rencana

4 1 0
                                    


Setelah Arya dan Arsy tidur dikamar yg ada diruangan ini, aku lalu keluar dan menutup pintunya.

"Apa yg sebenarnya dimaksud Tya..? kenapa Arhan juga bersikap seperti itu..? Lalu kenapa Arhan tidak pernah pulang selama ini..? Apa yg sebenarnya terjadi sama mereka..? Dan yg paling penting siapa anak kecil itu..? Klo anak kecil itu anak Tya berarti aku harus memberi tau Rakesh tentang semua ini. Ya aku harus memberi tau dia... pasti dia sangat senang mendengarnya" gumamku sambil berdiri menatap keluar jendela ruangan kerjaku.

"Woyy... ayo lagi mikirin apa coba..?" Kata Rakesh dari belakang mengagetkanku.

"Kamu..? Sejak kapan kamu datang..?" kataku meliriknya sebentar lalu kembali memandang keluar jendela.

"Baru aja, lagi liatin apasih..? asik banget kayanya sampai gak sadar aku masuk" Katanya berdiri disampingku.

"Gak liat apa²" kataku seraya meninggalkannya lalu duduk dikursi kerjaku.

"Oh ya, anak² mana..?" Katanya sambil melihat ketempat biasa Arya dan Arsy bermain.

"Mereka lagi tidur" kataku.

"Oh... tumben kamu jam segini udah ada disini, biasanya masih dirumah" katanya ikut duduk dikursi seberangku.

"Hari ini lagi banyak kerjaan" kataku canggung karna memikirkan bagaimana cara ngomongnya sama dia soal Tya.

"Kamu kenapa sih beberapa hari ini jadi suka ngelamun..? klo dipikir² lebih tepatnya sih sejak malam itu kamu mulai berubahnya" katanya menatapku.

"Bukan urusan kamu" kataku menatapnya tidak suka.

"Ck... iya deh terserah kamu aja, aku kan cuma nanya, oh ya esokkan ultahnya Arsy... kamu udah rencanain mau ngerayain dimana..?" katanya lalu tersenyum lebar.

"Iya, emang kenapa..?" Kataku lalu menyalakan laptop dan kembali mengerjakan pekerjaanku yg tadi sempat tertunda.

"Mau ngerayain dimana, kasih tau aku dong. Aku juga mau bantu² nyiapin pestanya" katanya bersemangat.

"Gak perlu, aku udah nyiapin semuanya kok.. lagian aku juga gak ngundang banyak orang" kataku tetap fokus menatap laptop.

"Gitu yah... klo gitu boleh gak aku ngundang anak² rekan kerjaku" katanya antusias.

"Gak usah, ngapain..? Toh kami juga gak kenal sama mereka"

"Ayolah Aru... ini ultahnya Arsy, apa salah klo aku mau bikin pesta buat dia..?" Katanya murung.

"Tentu saja... aku kan udah bilang sama kamu berkali² klo kamu gak usah repot² melakukan sesuatu untuk Arya dan Arsy" kataku beralih menatapnya tajam.

"Siapa yg repot sih, aku gak merasa repot sama sekali kok"

"Tetap aja, aku gak nyaman dengan semua itu. Aku tau niat kamu baik... tapi tolong hargai aku juga"

"Please..."

"Tolong, kamu taukan aku gak suka dipaksa" kataku lalu kembali menatap laptop.

"Baiklah, klo gitu aku pergi dulu" katanya lesu lalu bangkit dari duduknya ingin pergi.

Apa yg kulakuin..? Diakan selama ini slalu bersikap baik. Kenapa aku malah jadi seperti ini..? Pikirku sambil menatapnya yg sudah ingin membuka pintu.

"Aku ngerayainnya ditaman Cattleya, klo kamu mau datang jangan bawa hadiah yg berlebihan" kataku hingga dia berbalik menatapku.

"Baiklah, terima kasih banyak ya..?" Katanya senang.

"Iya... maaf juga tadi aku ngomong kasar" kataku tersenyum.

"Iya" katanya mengangguk senang lalu membuka pintu dan pergi.

Setelah dia pergi aku pun kembali melanjutkan pekerjaanku. Hingga 1jam kemudian saat pekerjaanku hampir selesai tiba² ponselku berdering. Setelah kuliat ternyata itu telpon dari Pankti, jadi aku segera menjawabnya.

🎶🎶📱🎶🎶

"Hai... kok baru nelpon sekarang sih" Kataku tersenyum.

"Hehehe... maaf, abisnya aku sibuk banget"

"Huh dasar... eh.. kita video call aja ya..? Aku udah kangen banget pengen liat Rishi" kataku antusias.

"Eh... kayanya sekarang kita gak usah video call deh, lagian Riahinya juga lagi tidur" katanya aneh banget.

"Yah... ya udah deh" kataku cemberut.

"Oh ya, ultahnya Arsy esok mau ngerayain dimana kamu..?"

"Ditaman Cattleya, emang kenapa..?" Kataku bingung.

"Gak papa, cuma iseng aja pengen nanya" katanya sambil tertawa.

"Kirain tadi kenapa..." kataku malas.

"Eh... omong² gimana tentang Arhan, kamu udah ketemu sama dia..?" Tanyanya membuatku terdiam hingga beberapa saat karna tidak tau harus bilang apa.

"Arshu... Arshu... kok mau diam aja sih"

"Eh.. iya maaf ada apa..?" Kataku gugup.

"Aku tanya kamu udah nemuin Arhan belum..?"

"Oh... itu... a..aku belum menemukan dia" kataku berusaha tidak menangis.

"Masa sih sampai sekarang kamu belum nemuin Arhan juga..?"

"I...iya" kataku berusaha terdengar biasa.

"Arshu, kamu kenapa..? Kamu lagi nangis..?"

"Ah... enggak kok, udah dulu ya aku lagi banyak kerjaan" kataku lalu menutup telponnya kemudian menundukkan wajahku diatas meja menggunakan kedua tanganku sambil menangis.

******






The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang