Arhan pov.
"Arshu, aku benar² minta maaf.. tadi itu--" terangku berjalan mengiringi langkahnya yg sedang menarik tangan Arya dan Arsy menuju ruangannya.
"Papa.." panggil Aarti dari belakang sembari menarik tanganku, yg membuatku terhenti dan berbalik menatapnya yg kini juga tengah menengadahkan wajahnya menatapku dengan tatapan sendu.
Bagaimana bisa aku melupakan Aarti meski itu untuk sejenak, "maafin papa ya sayang.." sesalku lalu menggendongnya dan membawanya untuk menyusul Arshu yg telah memasuki ruangannya.
Begitu aku sampai disana kulihat kini Arshu sedang berjongkok didepan Arya dan Arsy yg sedang duduk disofa.
"Ada yg sakit..? Coba sini, mama liat..! pasti panas banget ya tadi..?" cecar Arshu sangat mencemaskan keadaan Arya, ia mencoba memeriksa tangan, wajah dan tubuh Arya dengan tangannya yg bergetar.
"Mama, jangan nangis.. Arya gak papa kok.." sela Arya berusaha menenangkan Arshu sembari mengusap kedua pipi Arshu.
Mendengar itu Arshu lantas langsung memeluk Arya dengan erat sambil sesekali mengecup kepala Arya, dengan air matanya yg semakin deras keluar.
Sedangkan Arsy yg tampaknya masih tidak mengerti apa yg terjadi sebenarnya hanya menatapi mereka dengan air mata yg tertahan.
"Arsy..!" panggilku yg sontak membuatnya berbalik menoleh kearahku dan Aarti.
"Papa..." desisnya menatapku dengan tatapan takut lalu menghampiriku.
"Udah sayang gak papa, Arsy jangan takut ya.." seruku berjongkok setelah menurunkan Aarti sebelumnya untuk mengusap air matanya yg akhirnya jatuh dikedua pipinya.
Baru saja Arsy ingin memelukku tiba² Arshu langsung menariknya menjauh dariku, hingga membuat Arsy, Aarti dan Arya kaget melihat sikapnya.
"Jangan pernah temui apalagi menyentuh Arya atau Arsy lagi..!!!" tegasnya dengan mata memerah setelah menyembunyikan Arya dan Arsy dibelakang tubuhnya.
"Apa maksud kamu Arshu..?!" tukasku tentu saja tidak terima dengan keputusan sepihaknya.
"Apa maksud aku..??! Bukankah harusnya aku yg menanyakan hal itu..?!!" sindirnya menarik sudut bibirnya membentuk senyuman getir.
Dengan tubuh yg gemetar serta air matanya yg masih terus saja mengalir, dia mengepalkan kedua tangannya sembari menatap mataku dengan tajam dan alis yg mengerut, dia menjerit "BAGAIMANA BISA KAMU HANYA MENYELAMATKAN AARTI..???"
Mendengar itu Aarti pun langsung beringsut kebelakangku sambil memegangi celanaku ketakutan, begitu juga dengan Arya dan Arsy yg tersentak kaget menengadahkan wajah mereka menatap Arshu.
"Arshu..!!! Jaga sikap kamu, disini ada anak²..!! Aku tau aku salah, tapi semua itu tidak seperti yg kamu pikirkan..!" tegurku berusaha menenangkannya yg sudah mulai tidak terkendali. Aku bahkan hampir tidak mengenalinya lagi kini, Arshu yg kukenal tidak pernah bersikap seperti ini.
"Jangan bersikap seolah kamu peduli dengan mereka Arhan..!!! Aku sudah benar² MUAK..!! PERGI..!!!" teriaknya mengacungkan telunjuknya kearah pintu.
"Mama, jangan malahin papa..." isak Arsy masih menengadahkan kepalanya menatap Arshu dengan mata berkaca² sambil memeluk kaki Arshu.
"Diam Arsy..!" marahnya beralih menatap Arsy.
"Arshu cukup..! Kenapa kamu jadi marahin Arsy, aku tadi itu benar² tidak liat klo Arya juga ada disana..!!!" decakku kesal.
Kuakui aku memang salah, tapi sikapnya kali ini sudah sangat keterlaluan
"Arya berada didepan api itu dan kamu tidak menyadarinya Arhan..?!! Kenapa..??? KARNA KAMU HANYA MEMIKIRKAN AARTI..!!!" tuduhnya mengacungkan telunjukkan kewajahku.
"Serakang pergi kamu dari kehidupan kami..!!! Jangan tunjukan wajah kamu dihadapanku lagi..!! Sudah cukup semua penderitaan yg kamu berikan" desisnya penuh penekanan disetiap kalimatnya.
