tamat

7 0 0
                                    

Begitu tiba didepan bandara terlihat tempat parkir mobil terdekat telah penuh jadi Rakesh pun meneruskan mobilnya dan menghentikannya tepat didepan pintu masuk.

"Sana pergilah lebih dulu, aku mau cari tempat parkir" seru Rakesh menoleh kearahku.

Dengan cepat aku langsung mengangguk setuju, baru setelahnya Rakesh mengambil alih Arsy dan mendudukannya dipangkuannya

"Arsy, temenin om ya.. kita parkir mobilnya dulu.." ucapnya yg dibalas dengan gelengan oleh Arsy.

"Arsy mau ikut mama.." rengek Arsy menatapku dengan mimik wajah memelasnya.

"Arsy, mama mau cepet.. Arsy sama om dulu ya, mama janji akan bawa papa kembali. Ok..?!" bujukku mengusap pipinya.

"Iya udah disini aja, masa Arsy tefa ninggalin om sendirian.. nanti kita juga susulin mama kok" timpal Rakesh nuga ikut membujuknya hingga membuatnya terpaksa mengangguk meski aku tau jelas jika dia berharap ikut bersamaku.

Dengan cepat aku pun melepas seatbetl dan keluar dari mobil lalu masuk mencari  Flight Information Display System, disana aku melihat sejeret jadwal keberangkatan pesawat dan beruntungnya pesawat yg akam dinaiki Arhan masih ada.

Aku pun segera berlari mencari keberadaan Arhan, tapi hingga keringat membasahi keningku aku belum juga menemukan Arhan dimanapun. Untuk sejenak aku tediam  mengatur nafas sudah hampir frustasi melihat orang² asing disekelilingku, sampai akhirnya mataku menangkap Tya dan Aarti yg kini sedang berjalan dari kejauhan.

Seolah melihat secercah harapan aku kembali berlari menghampiri keduanya, dan begitu melihatku Tya tampak kaget.

"Loh Arshu, kenapa kamu ada disini..?" tanyanya mengerutkan keningnya.

"Dimana Arhan..?" seruku balik bertanya pantan menghiraukan pertanyaannya tadi.

"Eh, itu Arhan udah mau naik pesawat. Emang ada apa..?" sahutnya menunjuk kesisi belakangnya dengan ekpresi wajah yg masing tak mengerti.

"Terima kasih Tya.." ucapku tergesa² lalu kembali berlari kearah yg dimaksud Tya dengan sisa tenagaku yg masih ada.

Layaknya orang yg tak waras aku masih saja berlari tanpa tujuan jelas sambil menengok kekanan dan kiri mencari keberadaan Arhan yg masih belum kutemukan, bayangan wajah Arya, Arsy terlintas dibenakku membuatku jadi semakin panik hingga tak memperhatikan sekitarku dan membuatku hampir menabrak tubuh seseorang didepanku hingga membuat tubuhku kehilangan keseimbangan hampir jatuh.

"Ma-maaf pak.. saya tidak sengaja" racauku tidak terlalu mempedulikan raut wajah bingung orang itu.

Tapi karna tabrakan itu mataku jadi tak sengaja melihat siluet Arhan dibalik orang² yg kini sedang berjalan menuju tempat pemeriksaan tubuh.

Melihat itu aku tersenyum senang dan ingin segera menghampirinya tapi detik berikutnya aku kembali menyadari kesalahanku pada orang yg baru saja kutabrak tadi. "Sekali lagi maaf ya pak.." sesalku menatap singkat lalu pergi meninggalkannya.

"Arhan..!" teriakku berhasil membuatnya menghentikan langkahnya lalu menengok kesekitarnya mencari asal suaraku, tapi karna ada banyaknya orang disini membuat pandangannya terhalang dan diapun kembali berbalik kembali melankah pergi.

Jadi aku pun kembali berlari secepat yg kubisa umtuk menghampirinya sambil terus memanggilnya dan melambaikan tanganku keatas.

"Arhan tunggu.." panggilku kali ini dengan suara yg hampir habis karna nafasku pun sekarang sudah ngos²an.

Dan beruntungnya ia kembali menengok memasang ekpresi bingung sampai akhirnya dia berhasil melihatku dan membuat raut wajahnya seketika berubah kaget.

"Arshu..?" ucapnya masih berdiam ditempatnya menatapku tak percaya.

