pulang

4 1 0
                                    

"Pinter, ayo sekarang minum obatnya ya..?" Kata Arhan setelah buburnya habis.

"Baik pah" angguk Arsy lalu meminumnya.

Setelah selesai memberikan obat pada Arsy, Arhan lalu menyerahkan nampan itu padaku.

"Makasih ya.." kataku lalu membawanya keluar.

"Pah, papa jangan pergi lagi ya..?" Pinta Arya saat aku kembali masuk.

"Iya pah, papa disini aja ya..? Alsy mau main sama papa..." bujuk Arsy juga.

"Gak bisa gitu dong sayang, papa kan harus kerja..." selaku mendahului Arhan yg ingin bicara.

"Yah... jadi papa halus pelgi lagi dong..." Lirih Arsy sedih.

"Trus nanti pulangnya kapan..?" Tanya Arya murung.

"Udah gak usah sedih gitu dong, yg pentingkan sekarang papanya udah dateng" hiburku sambil mengusap rambut mereka.

"Iya ya..." sahut mereka kembali tersenyum.

"Sayang, papa mau bicara dulu ya sebentar sama mama" ucap Arhan lalu menarikku keluar kamar.

"Kamu apa²an sih" elakku melepaskan tangannya begitu kami berada diluar kamar.

"Kenapa kamu bilang seperti itu tadi..?" Tanyanya setelah menutup pintu.

"Loh, emang benerkan setelah ini kamu akan pergi lagi...? aku gak mau nanti dibilang perusak hubungan orang. Lagipula kasian anak kamu yg satunya, dia juga butuh ayahnya" jawabku datar mengalihkan pandangan.

"Maksud kamu Aarti..? Kamu kan tau sendiri itu anak Rakesh" elaknya tidak terima.

"Bukannya kamu sendiri ya yg waktu itu bilang klo itu anak kamu..? Kenapa sekarang berubah lagi..? Huh... udahlah aku gak mau berdebat lagi sama kamu" sahutku menatapnya tajam  lalu kembali masuk kamar.

"Sayang gimana klo sekarang kita belajar...?" Ucapku menghampiri mereka.

"Ok" kata mereka yg sedang duduk dikasur antusias, aku pun lalu mengambil buku² mereka.

"Papa, ajarin Arya membaca ya..? Soalnya Arya belum terlalu bisa" pinta Arya antusias menatap Arhan yg kembali masuk.

"Ayo" angguk Arhan lalu duduk disamping Arya.

"Arsy, mau mama bantuin gak menggambarnya..?" Tawarku setelah menyerahkan buku gambarnya.

"Iya, buatin gambal papa ya mah..?" Sahutnya bersemangat.

"Yg lain aja ya sayang mama gak bisa.. gimana klo mama gambarin burung aja..?" kataku tersenyum tipis.

"Yah... ya udah deh bulung aja" katanya.

"Oh iya maaf ya pah, gambar yg harusnya buat papa Arya kasih ke om Rakesh. Soalnya dia itu baikkkk... banget sama kami" ungkap Arya kembali teringat gambarnya yg waktu itu.

"Emang gambar apa sih..?" Tanya Arhan mengerutkan keningnya.

"Gambal mama, Alsy, kak Alya, sama papa. tapi yg gambal papa diganti jadi om" jelas Arsy.

"Loh, kok gambar papa diganti jadi om sih...?" Protes Arhan cemberut.

"Maaf ya pah, soalnya kan itu buat om.. makanya gambar papa, Arya ganti jadi gambar om. Nanti Arya buatin lagi deh" jelas Arya merasa tidak enak.

"Ya udah deh, ayo kita lanjutin lagi belajarnya" sahut Arhan tersenyum meski masih tampak murung.

"Papa marah ya..?" Tanya Arya menatap Arhan merasa bersalah.

"Enggak kok sayang, kenapa papa harus marah" jawab Arhan kembali tersenyum sambil mengacak rambut Arya.

Setelah selesai belajar Arhan lalu menemani mereka bermain sedangkan aku melanjutkan pekerjaanku, hingga waktunya makan siang.

The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang