mengejar

2 0 0
                                    

Arshu pov.

Setibanya dibengkel rupanya Arhan juga tidak berada disana, jadi kami pun memutuskan untuk kerumah Rakesh. Entah mengapa hanya tempat itu yg terpikirkan olehku sekarang.

Meski ini rasanya masih terlalu pagi untuknya berkunjung kerumah seseorang, tapi mungkin sajakan dia kesana untuk Aarti, mengingat selama ini dia tidak pernah mengenal waktu lagi jika itu menyangkut Aarti.

"Papa dilumah Aalti ya mah..?" tanya Arsy menatapku lesu, kini semangatnya menipis karna masih belum juga bertemu dengan Arhan hingga sekarang.

"Mungkin saja, mama juga kurang tau.." jawabku seadanya sembari melempar senyum tipis untuk menyemangatinya.

Tapi dia hanya mengangguk lesu dan kembali menoleh keluar jendela melihat jalanan yg tampak lumayan padat dengan mobil² dan motor² berlalu lalang pagi ini.

"Gimana klo papa gak ada disana..?" celetuknya pelan tanpa mengalihkan pandangannya.

Untuk sesaat aku hanya terdiam tidak tau harus menjawabnya seperti apa, tiba² perasaan aneh menyelimutiku rasanya aku jadi sedikit takut kehilangan Arhan lagi.

Dengan cepat kutepis semua perasaan itu, kenapa aku harus kehilangan Arhan lagi..? Hubungan kami memang sedang tidak baik, namun bukan berarti aku bisa berpikir berlebihan sampai sejauh itu bukan..?

"Pokoknya dimanapun papa, mama janji, akan buat papa kembali lagi sama kita hari ini juga..!" seruku dengan pasti sembari mengusap rambutnya.

Mendengar itu Arsy lalu kembali berbalik menengadahkan wajahnya menatapku dengan senyuman yg mengembang diwajahnya.

"Sungguh..??!" ucapnya kembali bersemangat.

"Tentu saja, mulai hari ini papa akan terus tinggal sama kita..!" anggukku menangkup kedua pipinya gemas.

"Yeyy..! Makasih mama..!" soraknya sudah terlihat bahagia meski itu semua belum terjadi.

"Kita sudah sampai bu..!" sela supir taxi yg kami tumpangi menyadarkanku jika kami sudah berada didepan gerbang rumah Rakesh.

"Makasih ya pak" sahutku lalu membayar ongkosnya sebelum kami turun.

Baru saja aku ingin memencet bellnya pagar itu sudah terbuka dan disusul dengan keluarnya sebuah mobil sedan warna silver yg biasa dikenderai Rakesh.

Benar saja yg mengemudikan mobil itu sekarang adalah Rakesh, dan begitu melihat kami dia langsung menghentikan mobilnya yg masih berada ditengah pagar lalu keluar.

"Loh Arshu, kamu kok kesini..?" sapanya dengan raut wajah agak kaget. Namun detik berikutnya langsung tersenyum lebar begitu melihat keberadaan Arsy bersamaku. Dia lalu menggendong Arsy sembari mencium Arsy gemas.

"Om, papa Alsy ada disini gak..?" tanya Arsy mewakiliku dengan senyuman diwajahnya setelah Rakesh selesai mencium pipinya.

"Loh..??? Papanya tadi udah berangkat. Arshu, kalian gak tau klo Arhan hari ini akan kembali ke Jakarta..?" seloroh Rakesh bingung menatapku.

"Jakarta..??!" ulangku membulatkan mata tidak percaya.

'Bagaimana mungkin Arhan akan pergi secara mendadak dan itupun tidak memberitauku sama sekali..? Sebegitu terlukanya kah dia dengan perkataanku..?'

"Ya, beberapa menit yg lalu dia berangkat kebandara diantar sama Tya dan Aarti..! Katanya sih penerbangannya pagi ini, sedangkan aku juga ada metting setengah jam lagi, makanya aku gak bisa ikut nganter" jelas Rakesh yg membuatku langsung melirik arlojiku untuk melihat jam berapa sekarang.

"Klo gitu aku pergi dulu ya Rakesh, makasih..!" seruku bergegas mengambil alih Arsy dari tangannya.

Mungkin jika kususul kebandara sekarang aku masih sempat menghentikannya. Dia tidak boleh pergi lagi, apalagi dengan alasan seperti ini.

"Kamu mau kemana..?" tanya Rakesh mengerutkan keningnya bingung.

"Aku mau susul dia..! Sekali lagi makasih ya.." jawabku lalu melangkahkan kakiku untuk segera pergi dari sana mencari taxi.

"Tunggu Arshu..!!" panggil Rakesh tertahan yg membuatku kembali menoleh padanya.

"Ayo masuk, biar kuantar..!" perintahnya membuatku mengerutkan kening. Bukankah katanya tadi dia ada metting sebentar lagi.

"Tidak perlu repot, tadikan kamu bilang ada metting.." tolakku menggelengkan kepala.

"Udah gak papa, aku bisa reschedule nanti. Ayo cepat, nanti kamu ketinggalan..!" sanggahnya lalu memasuki mobilnya tanpa mendengar persetujuanku.

Sedangkan aku kini hanya terdiam untuk sesaat mencoba menimbang² haruskah aku nenerima tawaran Rakesh, karna aku harus cepat sampai disana bukan. Sedangkan jika aku mencari taxi lagi itu akan membuang² waktu, tapi bagaimana mettingnya Rakesh..?

Tiittt..!

Suara klakson mobil Rakesh kembali menyadarkanku, dan sekarang mobilnya sudah berada tepat disampingku dengan pintu kursi penumpang disampingnya terbuka, sedangkan dia kini menjulurkan kepalanya dari kaca jendela.

"Ayo cepat, kok malah bengong..!" serunya yg langsung kuangguki lalu masuk kedalam mobilnya tanpa berpikir panjang lagi.

"Makasih banyak ya Rakesh.." ucapku tersenyum tipis setelah memakai sabuk pengaman.

"Udahlah, nanti aja terima kasih nya.." balasnya juga tersenyum lalu segera mengemudikan mobilnya.

Ditengah perjalanan dia menghubungi kantornya dan kudengar dia meminta untuk mereschedule mettingnya besok pagi saja.

"Maaf ya Rakesh, aku jadi ganggu pekerjaan kamu.." sesalku merasa tidak enak setelah dia melepaskan earphonenya.

"Bukan kamu yg ganggu aku, tapi suami kesayangan kamu itu..!" elaknya dengan sengirannya melirikku sebentar.

"Sudah kuduga pasti ada sesuatu diantara kalian, jika tidak mana mungkin Sipembuat onar itu tiba² memutuskan untuk pergi, bukan.?!" gerutunya memutar matanya jengah.

"Pembuat onal itu apa mah..?" sela Arsy yg duduk dipangkuanku berbalik menengadahkan kepalanya menatapku penasaran.

"Bukan apa² sayang, jangan ditiru ya..!" sahutku mengusap pipinya lalu kembali menatap Rakesh yg kini hanya menunjukan sejeret giginya tersenyum sambil memegang satu telinganya, sebagai tanda permintaan maaf yg kutanggapi dengan helaan nafas panjang.

"Tidak Rakesh, ini semua salahku..! Aku terlalu overthinking dan bersikap tidak adil padanya" tuturku.

"Ya, selalu saja kamu membelanya.." gerutunya mengangkat pundaknya acuh.

*******

The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang