Iya... mama kok lama banget sih, emang ngapain sih..?" Kata Arsy cemberut.

"Iya emang ngapain sih mah... sampai kami gak boleh ikut..?" Kata Arya juga.

"Iya deh maafin mama ya...? Maaf juga ya Vin jadi ngerepotin kamu" kataku setelah masuk kedalam mobil.

"Santai aja" Kata Davina tersenyum.

"Oh ya, abis ini kamu mau langsung pulang..?" Kataku.

"Iya" Katanya sambil mengangguk.

"Kamu sibuk gak..." tanyaku lagi.

"Gak, emang kenapa..?"

"Kita keMall yuk... sekalian ajakin anak kamu juga" kataku tersenyum.

"Mall...?"

"Iya... 2hari lagikan aku akan kembali keMumbai, jadi aku mau ngajak anak² jalan dulu sekalian beli oleh². Mau gak..?"

"Ya udah deh, tapi emang gak ngerepotin klo aku ngajak Nala" katanya ragu.

"Tentu aja gak, malah lebih seru klo ada Nala biar mereka bisa main sama². Ya udah yuk kita jemput Nala sekarang, aku juga udah kangen sama dia udah lama gak ketemu" kataku antusias.

"Lama apanya sih, bukannya waktu ultahnya Arsy juga ketemu ya"

"Tetap aja"

"Iya tante kami juga kangen sama Nala" kata Arya dan Arsy.

"Ya udah deh" katanya lalu memberi tau alamat rumahnya pada supir taxi.

Selama perjalanan aku mencoba menenangkan diri agar jangan sampai menangis sekarang.

**********

The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang