Arhan pov.
"Papa..!!!" Terdengar teriakan anak perempuan yg sudah tidak asing lagi ditelingaku hingga membuatku refleks menoleh kearah suara itu.
Benar saja ternyata tidak jauh dari tempat kami sekarang ada Aarti yg sekarang melihat kearahku dengan senyuman lebarnya.
Bagaimana ini...? klo aku kesana gimana sama mereka, Arshu juga klo tau pasti makin marah nanti. Pikirku bingung beralih menatap Arya, Arsy dan Arshu yg masih asik memberi makan ikan.
"Sayang, papa pergi dulu ya bentar" pamitku akhirnya memutuskan untuk menghampiri Aarti meski ragu.
"Papa mau kemana..?" Sahut Arsy langsung menoleh menatapku agak kaget
"Iya pah, emang mau kemana sih.. kami ikut ya..?" Sambung Arya juga tidak terima berbalik menatapku.
"Bentar aja kok, kalian sama mama dulu ya" ucapku gelagapan tidak ingin sampai mereka curiga nanti.
Sedangkan Arshu tampak menatapku dengan tatapan bingung tapi detik kemudian tiba² ekpresinya berubah seolah mengerti.
"Udah sebaiknya kamu sana cepat pergi, yuk sayang kita kesana aja" ucap Arshu menatapku sebentar lalu mengajak Arya dan Arsy pergi kearah yg berlawanan.
Entah mengapa aku merasa klo tatapan itu rasanya agak berbeda, tapi aku juga tidak tau apa arti dari tatapannya itu. Aku lalu segera menghampiri Aarti yg tampak sedang bicara dengan Rakesh.
"Hai..." sapaku seraya berjongkok didepannya.
"Hai papa..!! Aarti seneng banget bisa ketemu papa disini, papa sengaja ya nunggu Aarti disini untuk ngasih kejutan buat Aarti" celoteh Aarti setelah memelukku dengan erat.
"Hehehe... papa juga seneng bisa ketemu Aarti disini" sahutku juga memeluknya.
Beberapa saat kemudian Aarti baru melepaskan pelukannya, kemudian berbalik menatap Rakesh lalu memegang tangannya.
"Makasih ya papa Rakesh, udah mempertemukan Aarti sama papa disini..." ucap Aarti menengadahkan wajahnya menatap Rakesh sambil tersenyum senang.
"Iya sayang" jawab Rakesh singkat seraya mengusap rambut Aarti.
"Ya udah yuk pah, temenin Aarti liat kelinci" pinta Aarti kembali berbalik menatapku antusias.
"Ah iya, ayo..." sahutku ragu lalu berdiri.
"Ya udah klo gitu gue nitip Aarti ya, gue mau nyusul mereka" kata Rakesh pelan seraya menepuk pundakku.
"Apa..?!!" Ucapku agak kaget.
"Loh kok kaget, gak mungkinkan kita berdua disini" sahutnya lalu mengusap rambut Aarti sebentar baru setelah itu pergi kearah Arshu.
Aku yg sebenarnya agak keberatan hanya bisa melonggo melihat kepergiannya, tapi kemudian aku disadarkan oleh Aarti yg kembali memintaku menemaninya untuk melihat² kelinci seperti biasa karna dia sangat menyukai kelinci.
Saat disana dia sangat senang berlari kesana kemari sambil mengejar kelinci.
Hingga membuatku tanpa sadar tersenyum melihat tingkahnya, tapi disisi lain aku juga trus kepikiran Arya, Arsy dan Arshu inikan pertama kalinya kami jalan bersama tapi aku malah berada disini sekarang."Aarti, temenin mama nyari toilet bentar yuk.." ajak Tya yg sejak tadi hanya diam.
"Aah... mama, Aarti masih mau disini" sahut Aarti cemberut.
"Ayo bentar aja kok, Aarti juga belum pipiskan" ucap Tya lagi hingga akhirnya Aarti setuju.
"Ayo pah" ajak Aarti sambil menarik tanganku.
"Iya, ayo" ucapku tersenyum.
"Maaf ya Arhan jadi ngerepotin kamu" ucap Tya.
"Kok minta maaf sih mah, emang mama salah apa pah..?" Tanya Aarti bingung menatap kami berdua bergantian.
"Gak ada kok sayang" jawabku sambil tersenyum tipis.
"Toiletnya kok jauh banget sih" keluh Tya karna toiletnya berada lumayan jauh dari tempat kami tadi.
"Aarti, nanti setelah dari toilet mau liat² burung gak..?" Tanyaku terhenti saat melewati kandang burung yg tidak jauh dari toilet.
"Nggak, Aarti mau ngejar kelinci lagi aja..!" jawab Aarti.
"Oh gitu ya, ya sudah ayo sana ikut mama masuk" ucapku lalu setelah mereka masuk toilet aku pun ikut masuk ketoilet pria.
Setelah aku keluar dari toilet ternyata Aarti dan Tya masih belum keluar jadi aku berjalan kearah kandang burung untuk melihat².
"Ayo pah, kita ketempat kelinci lagi" teriak Aarti sambil berlari kearahku, saat aku sedang asik melihat² dari luar kandang.
"Aarti, jangan lari²" teriak Tya yg agak jauh dibelakangnya memperingatinya.
Karna kaget mendengar teriakan Tya tadi Aarti jadi tersandung batu didepannya, sebab tidak memperhatikan jalan hingga membuatnya terjatuh.
Aku pun segera berlari menghampirinya lalu membersihkan tangan dan pakaiannya yg kotor sambil menenangkan dia yg sekarang sudah menangis.
"Tuh kan mama bilang juga apa..?!! Kamu sih gak pernah dengerin mama, udah gak usah nangis" marah Tya lalu mengusap air mata Aarti begitu sampai didepan kami.
"Papa sakit..." ringis Aarti sambil memegang lututnya yg sekarang sedang ku tiup karna terluka.
"Papa..???" Pekik Arya terdengar tepat dibelakangku.
********

KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact
Novela JuvenilApa jadinya jika setelah dikabarkan meninggal, tiba² setelah 3 tahun dia kembali lagi namun sebagai orang asing. *kelanjutan cerita dari baby Arya* Mohon maaf jika ceritanya tidak jelas atau ada salah kata dan ada kata yg kurang berkenan.