"Mama, gak boleh ngomong gitu..!" protes Arya menggelengkan kepalanya menatap Arshu namun tidak dipedulikannya dan malah menarikku untuk keluar dengan cepat.
"Nggak, papa jangan pelgi..." histeris Arsy beralih memeluk kakiku.
"Mama, jangan usir papa, ini bukan salah papa, mah..!" cecar Arya ikut membelaku dengan berusaha menarik lengan Arshu.
"Sudah sayang, ini yg terbaik untuk kalian..!" tegas Arshu menarik paksa Arsy untuk menjauh dariku.
"Arshu, please.. kita bicarain ini baik², aku minta maaf..!" pintaku juga berusaha menahan tangannya yg kini ingin membuka gagang pintu.
"Aku nggak bisa maafin kamu lagi, dan aku tidak ingin berurusan lagi denganmu, Ngerti..!!!" bantahnya menyentak tanganku dan lanjut membuka pintu lalu mendorongku keluar tanpa mempedulikan lagi rengekan Arya dan Arsy dibelakangnya yg memohon² padanya.
"Nggak, aku gak mau kita berakhir seperti ini, Arshu..!" gelengku kembali menahan tangannya.
Aku benar² tidak ingin kembali berpisah dengan mereka, membayangkannya saja aku sudah merasakan ketakutan yg tidak jelas.
"Kita sudah berakhir 3 tahun yg lalu Arhan..!!! Tolong ... tinggalkan saja kami, anggap aja ini permintaan terakhirku" putusnya dengan sorot mata yg penuh kekecewaan.
Begitu mendengar itu seketika aku jadi mematung dan entah kenapa secara perlahan tanganku mulai melepaskannya, mataku lalu beralih menatap Arya dan Arsy yg sedang menangis metakutan menatap kami berdua.
Bagaimana bisa aku membiarkan anak² ku menyaksikan semua ini, rasa penyesalan kini menyelimutiku, mengingat semua yg telah kulakukan pada mereka selama ini. Benar kata Arshu, kehadiranku disini hanya semakin menyakiti mereka, aku malah semakin memperkeruh keadaan mereka. Tempo hari, aku telah membiarkan Arsy tenggelam dan hari ini, aku hampir saja mencelakai Arya..! Bagaimana bisa tadi aku sampai tidak menyadari keberadaan Arya yg begitu dekat dengan api..?
'Sudah cukup..! Mungkin jika aku tidak kembali hadir diantara mereka semuanya akan lebih baik, memang seharusnya aku tidak berada ditengah kebahagian mereka' batinku menatap mereka lamat².
"Baiklah, kamu memang benar.. jaga diri kalian baik², aku tau tidak perlu mengatakan ini tapi ... aku titip anak² ya.." paparku berusaha meyakinkan diriku sendiri untuk merelakan mereka.
Kali ini Arshu tidak mengatakan apapun lagi, dia memilih mengalihkan pandangannya menatap kososng kesamping kirinya, sekecewa itulah dia padaku sekarang, bahkan untuk menatapku saja tampaknya ia sudah tidak sudi lagi.
"Papa jangan pelgi.." jerit Arsy menggeleng keras.
"Iya pah, jangan tinggalin kami lagi..!" tambah Arya menahan tanganku.
"Mah, ayo jangan bialin papa pelgi..!" rengek Arsy menarik² lengan Arshu, namun tidak perdulikan oleh Arshu, seolah kini dia sudah menulikan telinganya.
"Maafin papa ya sayang..!" sesalku tersenyum getir menatapnya seraya melepaskan tangannya perlahan.
"Nggak pah, Arya mohon..!! Arya janji.. Arya gak akan nakal lagi, Arya gak akan main² didapur lagi, tapi--" belum sempat Arya menyelesaikan kalimatnya Arshu langsung menariknya dengan paksa.
"Sudah cukup Arya, ini bukan salah Arya..!" sentak Arshu sembari melirikku tajam seolah memintaku untuk segera meninggalkan mereka.
Aku pun menggendong Aarti lalu melangkah pergi tanpa menoleh kearah mereka lagi, karna aku takut tidak akan sanggup melihat mereka yg kini semakin menangis histeris memanggil² ku untuk kembali.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact
Teen FictionApa jadinya jika setelah dikabarkan meninggal, tiba² setelah 3 tahun dia kembali lagi namun sebagai orang asing. *kelanjutan cerita dari baby Arya* Mohon maaf jika ceritanya tidak jelas atau ada salah kata dan ada kata yg kurang berkenan.