Tepat ketika aku tiba didepannya tubuhku terasa lemas bahkan untuk menopang beratku saja rasanya kakiku tak kuat lagi sekarang, jadi akupun bertumpu memegang lengan Arhan sambil beberapa kali mencoba mengambil nafas karna dadaku terasa sesak.

Dia yg masih kebingungan ikut memengangi tanganku membantu menahan tubuhku dan menatapku cemas. "Ada apa Arshu..?" tanyanya.

"Air.." seruku tersenggal dan sangat pelan, aku sendiri bahkan tak yakin apa dia bisa mendengarku rasanya tenggorokanku sangat kering.

"Apa..???" tanyanya lagi menyipitkan matanya mencoba menerka² sampai akhirnya dia mengerti maksudku lalu menuntunku untuk duduk diatas kopernya.

"Tunggu bentarnya" pamitnya lalu berlari pergi entah kemana.

Selagi menunggunya aku mengusap butiran keringat yg memenuhi wajah dan leherku menggunakan telapak tanganku, beberapa menit kemudian dia kembali menghampiriku dengan sebotol air mineral ditangannya.

"Ini minumlah" perintahnya setelah membukakannya untukku.

Dengan cepat aku meneguknya hingga tersisa separuh baru aku berhenti dan mengusap sisa air disekitar mulutku, tiba² tangannya terulur dan merapikan beberapa helai rambutku yg menempel diwajahku membuatku tersadar lalu kembali berdiri dan memukul dadanya.

"Mau kemana kau hah..?!!" semburku dengan mata yg mulai memanas menatap wajahnya.

Tapi bukannya mengatakan apapun itu dia justru tak bergeming sedikitpun hingga membuatku kesal dan kembali memukul² dadanya.

"Bagaimana bisa kau ingin pergi lagi..!!! Apa kau tidak memikirkan kami..?! Arya dan Arsy sangat merindukan kamu..!!!" semburku terus saja memukulnya hingga membuatnya termundur beberapa langkah. Aku baru berhenti saat aku tak bisa lagi menahan tangisku yg akhirnya pecah.

Dengan wajah tertunduk aku menuntupi wajahku dengan kedua tanganku menyesali semua perkataanku padanya, dengan perlahan dia menarik tanganku itu lalu menangkup wajahku untuk menatapnya sembari menghapus air mata yg membasahi pipiku.

"Maafkan aku.. aku benar² minta maaf, tolong jangan pergi ... Arya dan Arsy membutuhkan kamu, begitu juga denganku.. aku tau aku telah melakukan kesalahan yg fatal, tapi tolong jangan hukum aku dengan cara seperti ini.." isakku balss memegang tangan dengan erat, aku sangat takut kehilangannya.

"Apa yg kau katakan, kenapa kau minta maaf, akulah yg bersalah disini.." balasnya menggelengkan kepalanya.

"Tudak Arhan, aku tidak seharusnya menghakimimu hanya karna kamu menyanyangi Aarti ... maaf aku terlalu egois, aku bahkan tidak mau mengrrti perasaanmu sedikitpun, padahal selama ini kamu selalu mendukungku mengenai apapun itu.. maafkan aku Arhan, sama seperti Arya ... aku juga akan berusaha menerima Aarti, aku janji..!" ralatku lalu mencubit leherku sebagai tanda janjiku.

"Apa yg kau lakukan, kemarilah.." sahutnya lalu menarikku untuk memeluknya.

"Kau tidak perlu membuktikan apapun, akulah yg harusnya minta maaf, aku telah mengecewakanmu maafkan aku.. aku tidak bisa berhenti menyayangi Aarti" bisiknya terdengar putus asa.

"Tidak Arhan, bukan salahmu jika kamu menyayangi seseorang, apalagi Aarti.. dialah yg selama ini bersamamu, sekarang aku tidak akan lagi mepermasalahkan hal itu asal kau jangan membedakan kasih sayangmu pada Arya dan Arsy.." pungkasku.

"Maaf, aku sudah hampir membuat Arya dan Arsy dalam bahaya.." sesalnya.

Aku lalu melepaskan pelukan kami dan menatapnya. "Sudahlah, kau tidak sengaja melakukannya. Tapi jangan diulangi lagi..!" seruku memperingatinya dengan tegas yg membuatnya terkekeh lalu mengusap rambutku.

"Tentu saja" ucapnya dengan pasti.

******

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang